Thursday, January 31, 2019

Dosa


Duri dalam daging,
Memborok bak cancer,
Semakin berakar dan merusak,
Hilangkan nyawa sekejap mata,

Merayu dalam kebimbangan,
Tersulut dalam gemerlapan,
Mengemas sampah bak keristal,
Bangkainyapun tersimpan rapi...

Tak sadar pada siapa tumpuan dipijakkan,
Menyeret jiwa pada simpahan darah,
Kadang tak meminta korban darah segar,
Tak sadar membangun nisan istana hidupnya...

Friday, January 25, 2019

PERNAH AKU


Photo: Koleksi Pribadi

Pernah ku bermegah atas kuatku,
Tak kuhiraukan siapa penguasa nafas,
Ku cumbui hari bersama kawanan penghibur,
Pagipun tak penting bagiku,

Pernah ku tantangi naluri liarku,
Berlaku saja seporak porandanya mauku,
Agar jiwa tau kemana arahnya,
Sesat aku terperosok dosa,

Pernah kujelajahi kota terisolir,
Kuterobosi rasa keingintahuan menguliti otakku,
Taklukkan diri pada tempat terasing,
Kembali tersungkur temui jalan buntu,

Pernah kucapai segala titik itu,
Sejarah kelam kisah diri,
Usaha keluar lembahnya pun telah kuterobosi,
Jika tidak tak berada dititik kini,

Aku berjuang membersihkan diri
Menelusuri dasar laut,
Mendaki puncak tertinggi,
Aku pun tiba pada raga yang baru,
Kutemui pembasuh jiwa,
Dahaga ku pun terpuaskan....





Saturday, January 19, 2019

Refleksi Hidup Buah Pisang


Hari itu, tak ada yang istimewa dari hari yang ku jalani. Yah, rasanya masih saja tetap sama dengan hari-hari sebelumnya. Cukup menguras waktu dan energi, karena di tempat yang baru ini, saya sedang berusaha menyemangati diri sendiri untuk kembali meluangkan waktu. Waktu yang dituangkan pun diberikan untuk mengapresiasikan diri. Bahwa, penting sekali menambah potensi diri, jika merasa masih kurang dari standard yang ingin dicapai. 

Siang itu, saat usai menyelesaikan sesi perdebatan dengan rekan-rekan perjuangan dan tutor di istana pendidikan. Saya kemudian memilih untuk bergegas lebih dulu dari mereka, maklum saja kampung tengah (perut) tak dapat ku ajak kompromi. Ia telah melilit sejak awal kelas di mulai. Walau telah ku perjuangkan menaklukkannya. Yah, bukan hendak ingin cari penyakit. Tapi lebih kepada takut kehilangan penjelasan terpenting dari mutiara-mutiara informasi yang sedang disampaikan.

Dalam perjalanan menuju benteng di mana aku tinggal, lorong yang kulalui itu tampak gelap. Yah, hanya sedikit caya mentari yang menembus lantai dasar tanah yang kutapaki itu. Aku melewatinya. Ukurannya tak lebih panjang dari 200 meter. Lebarnya pun hanya mampu kulalui tanpa harus ada yang mendampingi. Kebayangkan seperti apa ukurannya? Namun, ketinggiannya, tak usah dipertanyakan. Karena sesungguhnya dua bangunan yang menghimpit itu adalah dua bangunan tempat usaha penduduk disekitar. Maklum saja, rumah-rumah dan bangunan yang ada disekitaran sini, lebih laku untuk dijadikan rumah kost atau penginapan dibandingkan usaha lain. Karena selalu diburu oleh berbagai masyarakat dari luar daerah ini yang berbondong-bondong datang untuk menaklukkan diri mereka pada kemajuan global saat ini, termasuk saya' hahaha....

Saat itu ada yang menarik mataku untuk mengambil HP (handphone) yang kuletakkan pada saku tas. Aku tak yakin, apakah aku harus memotretnya. Apakah ia pun menginginkannya ataukah tidak. Dia adalah pisang. Serumpun pisang yang ditelantarkan di tempat sampah. Aku cukup terkejut, karena bagiku tak semua pisang itu rusak. Dan menurutku justru tidak rusak, hanya beberapa diantaranya yang terlihat kelebihan matang. 

