Thursday, December 09, 2021

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberapa pentingnya nilai seseorang tergantung pada kualitas pandangan dan keterikatan hubungan diantara orang tersebut. Dasar yang kuat untuk menyatakan seseorang penting adalah saling menghargai dan saling menganggap penting. Namun, setiap orang justru kemudian mencari jawaban diri atas pertanyaan yang kemudian sering terbesit “Apakah saya penting?”. Karena sepertinya sulit bagi manusia untuk percaya , bahwa kita semua tidak penting. Pertanyaan ini merupakan filosfi hidup sepanjang masa. Bahwa nilai manusia juga didorong berdasarkan kultur/budaya dari lingkungan itu sendiri.
Sejarah mencatat bahwa dalam peperangan ada nilai yang dibenarkan tentang ‘kematian’, bahwa peperangan membenarkan untuk menembak mati atau membunuh lawan/musuh. Hal ini terjadi diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pembunuhan lainnya berbentuk aborsi. Secara medis ada etika yang mengikat petugas medis dalam hal ini dokter/bidan yang bertugas untuk mengambil tindakan aborsi tersebut, namun karena hal ini juga membuka keuntungan bagi pihak penyelenggara aborsi maka hal ini kemudian dilegalkan oleh pihak terkait. Di Indonesia pelayanan aborsi dapat disetujui jika ada indikasi kedaruratan medis dan perkosaan. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2016. Pada abad keduapuluh, pembunuhan janin dilakukan atas dasar ‘eugenia’. Eugenika adalah filosofi sosial yang berarti "memperbaiki" ras manusia dengan membuang orang-orang berpenyakit dan cacat. serta memperbanyak individu sehat. Keadaan ini saat itu terjadi antara orang-orang Tanala di Madagaskar. Dimana terdapat 2 golongan yang berbeda jelas warna kulitnya, meskipun dalam cirri-ciri tubuh lainnya hamper sama. Juga bahasa dan kebudayaan mereka sama. Keduanya dikenal dengan nama kaum merah (warna kulit: coklat muda) dan kaum hitam (warna kulit: coklat tua). Jika seorang bayi dari Kaum Merah lahir dengan warna kulit coklat tua, Kaum Merah percaya bahwa ia akan tumbuh menjadi pribadi yang buruk misalnya maling, tukang sihir, pezinah, dll. Maka bayo tersebut tidak akan dibiarkan hidup. Anggapan ini kemudian diteruskan turun temurun ke setiap generasi lewat penyampaian orang tua. Tentu saja hal ini ditentang dan tidak disetujui oleh orang tua dari bangsa lain. Tetapi juga ada berbagai bentuk diskriminasi lain yang juga disetujui yang akhirnya berakhir dengan kematian.
Peristiwa-peristiwa di atas memperlihatkan kepada kita, bagaimana kita dapat meniadakan sesuatu menjadi tidak penting dengan dorongan dari lingkungan setempat. Dalam penjelasan diatas menjelaskan bahwa budaya di teruskan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, seorang anak terikat dengan apa yang disajikan oleh orang tua, keluarga dan lingkungan serta kebudayan tertentu maupun pada apa yang dirasakan dan dimengerti olehnya. Maka semua yang ia alami akan menjadi dasar ia berpikir dan bertindak.
Dengan demikian mampukah kita menganalisa diri kita sendiri? Bagaimana saya sebagai manusia? Apakah saya dapat mengakui bahwa orang lain pun penting sebagaimana saya melihat pribadi saya sebagai seseorang yang penting? Sehingga jika saya tak menghargai orang lain maka saya pun tak menghargai diri saya sebagai manusia. Dalam posisi ini kita kemudian dapat memposisikan diri kita sebagai manusia bukan benda. Sehingga kita dapat mengembalikan kedudukan manusia seutuhnya kea rah penyelamatan, pertobatan dan penjernihan. Hal ini membawa kita pada inti pokok semua agama di dunia. Bahwa, bagaimana kita bertanggungjawab kepada sesama, setidaknya jangan saling membunuh baik melalui perkataan maupun sikap dan perbuatan! Salam, Sumber: - Aturan Kemenkes tentang aborsi: https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1914-2-juta-janin-digugurkan - Cetakan Kedua Buku Saya Oke-Kamu Oke oleh Thomas A. Harris, MD disadur ulang oleh P. Adolf Heuken SJ yang di terbitkan oleh Yayasan Kanisisus dan Yayasan Cipta Loka Karya, Tahun 1978.

