Sunday, October 20, 2013

Sarang Baru HIV-AIDS Bernama Kali Kabur Timika

Metrotvnews.com, Timika: Kawasan pendulangan liar di sepanjang aliran Kali Kabur (Sungai Aijkwa) beberapa tahun terakhir menjadi sarang baru penyebaran kasus HIV-AIDS di Timika, Papua.

Direktur Eksekutif Yayasan Caritas Timika Papua (YCTP) Ernest Vincent Sia mengatakan saat ini terdapat ribuan pendulang liar memadati area Kali Kabur mulai dari dataran tinggi hingga dataran rendah Mimika untuk mengais butiran emas sisa pembuangan dari PT Freeport Indonesia di Mil 74.

Ribuan pendulang liar itu sangat rentan terinfeksi HIV-AIDS, mengingat dari laporan yang diterima sejumlah pekerja seks komersial (PSK) dari Timika sering dibawa ke kamp pendulangan di Kali Kabur.

"Tahun ini kami akan masuk ke sana. Kami akan masuk di titik-titik tempat pendulang masuk dan keluar. Di sana ada ribuan orang yang melakukan pendulangan liar. Mereka sangat rentan terinfeksi HIV-AIDS karena selalu ada orang yang datang dan pergi," tutur Vincent.

Menurutnya, kelompok pendulang liar di sepanjang aliran Kali Kabur menjadi kelompok berisiko terinfeksi HIV-AIDS. Oleh karena itu, YCTP berencana menyediakan outlet kondom di beberapa titik kawasan Kali Kabur. Sebab, sampai saat ini kondom dianggap sebagai salah satu pertahanan efektif untuk mencegah masuknya virus HIV. (Ant)

Editor: Patna Budi Utami

"Proses Perjuangan Hidupku Belum Berakhir"

Mungkin aku memang bukanlah gadis yang beruntung dalam kehidupan ini. Sejak kecil kehidupanku tak' seindah anak2 seusiaku. Jika, teman2 ku memiliki kebahagiaan dengan ibunya, hal itu tak serupa denganku.
Lihat saja perkataan mama padaku: "Maafkan mama Mala, dulu waktu kamu dikandungan, mama berniat untuk menggugurkanmu...tapi akhirnya tidak jadi". Dan perkataan itu seperti tanpa dosa apapun oleh mamaku, sekalipun ia mengatakan maaf, tapi ia tetap melukai hatiku, karena mimik wajahnya dan sikapnya sama sekali tidak menunjukkan penyesalan". Tapi walau bagaimanapun juga, dia tetaplah mamaku. Seburuk apapun dia di mataku dan sebisa apapun aku tuk berusaha membencinya atas kesalahan yang ia perbuat, aku tak pernah bisa membencinya, justru aku tetap meniginginkan dia kembali dan berada disisiku.