Mungkin kalian berpikir untuk apa aku membahas pisang ini. Yah, untuk buah yang satu ini selalu menjadi buruan faforit ku pribadi untuk mengolahnya menjadi cemilan dahsayat. Aku lebih suka menyulapnya menjadi  "banana cake" dibandingkan menjadi kue lainnya. Bagiku itu cukup menggoyang lidahku dan sahabat-sahabat disekitarku. Atau justru ketika kekurangan dana, itu dapat kujadikan sebagai alat penghasil uang. hahahaha....

Terkadang hidup kita, seperti pemilik buah pisang itu. Memiliki sesuatu yang menjadi kelebihan, tetapi tidak digunakan semaksimal mungkin. Kita justru memilih membuangnya begitu saja. Tanpa melihat dan menyingkirkan yang busuk atau yang sudah tidak berguna lagi dan memanfaatkan yang masih bernilai.

Terkadang kita sendiri, tidak menyadari potensi yang ada pada diri kita. Kita terlalu sibuk membandingkan diri dengan orang lain. Hingga kita lupa melihat siapa diri kita sesungguhnya. Apa yang ingin kita capai. Apa yang sungguh-sungguh kuta inginkan. Kita lupa melihat, bahwa ada hal positif yang kita miliki, selalin sisi negatif. Atau, terkadang karena terlalu sibuk membicarakan orang dan memprotes kebaikan atau kenyamanan orang lain, kita lupa membenahi diri, sehingga kita melewatkan waktu-waktu yang produktif. Yang dapat kita ciptkaan untuk menjadikan diri kita bernilai. Dan justru menggiring kita pada lingkaran dosa.

Tahukah kita, bahwa setiap dari kita memiliki keunikan tersendiri. Saya memaknainya bahwa, kita yang terlahir adalah orang-orang pilihan Tuhan. Mengapa kita mau memilih menciptakan kubur atas hidup kita sendiri? Bagaimana kita membangun kubur itu? Yah, melalui tindakan kita sehari-hari. Tak ada gunanya meratapi kekurangan dan kegagalan. Betul bahwa ratapan itu penting, tapi tidak untuk berlarut. Istilahnya seperti evaluasi dalam sebuah program. Ratapan itu hanya menjadi bagian kita membenahi diri bersama Tuhan. Agar kita mengingat bahwa kesalahan itu dapat dibenahi dan diperbaiki. Tinggal tergantung pada diri kita sendiri, maukah kita jujur untuk menerima diri kita sendiri ataukah tidak. Tak ada gunanya mencibir orang lain atas kesuksesan mereka atau bahkan kegagalan mereka. Kita bukanlah Tuhan yang berhak memutuskan apakah mereka sempurna atau tidak. Tugas kita adalah memanfaatkan setiap peluang yang ada dalam hidup kita untuk lebih maksimal. Maukah kita hidup dalam lorong panjang penyesalan? Tentu tidak bukan, justru itu berbuatlah sesuatu untuk mengapresiasikan diri terhadap apa yang kita miliki. 

Pertama, kenali dulu siapa dirimu. Kedua, tingkatkan semua potentsi diri, manfaatkan setiap kekurangan menjadi moment untuk memotivasi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik dari hari kehari. Ketiga, berhentilah menggerutu dan membandingkan diri dengan orang lain atau menganggap diri rendah. Hilangkan pemikiran bahwa "kamu tidak mampu". Mulailah aksi mewujudkan mimpimu. Buat perencanaan yang matang akan apa yang ingin kamu capai ditahun ini, dan bertindaklah melakukannya. Keempat, bersyukurlah dan beri dirimu penghargaan sekecil apappun pencapaian yang kamu dapatkan. Kelima, ketika gagal tak perlu kamu panik. Kamu hanya butuh waktu untuk mengevaluasi kenapa kegagalan itu tercipta, lalu benahilah dirimu. Terakhir, teruslah melakukan kebaikan setiap hari. Dimulai dari hal kecil, yaitu beri sapaan kepada orang yang kamu jumpai. Tantang diri kamu untuk selalu melakukan kebaikan. Dah akhirnya semoga kamu bahagia dengan apa adanya dirimu.

Semoga refleksi hidup dari buah pisang ini dapat bermanfaat bagi kita bersama.