Monday, May 31, 2021

Untuk Bapak Marten Corputi

Untuk sebuah cinta tak bersyarat,

Rasa tak pernah pudar,

Rindu tak pernah berakhir,

Kasih sayang tak pernah luntur,

Bersamanya aku tumbuh besar...


Untuk arti sebuah keluarga,

Bukan hanya tentang darah yang mengalir,

Atau pun tentang silsilah garis keturunan,

Namun tentang arti pentingnya kepedulian tuk mengasihi sesama,

Darinya aku belajar tuk mencintai dengan sukacita...


Untuk arti sebuah persahabatan,

Ia memberi ketenangan,

Ia pun menghadirkan perdebatan,

Namun memiliki cinta tuk mendamaikan,


Untuk sebuah arti perlindungan,

Darinya aku merasa nyaman dan aman,

Aku pun belajar tuk kembali mencari kebenaran,

Bahwa aku harus tetap belajar n berjuang tuk merasakan hadirat Tuhan...


Untuk lelaki yang memberiku sejuta rangkain kata-kata itu...

Aku mencintai mu dalam diam dan emosiku,

Walau sulit ku luapkan tentang sesaknya kehilangan dirimu,

Namun sungguh harus ku ikhlaskan engkau menutup usiamu...

Agar tak lagi ada rasa kedagingan ku yang membelenggu langkahmu,

Tuk menyatu bersama Sang kuasa,

Pergilah dalam damai Kristus....

Selamat jalan Bapak tersayang.......



Note: Syair ini terlahir atas empati penulis terhadap luapan perasaan sahabat sekaligus adik terkasih Mega Corputi yang kehilangan Sang ayah (Bpk. M. Corputi). Maka penulis dedikasikan syair ini untuk adik Mega n juga adik Rosa Corputi sekeluarga. 


Salam,

🙏

Saturday, May 08, 2021

RASA DALAM STATUS


Ku tuai rasa dalam bejana cinta,

Tercampur dalam ego dan air mata,

Beribu cerita kucoba tuk tetap mencinta,

Namun sulit tuk meniadakan kejujuran rasa,


Tanpa sengaja disuguhkan secangkir perhatian,

Yang dijamu sepasang mata prasasti keindahan,

Keelokannya pun laksana menikmati kokain,

Yang selalu ingin melayang namun hanya dalam angan,


Semoga kelak seluruh pencinta tetap tulus,

Tuk hadirkan cinta manis,

Hingga rasa tak harus mengemis,

Untuk hubungan yang telah berstatus... 



Sejauh Cinta

Sejauh langkah meresapi sejarah,
Demikianlah cinta tak melulu soal berserah,
Tidak juga tentang resah,
Apalagi mengakhiri dalam pasrah,

Sejauh arah kaki tertuju,
Ada rindu yang selalu memandu,
Pada kalbu yang siap menjamu,
Untuk kamu yang selalu ditunggu....

Bukanlah cinta jika jenuh diberi ruang,
Dalam rasa yang selalu mengekang,
Pada setiap waktu yang datang,
Untuk setiap peristiwa berkembang,

Bukanlah cinta jika ragu berkuasa,
Dalam laku yang selalu bertanya,
Pada setiap debat bahasa,
Untuk setiap kisah nyata,


Tuesday, April 20, 2021

"BANGKIT"

 

                  Foto & Inspirasi: Ririn Dawir


Sinar Surya membasuh peluh raga ini,

Memberi cahaya atas kelam lalu,

Tentang rasa takut yang akhirnya mulai usai,

Perlahan namun pasti,


Tentang kehidupan,

Yang sesungguhnya ku imajinasikan dalam bingkai ketakutan,

Yang melukiskan kecemasan tuk menolak melangkah,

Akhirnya pun sirna...


