Tuesday, September 05, 2017

Merantau Dari Rasa Sakit

Pagi-pagi benar, kicauan burung telah berdendang ria. Kawanan embun terpecah oleh tarian mereka.

Ada sosok yang tak biasanya aku lihat di pagi itu. Baju lesuh dengan gerobak ditangan membawa
makanan jualan, 'nasi, nasi, nasi kuning' sahutnya dari seberang jalan.

Mba Jumiati, wanita yang baru saja mencoba mengais rejeki dipagi itu. Biasanya aku tak pernah melihat atau mendengarnya bersahut-sahutan. Maka, kuhampiri dia dan bercerita sambil melihat-lihat barang jualan miliknya. Berapa harganya mba? -tanyaku padanya. Dua belas ribu dek -sahut mba Jumiati. Akupun kemudian kembali bertanya, mba baru pertama ya jualan di sini? Ya ampun dek, mba sudah sering, justru mba mau nanya, si adek baru toh tinggal di sini? Tidak mba (sahut ku), aku justru sudah hampir dua tahun tinggal disini. Walah si ade, mba sering jualan disini, tapi justru mba malah gak pernah liat adek. Pembicaraan kami berlanjut hingga seolah tak ada jarak diantara kami. 

Mba Jumiati bercerita, bahwa kehadirannya dikota ini adalah sebagai bentuk pelarian diri 'Merantau Dari Rasa Sakit'. Kisah hidupnya sungguh tragis, ia ditinggal oleh suaminya karena selingkuh, namun beberapa kali suaminya selalu mencoba kembali padanya hanya untuk mengambil harta benda dan melukai mba Jumi. Hal ini membuat mba Jumiati terluka dan trauma, hingga ia mengumpulkan kekuatan untuk mengikuti tetangganya yang hendak ke Timika. Awalnya ia tidak tahu di mana itu Timika, ia hanya mengenal ke Irian atau Papua. Ternyata Papua adalah tempat yang sangat besar. Dalam penuturannya, teman-temannya mengikuti gerombolan PSK (Pekerja Seks Komersial) yang akhirnya bermuara di KM-10 (tempat lokalisasi wanita PSK di Timika). Namun mereka awalnya tidak tahu jika harus menjadi wanita panggilan, mereka hanya ditawari bekerja di rumah makan seperti kafe. Tetangga yang membawa mereka adalah orang yang sangat dipercaya karena posisi kerjanya sebagai salah satu kesatuan keamanan di Timika. Untungnya mba Jumiati hanya mengikuti tim mereka dan tidak tergabung menjadi kelompok itu. Namun setiba disini langsung memisahkan diri. Dan hingga saat ini semuanya masih berjalan lancar-lancar saja. Yah karena Gusti Allah meridohi dirinya. Dia pun tak pernah putus shallat dan bertawakal. Semua ritual keagamaan selalu ia laksanakan. Hidup jauh dari keluarga awalnya sangat menyakitkan, karena seperti berjuang sendiri. Tapi lama-kelamaan ternyata betah juga. Sudah lima tahun lamanya berjuang disini, akhirnya dapat menikmati semua dengan baik-baik. Tanpa ketakutan dan rasa trauma yang sebelumnya ia alami. Ia justru menyesalkan yang dialami oleh teman-temannya di KM-10. Karena terperangkap dengan situasi yang ada. Mereka justru tidak bisa kabur. Yang jelas sangat mustahil untuk keluar dari tempat itu. Selain ada orang yang bisa membayar dan menjamin mereka.

Saya kemudian bertanya lagi, apakah si mba tidak berencana berumah tangga kembali? Dia katakan, bahwa keinginan itu pasti ada, tapi tidak mau ia paksakan. Untuk saat ini ia mau menjalani semuanya dengan tenang saja, tanpa harus terikat, jika suatu hari nanti dipertemuka dengan seorang lelaki dia harap lelaki itu adalah yang terbaik dan tidak seperti masa lalunya. Semua ia serahkan pada Allah.

Pertanyaan saya terakhir adalah, apakah mba benci sama mantan suami? Jawabnya sungguh luar biasa. Namanya manusia mba, saya dulu benci sekali sama dia. Tapi semenjak saya menjalani hidup disini dan sering pasrah sama Gusti Allah, saya kok jadi kasihan mba sama dia. Karena hidupnya itu kan salah jalan yah. Itu tidak sesuai dengan kehendak Gusti Allah, bayangkan saja, kalau dia harus mati tiba-tiba, banyak sekali penyiksaan yang harus dia terima, yah perlakuannya ke saya, ke orang tuanya, ke siapapun orang yang ia sakiti. Makanya saya juga tidak mau dendam, saya yah sudah memaafkan. Sangat tulus memaafkan dia. Tapi bukan berarti saya harus kembali sama dia. Yah masing-masing tanggungjawab lah pada diri sendiri. Saya toh masih muda mba, kalau nanti Gusti Allah berkehendak berumahtangga lagi, saya ingin memperbaiki semua yang belum saya lakukan untuk keluarga nantinya. Amin -sahut kami berdua.

Menutup pembicaraan ini, saya sangat merasa bahagia sekali. Karena dipagi yang tidak begitu cerah, dengan remangan kabut yang bertaburan dilangit, saya memperoleh pelajaran berharga dari sosok berbeda. Dia wanita yang luar biasa yang saya temui. Sayang sekali, saya tidak sempat berfoto dengannya, semoga lain waktu saya bisa bertemu lagi dengannya dan mengabadikan kebersamaan kami.