Salam,

Friday, January 18, 2019

Penyadaran Diri

Foto & Inspirasi: Ririn Dawir

Kuhancurkan....
Tembok-tembok penghadang jalanan,
Bongkahan batunya sesekali menimpuk tubuh,

 Duri ranting merobek telapak kaki,
Diri bersolek,
mengumbar,
dusta janji,

Racun kata mendesah,
 mencerca jiwa,
bertubi-tubi mendera diri,
Ratap sedih memecah kesunyian,
Bertuai janji menyudahi ini,

Kemunafikan nyata bertopeng dewa,
Menghadirkan cemas naungan kesesatan,
Ketiadaan menjadi doà dalam tawa,
Memainkan peran dalam diam sang duka,

Dalam senyum mereka berpesta,
Memperlihatkan...,
 Sahabat, ular dan serigala,

Sejuta kata merayu dalam aksi,
Benalu liar beraksi tiada henti,

Aku diam, 
Tak berarti,
Tak kuasa,
Menghela nafas dalam doà Sang Kuasa,


Aku rapuh dan tak berarah,
Kau berpesta diatas darah dan kelabu,


Nikmati ratapan tangisan kesendirian,
Airmata menyingkap senyuman keluarga,

Sedihku menyatu pada riuh sang hujan,
Kuharap hilang dan lenyap terbawa pergi,

Kunaikkan pujian kehormatan Sang Empunya,
Ikhlaskan diri,
Masa depan Kan kugapai!

Jawa, 18 Januari 2018
Inspirasi kehidupan: Ririn Dawir

Hidup Ku

Foto: Ririn Dawir

Pada siapa aku berpijak,
Penyandar bahuku telah berpulang kepadaNya,
Ku goresi hari dengan peluru tanya,
Aku terhenti di satu titik,

Ku tatapi lagi cermin wajahku,
Ingin apa aku pada kehidupan ini,
Jika hati terkoyak sepi,
Bukan berarti dia yang mencintai berlalu pergi,

Bola mataku berbicara padaku,
Merasuki alam pikirku,
Memacu semangat juangku,
Mungkin benar,
Tak mampu ku patahkan buah pikiran mereka,
Tapi ku mampu taklukkan diri ini, Jiwa ini, dan raga ini...
Karena begitulah aku memaknai hidup.



Jawa, 18 Januari 2018
Inspirasi kehidupan: Ririn Dawir

Friday, January 04, 2019

Dia

Dia,
Inspired by: Sahira
adalah nafas dari jiwa ibu,
adalah nadi dari gerak ibu,
adalah harapan dari ketidakberdayaan ibu,
adalah penyemangat dari penatnya kehidupan ibu,

Dia,
adalah senyuman dari lelahnya ayah mengais rejeki,
adalah hiburan dari ketidaknyamanan ayah berjuang,
adalah kerinduan dari kegelisahan ayah meninggalkan rumah,
adalah pengobat dari setiap amarah ayah,

Dia,
adalah hadiah sebuah pernikahan,
adalah segudang harapan dari perjuangan ayah-ibu,
adalah sebuah kerinduan seorang wanita,
adalah kebahagiaan dan kebanggan orang tua,


Isi Dalam Kemasan

Mengindahkan mata lain menikmati keindahanmu,
Memudahkan mereka menilai engkau,
Walau tak nampak apa yang ada dari dalam,
Kamu akan terlihat seperti apa yang kamu tampilkan,





Kadang tak sesuai dengan apa yang kamu pikirkan,
Ia lah kesimpulan dari pikiran yang memandang,
Kadang begitu mengagungkan dan terbungkus rapi,
Walau tak sedikit terlihat tak lagi sempurna,



Kamu bisa jadi sangat hebat,
Karena menyimpannya dengan penuh ketelatenan diri,
Namun terkadang ia bisa terlihat,
Karena aroma apapun akan selalu tercium dari mana ia berasal,



Isi dalam kemasan,
Penuh misteri pada siapa yang melihat,
Isi dalam kemasan,
Tak selalu sesuai dengan perspektif yang ada,
Isi dalam kemasan,
Membawa kebahagiaan ataupun duka,
Ia ada walau tak selalu terwujudkan dengan sempurna dan nyata,
Isi dalam kemasan,
Selalu ada kata akhir dimana ia tak lagi tersembunyi...

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...