Tentang diri,

Yang akhirnya berdamai pada pribadi,

Walau tak mudah meyakinkan hati,

Akan cinta yang hampir mati,

Namun Tangan Sang Kuasa terlalu kuat tuk mencintai,

Hingga nadi kembali menghidupkan nurani,

Bahwa mencintai sesama dan diri adalah kepingan jiwa yang hampir pergi,


Tentang jiwa,

Yang bersembunyi pada rasa takut,

Akan kebenaran yang menuntut,

Pada keharusan yang wajib direbut,

Hingga kesadaran mengalahkan kalut,

Bahwa kebenaran patut diperjuangkan,


Terimakasih Sang Surya,

Yang menjadi lambang akan sebuah pengharapan,

Terimakasih Sang Kuasa,

Yang menjadi fondasi iman tuk tiadakan semua keraguan dan kecemasan,


Terimakasih kepada diri,

Yang akhirnya mampu menjelajahi kebebasan yang sempat terlupakan,

dan akhirnya pun mampu mencintai diri dan sesama,

Terimakasih telah Bangkit!!!



Monday, April 19, 2021

"Penyembuh Diri"

Foto & Inspirasi: Ririn Dawir
"Foto & Inspirasi: Ririn Dawir"


Kerikil selalu ditapaki kaki,
Bahkan ditemui jurang dan akar belukar yang menjerat langkah,
Lalu terjatuh,
Berdarah,
Kemudian menghentikan langkah...

Aku pun menangis dan menggila,
Aku tak baik-baik saja,
Aku ingin menyudahinya,
Dimanakah penyembuh ku?

Lalu,
Seribu jiwa menyesahku tuk berhenti,
Kembali ku tutup diri,
Dunia membelenggu ku lagi,
Dimanakah penyembuh ku?

Tangis memecah disudut malam,
Angin menyapa dan mengecam,
Untuk setiap hari dan waktu,
Aku meratap...
Dimanakah penyembuh ku?

Lagi,
Ku tenggelamkan diri dalam waktu,
Menyapa pikiran dan beradu,
Sudah cukup kah aku membeku?
Penyembuh ku pun tak kunjung menyapa...

Ku Hela kembali nafas,
Menghancurkan kepingan mitos,
Menaklukkan ribuan molekul ide,
Aku mampu meremukkan jiwa sesat ku,

Aku berseru,
Aku mencintaimu -diriku,
Kamu lah wanita hebat dan tangguh,
Yang mampu mengambil waktu tuk mencintai dan menemukan diri,
Kamu lah obat dari tabit yang ku cari,
Kamu lah jiwa yang berdamai dengan masa lalu,
Pun Melawati diri dari akar kepahitan,
Terimakasih telah berjuang sejauh ini,
Aku mencintaimu diri ku,

Salam Penyembuhan Diri,


Thursday, April 01, 2021

"Tyas Dalam Kehidupan Ku"

 


Untuk setiap moment tentu ada kisah. Sebagaimana kisahku dengan wanita ini.

 Mengawali karir di dunia LSM sejak tahun 2008, membawaku mengenal banyak pribadi muda yang bersahaja dengan karakteristik kepribadian mereka yang unik-unik. Kisah mereka pun memiliki latar belakang berbeda dengan berbagai warna yang menghiasi perjalanan hidupku.

Aku dan Tyas (nama sapaan wanita berkerudung disebelah ku -pada foto) saling mengenal sejak ia berada di semester awal kelas 2 SMA. Perjumpaan kami dimulai sejak dia mengikuti salah satu program edukasi yang diselenggarakan oleh LSM tempat ku bekerja di kala itu. Program Pelatihan Penyuluh Sebaya (PPS) HIV/AIDS Kabupaten Mimika untuk tingkatkan SMA/SMK sederajat. Kebetulan saat itu aku menjabat sebagai manager keuangan LSM tersebut sekaligus sebagai leader di organisasi muda PILA. Organisasi muda/I yang mendukung setiap aksi sosial LSM tersebut, sekaligus menjadi wadah organisasi bagi setiap anak muda yang dilatih menjadi penyuluh.

Kesan pertama bagi ku, Tyas adalah anak yang memiliki kharisma. Dia pintar, berani dan cerdas. Walau dibagian tertentu dia butuh bantuan ekstra. Namun, menemukan dirinya yang sepaket luar biasa ini tentu bukan didapatkan tanpa sebuah proses. Saya ingat pernah ada satu momen dimana saya sangat keras pada dia dan kedua orangtuanya.

Kala itu ada kegiatan besar yang diselenggarakan oleh PILA. Panitia penyelenggara nya adalah seluruh siswa/I SMP & SMA/K yang telah di latih menjadi penyuluh dan resmi menjadi anggota PILA. 

