Tuesday, March 13, 2018

Cinta Ku Kini

Baru saja kutemui masa laluku,
Ia tak seperti yang kukenal dulu,
Asing dan berbeda,
Aku ingin sekali merajut kembali tali yang terputus,
tidak nyata
Bukan karena masih ada harap menjemputnya,
Namun karena hidupku tak indah bila ada sekat jeruji benci bersanding,
Walau itu bukan salahku,
Tapi tak bisa juga kusalahkan dirinya,
Hanya kuhaturkan syukur pada Sang Kuasa,
Karena kami akhirnya menyudahi apa yang ada,
Walau kisah yang terukir begitu berliku,
Terkadang jika kutelusuri kembali,
Aku seperti wanita bodoh yang kehilangan jati diri,
Namun sekali lagi syukur itu kuhaturkan,
Karena jika tidak,
Aku tak bertemu cinta yang sekarang,
Yang Dengan ketulusannya mau  belajar melangkapi kurangku,
Kadang keegoisanku merobek hati dan jiwanya,
Namun dengan teguh ia berdiri,
Menunjukkan padaku siapa dia sesungguhnya,
Bahwa pantaslah ia kuperjuangkan,
Walau jalan yang kulalui bersamanya tak begitu mudah,
Ada sekian banyak tantangan,
Termasuk banyak jiwa yang mencemoh kesendirianku,
Karena tak jua ku lepaskan satatus lanjangku dikematangan usia ini,
Aku memang belum tahu kapan Tuhan menutupkan kisahku dengannya,
Hanya saja semenjak bersamanya justru keimananku semakin dikukuhkan,
Walau tak sedikit kulanggar titahNya,
Kini cinta yang sekarang memiliki semua yang kucari,
'Dambaan hatiku dan perisai jiwaku,
Jika baginya lelahnya harus diisi dengan istirahat,
Namun bagiku lelahku hilang dengan kehadirannya,
Tapi jangan mengira bahwa dirinya pria yang kaku,
Belakangan dia dapat membuat aku lebih tergila-gila padanya,
Walau usia kami terpaut jauh berbeda,
Begitupun dengan latar belakang kami,
Namun, dia adalah perisai jiwaku,
Ia membuatku menikmati kebahagiaan yang ada disekitarku,
Ia membuatku menjadi siapa diriku seutuhnya,
Tanpa harus merubah siapa aku untuk dapat bersanding dengannya,
Dia simbol kejujuran bagiku,
Karena dia justru lebih meunnjukkan padaku arti sebuah ketulusan,
Waktu yang kami jalani sangat panjang,
Terbatas jika harus bertatapan muka,
Namun harus kuakui pengorbananya dalam memperjuangkan semuanya itu,
Aku hanya ingin menulisakn rasa ku ini saja,
Aku ingin melihat kelak apakah tulisan ini masih berarti ataukah tidak,
Semoga Tuhan meridohi kisah kita berdua sayang,
Lelaki ku kini dan untuk selamanya.

Amin,

Tuesday, March 06, 2018

Sosok Yang Setia


Aku mengenal begitu banyak pria dalam hidupku, namun yang satu ini memiliki keterikatan khusus dengannya. Walaupun awal pertemuan kami dia tak begitu menarik perhatian bagiku. Maklum saja saat itu usianya masih 14 tahun (usia remaja yang masih mencari jati diri). Hal ini lekat dengan pemahaman pribadiku bahwa "waktu akan menunjukkan kepadamu siapa pribadi yang benar-benar dapat belajar dan menjadi orang yang setia bersamamu". Cahyo (nama idola panggilanku padanya) membuktikan hal itu. Sejak pertengahan 2009 hingga saat ini kami masi menjadi saudara yang sangat dekat. Banyak hal kami lalui bersama, termasuk semua yang menjadi rahasia dimana tak ada orang lain yang mengetahuinya selain aku, dia dan Tuhan.

Rasanya waktu bergerak begitu cepat (mungkinkah ini hanya rasa ku saja?), Cahyo bertumbuh dan berkembang menjadi sosok dewasa yang sangat mengagumkan. Seperti pada gambar ini. Dia begitu bersahaja dengan semua yang ada padanya. Bahkan dengan gayanya yang sederhana namun tetap saja mempesona. Aku masih ingat bagaimana caraku meyakinkan dia tentang banyak hal, namun dia bukan menerimanya mentah-mentah saja tapi juga di telaah dan yang penting ia selalu melibatkan Allah SWT dalam hidupnya (sebuah keyakinan yang menjadi alasan mengapa hubungan kami masih bertahan).