Sejak aku berusia empat tahun, papa dan mama telah bercerai. Saat itu aku kemudian di besarkan oleh oma. Dalam tangan oma, aku merasa nyaman dan diperhatikan. Walaupun sebelum aku berada di tangan oma (mama dari mamaku), aku sama sekali tidak mendapatkan tempat yang layak dan nyaman.Karena aku diandaikan seperti barang atau sebuah bola yang dilemparkan kesana-kemari. Hingga oma memutuskan untuk merawat dan membesarkanku dengan cintakasinya. Aku bahagia dikala itu.
Namun, kebahagiaan itu kemudian lenyap kembali ketika aku di bawa ke papua. Adik kandung dari mamaku kemudian menampungku dan melanjutkan studiku (SMP kelas 3). Suami dari tanteku itu sungguh baik sekali, namun yang membuatku bingung, mengapa tanteku justru tidak bisa memperlakukan aku lebih baik daripada suaminya? Padahal yang saudara kandungnya mama kan adalah tante...
Hem nasib',
Tante adalah wanita perfect. Segala sesuatu yg dikerjakan dan dilakukan harus sempurna. Bayangkan aku dituntut melakukan semua kegiatan rumah tangga dengan penuh ketelitian tinggi. Ya Tuhan, salah apa aku ini??? (setiap saat dalam batinku yg tersiksa, kudaraskan kalimat itu). Sehelai rambut yg jatuh dilantai pun tak bisa ditolerir, apalagi meja atau perbotan yg bila di pegang terasa berdebu, walaupun pekerjaan itu baru kemarin kulakuan. Aku selalu bertanya dalam batinku, apa yang tante harapkan dariku??? Karena aku hanyalah anak remaja yang berusia 14 tahun, pedih sekali batinku ini.Setiap hari aku harus melakukan pekerjaan ibu rumah tangga, sungguh sakit batin ini. Yang lebih parahnya lagi ketika aku tidak bertahan dan betah dengan situasi itu, aku akhirnya memutuskan utk menceritakan kondisiku ke oma, tentunya tak semua hal dan yg paling penting bagiku adalah tdak membuat tante terluka diposisinya. Hingga oma memutuskan utk mengirimkan pembantu. Tapi, itu justru menjadi malapetaka bagiku. Pembantu itu justru membuat hal yg diluar kewajaran dan sangat aneh. Tapi tidak akan kuuraikan, karena sangat buruk sekali. Yang jelas dia menyebabkan perselisihanku dengan tante terjadi, hingga akhirnya aku memutuskan kabur bersamanya di rumah sebuah keluarga. Pelarian itu tak' berlangsung lama, karena ketika tante berpulang dari singapur, ia mencariku ke sekolah dan melaporkan semua hal buruk kepada pihak sekolah hingga mereka mendesakku untuk kembali ke rumah tante. Karena diancam oleh pihak sekolah utk tdak mengikuti UN, maka akupun mengikuti kehendak tante untuk pulang bersamanya ke rumah.
Tapi, apa yg kudapat kerika aku berada di depan rumah aku dipukul olehnya hingga babak belur dan biru-biru wajahku (memar dan lebam). Para tetangga membujukku untuk melaporkan tante ke kantor polisi dengan membawa bukti luka2 itu, tapi aku tak'tega pada tante. Akhirnya akupun kabur ketika aku lulus ujian.
Ada pepatah yang mengatakan keluar dari mulut harimau masuk ke dalam mulut singa. Itulah kehidupanku saat ini. Lepas dari tante, aku tinggal bersama keluarga yang sangat ramah dimataku, mereka baik dan sangat perhatian. Tapi ternyata itu hanyalah kamuflase saja. Hanya beberapa bulan bersama mereka dengan segala kebaikan dlam skenario, aku kemudian mengalami penyiksaan batin.
Lebih pedih dan sakit dari sebelumnya. Awalanya aku hanya mencuci bajuku ditambah dengan pakaian om dan tante, tapi selanjutnya aku harus mencuci dan meyetrika sembilan (9) orang penghuni rumah itu. Membersihkan piring kotor, rumah, menyiapkan makanan dan segalanya. Hingga pada saat sekolah aku justru tidak berkonsentrasi. Disekolah adalah satu2nya tempat aku beristirahat dari pekerjaan rumah tangga itu.Kadang aku tertidur, kadang aku memikirkan; sebentar pulang kerumah apa yang harus aku kerjakan??? Pusing dan lelah. Sunggu sangat sakit. Di rumah itu, aku seperti manusia tak dianggap. Aku ada hanya ketika mereka butuhkan, tapi setelah itu, aku bagai sampah yang berserakan dan tak layak untuk dipandangi. Hem, sungguh pedih dan tersiksa batinku. Yang lebih menyakitkan lagi, saat aku jatuh sakit. Aku tak bisa berbuat apa2 hingga harus dilarikan ke RSUD dan ketika pulang kerumah untuk beristirahat, aku justru disindir dengan kata2; "untuk apa menampung orang penyakitan yang tidak berguna, menyusahkan saja sih". Oh Tuhan, apa kesalahan dalam hidupku, hingga harus mengalami semua ini???

Huft, ceritanya masih sangat panjang....
Tapi aku harus mengakhiri semuanya di bagian ini....

Pasti kalian semua'kan bertanya-tanya, bagaimana akhir dari kisah ini??? Akupun belum bisa mengatakannya, karena ini masih dalam proses perjalanan hidupku. Saat menceritakan kisah ini ,dihari ini, aku sedang melakukan suatu perjuangan hidup, untuk langkah yg lebih baik lagi. Ku harap keputusanku benar. Tapi langkah itu akan kuceritakan nanti.
Setidaknya aku hanya mau menyampaikan kepada kalian, bahwa saat ini usiaku 15 tahun dan aku tidak menyerah dengan keadaanku ini, justru itu kukatakan aku sedang berjuang karena proses hidupku ini belum berakhir dan aku masih harus belajar banyak lagi dalam kehidupan ini, sehingga dapat menjadi remaja yang berhasil.

Doa ku:
Tuhan, bantulah aku dalam proses hidupku ini, tuk menjadi anak yang kuat menghadapi segala cobaan ini.
Berilah kekuatan rohMu dan kuatkanlah Iman, Cnta dan Pengharapanku terhadap Engkau Tuhan, hingga mampu kuhadapi semua ini.
Terlebih lagi,
aku tak ingin mengulang kesalahan yang sama, yang telah diperbuat oleh orang tuaku, maupun orang2 yg telah mengadiliku secara sepihak.
Dan berkatilah mereka didalam naungan kasihMu, agar mereka dapat kembali kejalanMu.
Amin.