Kegiatan yang dimaksud adalah Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) Kabupaten Mimika. Kegiatan yang melibatkan berbagai stakeholder dari pemerintahan, swasta hingga komunitas anak muda dan tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Persiapan yang dirancang sempurna itu memberikan hasil yang luar biasa membekas indah bagi semua yang hadir. Bahkan teman-teman +HIV terlibat dan ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Sayangnya sebagai sebuah organisasi penyelenggara maka setiap anggota yang terlibat dalam kegiatan tersebut wajib menjalankan tugasnya. Artinya semua peralatan, perlengkapan hingga kebersihan tempat menjadi tanggung jawab tim. Dengan demikian panitia yang tergabung di dalamnya wajib pulang ketika semua telah usai dan beres. Sebagai penanggung jawab anak-anak, diriku dan pihak yayasan berkomitmen untuk mengantarkan panitia (anggota PILA) ke rumah masing-masing. Terutama mereka yang perempuan menjadi prioritas utama (maklum saja, mereka masih anak sekolah). Ketika mengantarkan mereka tak ada satu pun orang tua yang protes. Mungkin sedikit garing (terlihat pada raut wajah, dan sikap mereka) namun ketika kami berbicara dan berdiskusi kepada para orang tua, mereka pun akhirnya mengerti, memahami dan kemudian menyambut kami dengan baik. Hal ini berbanding terbalik dengan orang tua Tyas. Kami bahkan dibiarkan berdiri tanpa memberikan sedikit penjelasan. Saat itu hari sudah larut, ya sekitar 11.30 malam. Kami paham orang tua Tyas cemas, tapi dengan tidak memberikan kami kesempatan sedikit pun, membuat kami mulai tidak nyaman. Terutama diriku. Saat itu, aku sangat marah dan sempat emosi (maklum saja usia ku saat itu sekitar 23-24 tahun, jadi ego nya pun belum stabil).  Jadi, saat itu, di waktu yang sama, aku memutuskan agar Tyas di non-aktifkan dari semua kegiatan organisasi, sampai saat dimana dia dapat meyakinkan orang tuanya untuk kembali aktif kegiatan. Dan, situasi ini terjadi hingga satu tahun. 

Tyas kemudian kembali mengajukan dirinya untuk aktif di PILA. Tentu saja, saya tidak langsung menolak atau pun menyetujui permohonan tersebut. Saya mengambil waktu untuk melakukan observasi skala kecil, guna membuktikan apakah benar bahwa Tyas telah mengantongi kepercayaan orang tuanya dan di berikan ijin untuk dapat kembali aktif dalam organisasi. Setelah memakan waktu beberapa hari, akhirnya saya kembali memberikan kesempatan kepada Tyas. Karena semua yang diutarakan terbukti. Jadi, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak memberikan kesempatan kepada nya.

Hari berganti hari, waktu pun berlalu. Hampir setiap hari kami menghabiskan waktu bersama untuk kegiatan organisasi. Saya mendampingi Tyas dan menjadi saksi bagaimana dia bertumbuh dan berkembang menadi wanita bersahaja. Bakat-bakat terpendam nya mulai nampak, mulai dari menjadi MC, koordinator kegiatan, pembaca puisi, bendahara hingga berbagai posisi organisasi ataupun kegiatan telah menjadi santapan pengembangan dirinya.

Lepas dari pendidikan sekolah dia kembali mengajukan diri sebagai karyawan yayasan. Tanpa berpikir panjang, saya kemudian merekomendasikan dirinya untuk diterima di yayasan. Ini bukan karena masalah orang dalam. Tetapi, secara pribadi dia telah membuktikan kepiawaiannya selama berorganisasi. Bahwa, semua tanggungjawab dan dedikasinya di organisasi membuktikan bahwa dirinya mampu. Hal ini tentu di dukung dari beberapa keahlian yang dia miliki, seperti keahlian administrasi dan kreativitas yang melekat padanya.

Saya sendiri tentu tidak ingin mengambil resiko menempatkan seseorang yang tidak se visi-misi dengan tim saya.

Dengan posisi baru tersebut, maka secara otomatis hubungan kami semakin erat. Bahkan ketika dirinya ingin memutuskan menikah. Dia tak segan meminta pendapat dan memperkenalkan pasangannya di kala itu (kini telah menjadi suaminya).  Entah mengapa, saya sendiri secara pribadi selalu di percaya oleh anak-anak yang saya dampingi untuk melihat sosok yang dekat dengan mereka bahkan banyak hal lainnya. Kata mereka saya memiliki insting dan intuisi yang tinggi. Dan yah, Puji Tuhan semua selalu terbukti. Bagi saya, semua itu terjadi hanya karena ijin Yang Kuasa. 