Ada banyak kejadian yang melekat dalam ingatanku, namun yang sering membuatku tertawa adalah kedekatanku dengan keluarganya. Selama bertahun-tahun kami tak pernah mengenal dengan baik keluarga kami masing-masing. Apalagi diriku merupakan pribadi pelupa (untuk menghafal rumahnya saja tak mampu ku lakukan -hahaha). Yang menghebohkan saat aku bertandan kerumahnya dimana saat itu dia telah tembus di salah satu kampus ternama di Jogja dan Indonesia (UGM-Universitas Gajah Mada). Kejadian itu sangat membuatku merasa berarti dan dihargai begitu dalam. Ini bukan tentang seberapa kacaunya anak-anakku di rumahnya karena menghabiskan beberapa karton minuman soda dan kue-kue lebaran saat itu, ini lebih dari hal lucu yang mengenaskan itu (tradisi para remaja sekolah bertamu saat perayaan keagamaan atau semacamnya di daerah kami). Saat itu, aku sangat terkejut dibuat oleh Ibunya. Ketika, anak-anakku memanggil nama ku -'k.chichi'!. Seketika itu Ibu bereaksi padaku, "oh ternyata ini yang namanya k.chichi, toh?". Aku hanya tertawa sambil tersenyum (dengan ciri khasku), kemudian menjawad, "Ia Ibu, bagaimana?". Ibu pun menyahut, "selama ini saya diceritakan oleh Hary (panggilan di keluarga dan lingkungan) tentang k.Chichi, tapi saya baru ketemu". Kami pun melanjutkan perbincangan dan tertawa bersama. Kejadian ini memberiku pengalaman berharga bahwa betapa secara pribadi Cahyo menghargai hubungan kami.

Saya merupakan salah satu orang yang sangat beruntung menjadi bagian dari sejarah hidupnya. Karena sekalipun awal kami bertumbuh saya lebih dominan memberikan arahan dan petunjuk, namun waktu telah membentuknya menjadi pria berkarakter. Dia justru menjadi pelengkap bagiku. Pribadinya selalu cocok menjadi tempat berbagi (tentang apa saja), tak enggan kami selalu menyemoatkan waktu untuk saling bertukar pikiran, Bahkan saat ini yang kurasakan justru menjadi lebih berarti karena banyak hal secara tak sengaja  ia sadari, ia memberikan kebahagiaan padaku. Dengan cara apa? Dengan kepekaan hatinya, ketulusan jiwanya dan dengan sedikit demi sedikit perjuangan kesuksesan yang ia rintih, mulai dari bangku pendidikan (SMP, SMA, Kuliah), organisasi hingga berbagai kompetisi dan karir yang ia ikuti dan lalui. Satu hal yang buat ku bahagia dan bangga akan karakter pribadinya adalah sosok pejuang namun humble. Dan dia bukan tipe penjilat, dia pintar membaca situasi. Dia kuat dan tegar mengambil suatu pelajaran dari peristiwa yang ia alami.

Dialah Hary Cahyono yang selalu menjadi saudara laki-laki yang setia. Setia dengan segala yang ia miliki. Memang perjuangan hidup kami masing-masing belum berakhir dan belum apa-apa. Kami masi berada dititik pejuang masih panjang jalan yang harus kamu lalui dan selelsaikan. Namun, satu harapan bagi pribadinya ia tetap menjadi sebagaimana dia adanya (jangan pernah tinggalan Tuhan dan menduakanNya) karena jika itu terjadi maka hubungan kami bisa saja terancam. Karena segala hubungan yang didasari oleh cinta Tuhan pasti membuahkan hasil yang manis, dan jika tidak justru sebaliknya.

Note:
Hary Cahyono beragama Islam dan saya Kristen Katolik namun kami mencintai dan menghargai keyakinan kami masing-masing.

Hary Cahyono
Sosok yang setia mendampingiku sebagai saudara laki-laki,
Memberiku kenyamanan akan berbagi,
Entah tentang pengalaman ataupun intelektual,
Kami saling belajar dan kami saling berbagi,
Kami mencintai dan mengasihi satu sama lain,
Sebagaimana Tuhan mempertemukan kami.
Salam,

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...