Demikian, kisah dari sahabat ku' "Mala"

"Mala", terimakasih banyak telah berbagi kepada kami tentang kisah hidupmu, semoga sahabat2 lain juga tetap berjuang seperti kamu.
Karena kehidupan ini tidak indah rasanya tanpa perjuangan dan tantangan. Justru, kita seharusnya bersyukur kepada Tuhan, karena diberikan cobaan untuk tetap menjadi pribadi yang kuat. Sehingga ketika mengalami masalah, kita sadar bahwa kesulitan yang lalu telah kita lalui...Maka, jangan menyerah utk kesulitan yang baru menghampiri kita... So, remaja muda, terus berjuang untuk kehidupan dan masa depanmu, dimulai dari sekarang.... Keep going on!!!!

Adik "Mala" sayang baca di sini http://www.merryriana.com, web ini dapat menginspirasikan kamu untuk terus dan tetap berjuang....


Tuesday, October 08, 2013

"Didengar & Mendengarkan"

Ketika malam mulai merayu siang tuk melupakan terang dan menjalani kerlipan bintang dan sang bulan, Ria mulai berlari dan bercerita tentang kisah hidupnya.
Ia tersipu malu di malam itu dan mulai menyampaikan guratan kisah yang di laluinya di hari itu kepada sang sahabat yg selalu setia menjadi pendengarnya.
"Aku bangga" kata itu terus keluar dari bibir manisnya. Bangga akan segala yang ia miliki dan setidaknya selalu mampu tuk bersyukur dalam segala kisah, walau terkadang ada aksi atas reaksi tubuh yang berlebihan dan mencoba merayunya tuk melupakan ucapan syukur yg harus ia tuturkan pd Sang Kuasa Kehidupan.
Ia selalu tersipu malu, ketika bercerita dan mengurai semua yg ia alami.
Rona wajahnya terus terpoles dgn seri-seri senyumannya yg kemudian terus terusik sambil menutupi wajahnya dan sekali-kali tangannya terhentak pada sahabatnya itu.
"Aku Bangga" kata itu terus terurai,
Aku bangga miliki sahabat seperti dirimu, Sahabat yg luar biasa mau mendengarkan segala keluh kesahku, Sahabat yg selalu memberikan solusi ketika masalahku tertuai dlm pembicaraan kita. Sahabat yg selalu mengusap air mata dan menyeka keringatku ketika aku sedih dan lelah. Aku mungkin tak sehebat engkau, namun justru itu engkau menjadi orang yg sangat berarti bagiku, Sahabatku. Aku bangga dengan segala kesederhanaan yg engkau miliki. Bangga ketika aku marah dan menghentakmu, engkau selalu tersenyum dan menghapuskan bahkan menghilangkan kegalauan hidupku itu. Aku bangga karena engkau selalu punya alasan dan jawaban untuk membuatku tersenyum dan tertawa, membuatku melupakan segala duka dan luka dikala kumiliki. Aku bangga karena kau begitu luar biasa dan sungguh sangat bernilai bagi hidupku.

Kebanggaan itu terus terurai dalam alunan kata2 Ria kepada sang sahabat sejatinya.
Ia bahkan merasa, bahwa ia tidak menyadari bahwa sahabatnya juga membutuhkan apa yg sahabatnya berikan kepada dia.
Setiap kali berpisah ia merasa begitu luar biasa, hingga terkadang ia mengecup kening sahabatnya, memeluknya dan berlari meninggalkannya begitu saja. Tanpa mengucapkan sesuatu hal yang membuat sahabatnya begitu berkesan. Yah itu seperti sebuah tindakan tanpa kata-kata tuk menyatakan apa yang ia lakukan adalah bentuk syukur dan kebahagiaan bangga memiliki sahabat yg luar biasa.

 Ketika ia berjalan dan berlalu, Sang sahabat meneteskan air mata. Ia tertegun dgn begitu sedih, karena Ria tak menanyakan bagaimana keadaan dan kondisinya. Ia hanya menceritakan semua yg ia alami, tanpa menanyakan apa yg sahabatnya sedang alami dan rasakan saat itu.
Sang sahabatpun berjalan dan menuju rumah Ria, ketika hampir mendekati rumah Ria, ia berhenti di bawah pohon beringin yg lebat dan menuliskan sepucuk surat untuk Ria.