Kembali lagi pada fokus cerita. 

Singkatnya, setelah berjumpa saya katakan padanya bahwa pria itu cocok dengannya. Bahwa mereka pantas untuk saling memantaskan diri satu sama lain. Dengan keyakinan yang dia miliki dan tentu melalui beberapa proses perjalanan kisah mereka. Akhirnya, Tyas melabuhkan hatinya pada pria yang diperkenalkan nya padaku, yang kini menjadi suaminya. Kini mereka telah memiliki 1 anak perempuan, dan segera dalam hitungan waktu ke depan akan memiliki anak ke-2, amin.

Perjalan yang panjang itu membuat kami sangat dekat dan intim satu sama lain. Kedekatan ini bukan hanya terjadi diantara kami, tapi juga dengan keluarga kami. Dia mengenal keluarga saya, begitupun saya sebaliknya. Hubungan yang awalnya didasari dari peristiwa kekerasan hati antar saya dan orang tuanya justru membuahkan kedekatan hubungan sahabat rasa saudara kandung. Bahkan ketika berkunjung ke rumahnya saya tak sungkan untuk pergi ke dapur mencari makanan yang tersedia di meja atau sekedar meminta untuk dimasakkan. Semua makanan yang dimasak olehnya selalu saya gemari. Apalagi rendang jengkol, sambal goreng Pete, perkedel jagung dan cah sawi. Ya ampun, sambil mengetik ini pun imajinasi saya melayang hingga membuat keinginan saya menggebu-gebu untuk mencicipi hidangan nya.

 Banyak proses hidupnya melibatkan saya. Dan saya sangat bahagia sekali, walaupun sekarang kami memiliki kesibukan masing-masing, tapi saya percaya dan yakin bahwa kami selalu saling mendoakan dan mendukung satu sama lain.

Terimakasih dek telah menjadi salah satu tokoh yang berperan dalam proses hidup saya. Saya bahagia memiliki kamu dan dicintai oleh mu. Doa kakak selalu menyertai mu dan keluarga dan selamat menanti kelahiran anak ke-2. Amen. Salam sayang, 
















Wednesday, March 31, 2021

"Kekecewaan"





Kekecewaan seringkali melanda diri. Bagi kamu sendiri, apa sebenarnya alasan dasar yang membuatmu kecewa? Apakah karena sakit hati atau perasaan lain yang menjadi penyebab kamu terluka?

Mungkin, jawabannya akan berbeda-beda yah. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat suatu peristiwa. Namun, pada dasarnya kekecewaan seringkali ditimbulkan karena kedekatan dari orang-orang yang kita sayangi, cintai dan yang kita percaya. Dimana, secara emosional kita tak pernah sedikitpun menaruh kecurigaan, bahwa suatu saat kepercayaan tersebut dihancurkan. Atau ketika awal berjumpa kita pernah berada di titik dimana kita memiliki firasat untuk tidak mempercayai orang tersebut. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Karena kesibukan waktu yang sering dihabiskan bersama, maka keraguan tersebut dengan sendirinya terkikis karena hubungan yang terjalin itu.

Namun dengan perjalanan waktu yang tak terbilang, situasi itu kemudian berbalik. Kita justru dikecewakan. Lalu jika ini terjadi apa yang biasanya kamu lakukan? Menangis? Marah? Membenci? Pasti banyak ungkapan yang dapat mendeskripsikan perasaan dan tindakanmu itu. Bahkan tak sedikit dari kita yang kemudian berpikir, bahwa lebih baik memilih menghapus sosok tersebut dari daftar nama dalam kehidupan kita.

Wah,
Pokoknya, tak ada habisnya yah...
Sesungguhnya, situasi ini manusiawi terjadi.  KEKECEWAN merupakan perasaan manusiawi yang dihadirkan oleh diri atas reaksi terhadap hubungan dengan seseorang.

Dalam situasi yang tak stabil, apalagi pada situasi pandemic seperti saat ini, Pasti banyak sekali keadaan yang terjadi. Kejadian-kejadian tersebut tentunya kemudian membuat kita menjadi lebih fokus pada diri kita sendiri. Tak jarang rasa kecewa, sakit hati dan berbagai perasaan lainnya sering hadir dan mewarnai hari-hari kita. Sehingga focus tersebut kemudian membuat kita lupa dan terkadang melewatkan hal penting lainnya.
Apakah itu?
Saya menyebutnya "membebaskan diri dari semua rasa manusiawi yang buruk"!
Belajar untuk lebih mengenal diri dan masalah yang dihadapi.
Yah saya pikir bijak saja untuk menyebutkan itu pada diri saya, entah bagaimana dengan mu...

Dilain sisi...
Entahlah,
Tiba-tiba banyak pihak yang muncul sebagai penyelamat walau pada dasarnya penyelamatan tersebut dilakukan dengan uang haram. Hal ini mengandung berbagai opini kan. Kata mu ah tak apa, Tuhan tau kok kalau kita lagi butuh, dan Tuhan kirimin orang-orang tersebut untuk bantu walau dalam konteks yang kita sadari tidak benar dan tak sesuai dengan ajaran agama. Tak jarang juga, beberapa diantara kita pura-pura tidak tau dan kemudian menikmatinya saja. 
Atau ada sebagian yang tiba-tiba bermain peran sebagai rakyat jelata yang tak ada apa-apa. Artinya lahan kerjanya hilang dan kemudian ia harus berdiam diri dan menangis, walau sesungguhnya ia masih bisa menggunakan semua indera yang dimiliki untuk menghasilkan. Jika, kamu percaya adanya Sang kuasa, pasti kamu setuju dengan kutipan yang disadur dari ayat Alkitab yang bilang "Burung-burung di Udara saja mampu Tuhan beri makan apalagi kamu makhluk ciptaanNya yang termulia"... Lalu kenapa kamu hanya diam dan meratap? Entahlah... 
Atau ada juga yang kemudian memanfaatkan keistimewaan keadaan ini dengan mengambil sumbangan itu untuk lumbung padi dirumah yang hampir habis. Lumayan kan uang gaji dapat dipakai untuk kesenangan dan keinginan diri...
Entahlah...

Namun, ada juga yang terus berjuang... Lawan dari keadaan-keadaan yang disebutkan di atas.
bahkan ada yang memberi dari kekurangan dirinya. Kita tak bakalan tahu dengan jelas sampai kita membaca, mendengar dan bahkan menyaksikannya sendiri baru kemudian kita sadar bahwa ada saja orang yang lebih berkekurangan dan menderita dari kita. Bahkan sebenarnya, saya pikir kita yang kemudian melihat hal tersebut dapatmdapat terpanggil menjadi agen Tuhan untuk membantu keadaan dan kondisi mereka yang berkekurangan itu.

Terkadang kekecewaan dapat membawa dampak yang baik dalam kehidupan. Ia kan? Ya iya lah... Ini jawaban ya bagi mereka yang mau belajar dari rasa sakit itu. 
Setidaknya tak lagi terpuruk
🙏

Monday, February 22, 2021

"Bagi Kita"




Teruntuk seluruh kaum muda, entah Laki màupun wanita. Ingatlah bahwa banyak manusia yang menggunakan posisi dan jabatan mereka untuk kesenangan dirinya, tanpa memperhatikan posisimu.

Mereka bisa saja om atau tante mu. Mereka bisa saja guru atau pendamping mu. Mereka bisa saja senior atau junior organisasi. Mereka bisa saja pemuka agama atau pun tokoh masyarakat. Mereka bisa siapa saja...

Mereka berlaku baík padamu karena ada sesuatu yang di inginkan. Padahal, Manusia  yang baik tidak mungkin memanfaatkan situasi dan kedudukannya untuk memperdayai dirimu.

Awalnya hanya sebatas suka, setelah itu mengagumi lalu berlanjut ke jenjang yang lebih dari kata cukup. 

Percayalah, keputusan ada ditangan mu. Kamu bisa menolak. 

Tapi nyatanya, kamu berpikir bahwa kamu sudah terlanjur jalan dan jauh. Padahal jika diteruskan justru berdampak lebih parah. Sebaliknya jika diputuskan mungkin akan berdampak pada ketidak nyamanan mu saat ini, yaitu terancam dalam karir, organisasi, atau hal lainnya. Tapi, kamu lupa bahwa berhenti ketika kejadian itu terjadi justru menyelamatkan mu dari banyak hal yang pikir mu akan aman saja jika dilanjutkan. Kamu lupa tentang posisi keluarga, kamu lupa tentang karir dan masa depanmu, kamu lupa tentang sanksi sosial dari masyarakat bahkan Agama dan keyakinanmu pada Tuhan mu rela kamu nodai.