Dear,
Ria tersayang...
Terimakasih karena selalu menyanjungku dan mengatakan bahwa aku begitu luar biasa.
Terimakasih karena itu membuatku berarti, namun tidak menunjukkan bahwa aku memang sungguh berarti bagimu.
Bahkan disaaat2 aku akan pergi, engkau tak bisa menanyakan bagaimana keadaan dan kabarku dihari ini???
Tapi aku tetap tersenyum untukmu hanya membuatmu untuk tidak terluka,
Namun mengapa kau' tak begitu sensitif memikirkan bagaimana perasaanku,
Aku sadar engkau selalu memberikan pelukan dan kecupan hangat bagiku,
Namun itu jga tdak bisa membuatku merasa lebih nyaman ketika engkau mau meluangkan sedikit saja waktumu tuk menanyakan kabar dan keadaanku.
Ria tersayang...
Aku merasa tak mampu lagi untuk semua itu,
Tapi bukan karena aku melakukan protes padamu,
Namun maafkan aku karena tak bisa lagi menjadi org yg luar biasa utk mu,
Tak bisa lagi menjadi pendengar terbaikmu dan
tak bisa lagi menjadi saksi hidupmu tuk kisah mu yg akan datang,
Karena saat ini kepergianku telah tiba,
Salam sayang sahabatmu ini,
Aku akan selalu ada untukmu sahabatku terkasih,
Sekalipun engkau tak'pernah ada untukku,
Pelukan Hangat dan Kecupan Rinduku Yg kan Selalu Hadir bagimu,

Sahabatnya itu pun menaruh sepucuk surat tersebut tepat di bawah pintu rumah Ria.

Ia pun berlalu menuju jurang terjal di dekat kompleks rumah Ria,
Dan menerjunkan tubuhnya,
Terhempaslah dirinya dalam jurang terjal hingga menghantarkan kematiannya di hari itu.
Ternyata,
Sang Sahabat sedang mengalami saat2 terberat dalam hidupnya,
Ia tertekan karena kondisi keluarganya, dimana sang ayah dan sang ibu selalu berkelahi dan menyerang dan Ayahnya terus-menerus menjadikan dia sebagai tempat pelampisan penyiksaan,
Semua aktivitas rumah tangga dilakukan olehnya tanpa melibatkan kedua adiknya untuk membantunya,
Saat itu diapun sedang terluka oleh sahabat yang juga adalah kekasih hatinya yang selingkuh dan mempermalukan dia didepan keluarga sang pria dan didepan selingkuhannya.
Ia tertekan dan ketika berjumpa dengan Ria, ia berharap kali ini Ria mau mendengarkan dan memberikan solusi atas masalah yg tengah ia hadapi. Namun kondisinya berbalik...

Ia Kecewa atas semua masalah hidup yg ia alami,
Mungkin benar itu tindakan yg salah dan bodoh,
Tapi bisakah anda menjadi sosok yg seimbang didalam hidup ini???
Bisakah anda untuk tdak begitu egois atas apa yg tengah dihadapi?

Petikan dari kisah ini adalah, bahwa:
Jangan pernah egois atas masalah yg tengah anda hadapi,
Karena orang lain jga memiliki masalahnya sendiri,
Maka ketika anda didengarkan oleh orang yg begitu peduli dlm hidup anda,
Maukah anda jga menjadi pendengar bagi kehidupannya???

Salam,
Semoga anda terinspirasi...merryriana

Friday, September 13, 2013

LUKA Q’ TAK Q’ SADARI



Timika, 15 Agustus 2013

Hari itu aq’ merasakan sesuatu yang aneh dalam kebiasaan yang kujalani sehari-hari. Namun tak’ kuduga perasaan aneh ini karena apa. Ia sosok yang tak pernah q’ duga sebelumnya dalam hidup q’. Melalui dia aq menjadi sosok yang betul2 dapat q’ sadari akan nilai diri q’ seutuhnya.

Luka q; tak kusadari,
Malam itu aku mengunjunginya, ia orang yg baru kukenal beberapa waktu lalu, namun sudah sangat membuat jiwa q’ menyatu dengannya. Kasih sayang q’ padanya layaknya seperti anak q’ sendiri. Aq sangat mencintai dan menyayangi dirinya. Ia membuatku mengerti bahwa aku bernilai untuk semua orang yang membutuhkan sosok diriq’ layaknya dia.