Ingatlah iblis selalu menawarkan yang nikmat dan membisikkan mu hal-hal toleransi yang menyesatkan.

Ingatlah sekali bermaksiat akan melahirkan jutaan siasat tuk melakukan milyaran maksiat lainnya...

Intinya terkadang kita tak sadar jika sedang diperdaya, untuk itu berhati-hatilah. Latihlah diri sejak dini untuk mengatakan tidak dan berani menolak apapun atau siapapun jika tak sesuai hati dan pikiranmu. Jangan pernah menawar untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nuranimu.

Terimakasih,

Salam,

Thursday, February 11, 2021

Senyum Ku Menjadi Bumerang Bagiku!


"Foto & Inspirasi : Arum"

Kemarin hari begitu sedih, tertutup keceriaannya dengan kepulan awan hitam. Sama seperti Arin yang tertunduk kaku pada luapan kata yang dicerca oleh salah satu keluarga yang mengidolakan dirinya. Ia masih saja merenungkan kata demi kata yang membuatnya menelisik pribadinya sendiri. Apa yang salah dengannya? Ah, mungkin saja ia terlalu baik membalas senyum kepada ia yang sekilas berpapasan dengannya.

Arin memang gadis bersahaja yang senang bersahabat dan bergaul tanpa ada batas, kecuali melampaui akidah agama. Dirinya lebih senang membuka cakrawala persahabatan yang baginya menambah pengetahuan dan relasi. 

Kali ini, Arin sungguh terperangkap pada kebaikan yang dia bangun. Dia berpikir keras, tentang semua gerak-gerik, langkah, tutur dan perbuatannya. Setelah memakan waktu beberapa saat, dia akhirnya berada pada satu kesimpulan akhir. Bahwa berperilaku baik pada siapa saja tanpa memilah-milah memang baik adanya, namun tak dapat selalu memberi senyum kepada setiap insan apalagi lawan jenis. Karena dengan demikian, interpretasi dari sikap yang dilakukan justru dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Arin pun tersenyum. Suara riuh yang melengking kemudian memecah senyumnya. Ganti gayamu Rin! Sahut sahabatnya yang sedari tadi mencoba mencari posisi terbaik untuk sesi pemotretan di sore itu... Arin pun melanjutkan aksinya bak selebgram papan atas...

Dalam hatinya dia berkata: "ternyata senyumanku dapat menjadi bumerang bagi diri ku sendiri"


Friday, January 15, 2021

"Kebangkitan Tekad"



Sunyi memilih Tak berkawan,
Rasa takut memompa irama jantung,
Para tawanan pun telah menemukan jalan,
Pada lorong dan sudut Kota yang menyepi dalam gelap,
Kita tersesat!

Tiupan angin menghempas nafas yang terpingkal-pingkal,
Rasa gugup kemudian menyatu dan kebal,
Kita belajar tuk meniadakan kesal,
Lepaskan  pasung yang tercipta dalam sesal,
Kita hilang!

Risau berbisik dalam kalut sang pemikir,
Hujani tanya dan kata bak petir,
Sebuah organisasi belajar membebaskan rasa khawatir,
Karena tim yang besar adalah mereka yang bertekad berjuang,
Bertekad bersama!!!




Wednesday, January 06, 2021

"Syair: Peristiwa, Hubungan, Tuhan & Cinta"

 


Pergantian tahun hadir menyapa,
Banyak kisah yang tak usai di cerita,
Demikian pun dengan rasa mencinta,
Pada pribadi yang menghias tahta...



Sungguh benar penyelamat dunia,
Kelahirannya menjadi tanda sukacita,
 Kesederhanaan menjadi icon jiwanya,
Cahaya ilahi menjadi lebih bermakna,


Maka... 
Satukanlah diri pada Tuhan,
Agar langkah mampu menahan,
Setiap badai yang berusaha melenyapkan,
Dan setiap pribadi yang siap menelan,

Salam sayang pada jiwa yang senang mencinta,
Karena rindu pun hadir tuk mencinta,
Dan biarkan lah cinta berkarya pada cinta,
Karena demikianlah Tuhan menumbuhkanya tuk dicinta.

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...