Luka q; tak q’ sadari,
Kata2 itu menjadi simbol kebodohan diri q’ sendiri. Aq menyesal karena tak bersama dia disaat2 terakhir ia membutuhkanku. Aku masih membelai kepalanya, mengurut kepalanya, berlari mencari makanan dan minuman untuknya. Aku membawakan semua kebutuhannya. Aku mencintai dan menyayanginya dengan tulus sepenuh hati dan jiwa q’. Saat itu malam semakin larut, sekitar pukul sebelas malam. Sangat lelah sekali bagiku dihari itu, karena semalam sebelum ia di RSUD, aku baru dapat tidur sekitar jam 3 subuh. Bagaimana aku bisa tertidur lelap, ketika anakku sedang sakit dan seharian kesulitan makan, semua makanan yang masuk dalam tubuhnya dikeluarkan lagi, aku sungguh gelisah dan risau, maka sekitar jam 12 malam kuputuskan untuk membuatkan bubur, dengan harapan ia bisa menikmatinya dan membantu kekuatannya. Memang benar, aku menemaninya hingga pukul 3 subuh,lalu aku pergi tidur setelah memastikan ia telah menghabiskan bubur yang ku siapkan untuknya. Aku mengucapkan selamat malam sambil tersenuym dan ia membalasnya. Masih ku ingat dengan jelas ke dua malam yang menjadi saat2 terakhir kebersamaan kami. Tapi, aku menyesal karena saat2 terakhir ia menghembuskan nafasnya, aku tak berada disisinya dan malam terakhir sebelum kami berpisah, aku tak bisa mengabulkan permohonan terakhirnya. Disaat ia melontarkan kalimat: “mama’, aku tak ingin ditinggalkan oleh mu, aku ingin ditemani tidur bersamamu, ma’.., aku takut sendiri mama’”. Tapi, aku malah meninta dia dengan penuh ketegasan, “apakah kamu tidak sayang sama mama???....kalau kamu bersikap seperti ini berarti kamu tidak sayang sama mama”... Dia pu menangis dengan tersedu sambil mengatakan “aku sayang sama mama”...... malam itu tak bisa kuhapus dalam ingatanku... Saat aku mendengar kabar itu, aku seperti tak berdaya..merasa bersalah dan terpukul... Memang benar ketika saat2 kepergiannya, ia memberikan tanda d ruangan ku dengan aroma yang tajam. Semua anak2 ku mengatakannya dan mencium aroma itu, namun Cuma aku saja yang tak menciumnya, dan Cuma di ruangan ku aroma itu tercium begitu jelas....


Tuhan,
Ampunilah salah dan dosa2 ku, Ketika tak berada d sisinya,
Saat-saat ia begitu mengharapkan keberadaanku,
Maafkan aku anak q’ tersayang,
Tak ada yang bisa kulakukan lagi, Selain melantunkan doa tulus,
Menghantarkan kepergianmu dialam sana,
Terimakasih anak q’ sayang,
Telah menjadi bagian dalam hidupku,
Yang membuatku sadar, Bahwa aku begitu berarti bagimu,
Ku ukir semua dalam ingatan dan sanubari hatiku,
Menjadikan kenangan terindah dalam kebersamaan kita.


Tuhan,
Kutitipkan dia dalam tanganMu,
Agar kebahagiaan abadi dapat ia nikmati disisiMu,
Sang Pemberi Damai Sejati,
Sang Kehidupan Abadi.
Amin.

"Syair Untuk Mu"



Ku tulis hari ku dengan syair cinta kasih,
Tak sadar bila bait-baitnya menghantarkan kerinduanku,
Mengurai semua lukisan kenangan saat bersama dalam dekapanmu,
Ku tuang kata menemani gemuruh malam dalam kesendirianku,
Cintaku tak’kan hilang dan pudar,
Aku menikmati semua kebersamaan kita,
Gemulai tanganmu merayu sedikit demi sedikit setiap lekuk tubuhku,
Dan mengajakku beradu dalam kebersamaan kita,
Hingga mengisyaratkan waktu tuk tetap bertahan dan tak berlalu,
Aku menyukainya dan berharap engkau tetap bersamaku dalam setiap waktu yang kulalui,
Ku titip namamu dalam setiap doa-doaku pada Sang Khalik,
Agar engkau aman dalam setiap langkahmu,
Hingga kekhawatiran dan setiap kerinduanku dikuatkan oleh Nya,
Sang penguasa hidup atas dunia ini,

Tuhan,
Biarkan dalam setiap hari yang kulalui,
Ku titipkan dirinya di dalam naunganMu,
Agar kebahagiaan dan kedamaian selalu menyertai setiap langkahnya,
Hingga kerisauan dan kerinduanku tak beralasan tuk meyakini keyakinanKu kepada Mu,
Sang Pencipta dan Penguasa hidup ku.
Amin.

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...