Ada banyak hal yang dapat kita peroleh dari kisah ini, saya tidak akan mendikte anda yang membaca untuk menarik kesimpulan berdasarkan analisa saya. Tapi saya harap anda semua bisa mendapatkan makna positif dari kisah mba Jumiati, 'Merantau dari rasa sakit'.

Salam,

Monday, September 04, 2017

"Perjuangan Hidupku Belum Berakhir - Part II"

Pada tanggal 20 Oktober 2013 aku menulis kisah ini untuk pertamakalinya, saat itu semuanya terlihat

telah berakhir. Beberapakali sempat mendapatkan kontak dengan Mala, namun akhirnya putus sama sekali. Hingga pada awal Januari 2017 tepatnya tanggal 24, kedahsyatan dunia maya membuatku dan Mala kembali bersua.

Singkat cerita kami kembali menjalin hubungan yang erat. Dan ia pun kembali menorehkan kisah hidupnya, yang tak pernah kusangka sepahit itu. Namun, secara pribadi, ia kemudian menceritakan semuanya dengan lapang dada dan ingin menjadikan kisahnya ini sebagai kesaksian hidupnya. Berikut kisahnya:

Aku (Mala) kembali ke Jakarta dengan harapan yang bahagia, yaitu untuk dapat kembali bahagia bersama mama dan papa tiriku. Namun, seketika semuanya pupus dalam hitungan hari. Baru saja 3hari bersama mereka, mama bercerita bahwa, papa tiri keberatan dengan keberadaan aku bersama mereka (saat itu aku pahami saja, aku hanya berpikir bahwa dia (papa tiriku) tidak berkenan, karena aku merupakan bagian yang akan mengingatkannya tentang masa lalu mama). Setelah itu, aku melanjutkan perjalanan ke salah satu tempat di Jakarta, tempat tinggal nenek dan kakek. Tinggal bersama nenek-kakek hanya bertahan 3 bulan. Maklum saja, mereka hanya pensiunan. Aku ingin sekali bertahan bersama mereka, namun jika setiap hari harus mendengarkan keluhan, aku sendiri tidak bisa bertahan dengan kondisi itu. Apalagi aku tak memiliki keahlian apapun. Secara batin aku terus tersiksa, karena tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi seperti itu. Aku saat itu malah tak bisa melanjutkan pendidikanku, jadi secara pendidikan, aku hanyalah anak dengan ijazah SMP. Apa yang dapat diharapkan dari keadaan ku ini... 

- Keluar Dari Mulut Singa Masuk Ke Lubang Buaya, Ini cocok dengan kisahku saat ini. Dalam kondisi yang terpuruk seperti itu, aku dihubungi oleh temanku (Roy). Tanpa berpikir panjang, aku kemudian menyusul ke tempat tinggalnya. Saat itu yang terlintas dibenakku hanyalah mendapatkan tempat tinggal yang nyaman dan dapat bertahan hidup, dan terlebih penting tidak menyusahkan keluarga mama. Aku kemudian menemui Roy, awalnya tak berpikir panjang bahwa hubungan kami baik-baik saja. Roy adalah teman yang memberikan ku tumpangan, saat aku berada di Timika. Namanya saja tinggal bersama, akhirnya tanpa ada pembicaraan apapun tentang hubungan kami, aku kemudian hidup bersamanya layaknya suami-istri. Yang paling miris adalah keberadaan ku disembunyikan. Dan setelah tiga bulan bersama dia di kamar kos. Aku akhirnya dinyatakan hamil. Ternyata ketenanganku hanya sesaat saja, hidupku rasanya runtuh, saat tau bahwa aku hamil. Aku kemudian pergi kembali ke mama dan memberitahukan keadaanku ini. Tapi reaksi yang diberikan mama justru mengejutkanku. Mama menyatakan agar anakku digugurkan saja dan agar Roy memberi tahu orang tuanya untuk menyiapkan uang sebesar 10 juta, uang itu nantinya untuk biya aborsi. Karena Perdebatan diantara mama dan Roy tidak kunjung reda, akhirnya kuputuskan untuk bilang ke mama bahwa anakku sudah gugur. Yah, aku terpaksa berbohong, soalnya mama memaksakan agar melaporkan kasus ini ke Polisi. Pikirku, jika ini sampai ke Polisi, pasti mama akan dimarah, karena tidak bisa menjaga aku baik-baik, setelah hamil baru mau ribut-ribut. Tidak mudah buat mama percaya, walau akhirnya percaya. Aku kemudian kembali ke kos-kosan Roy.

-Masa Suram Menjemput Kematian ku,
Kembali ke Roy, tidak membuat aku lepas dari penderitaan. Justru dari semua kepahitan hidup yang aku alami, kali ini sungguh sangat perih dan lebih menyakitkan. Ini adalah masa suram yang secara tak langsung hampir menjemput kematianku. Setiap hari bagiku seperti dineraka, Roy memaksaku meminum obat-obatan yang tak jelas, bukan itu saja ia kemudian menjejali tubuhku dengan kekerasan, bahkan menginjak-injak perutku. Merasakan hampir dibunuh juga sudah pernah. Kekerasan fisik dan psikis satu paket aku alami saat bersama Roy dengan kondisi hamil, tapi anakku memang kuat, ia mampu bertahan dalam perutku dan tidak gugur.

-Titik Terendah 
Setiap hari mengalami perlakuan ini, sungguh sangat menyakitkan. Terus-menerus, tak ada hentinya. Ini nilai yang harus kubayar entah untuk apa. Tangisanku tak mempan membuatku tenang. Ketenanganku datang hanya dikala aku terlelap dari tidur, bahkan aku sempat bingung apakah ia aku benar-benar tidur?. Saat itu aku sungguh berada dititik terendah kejiwaan hidupku. Aku berjanji dan bersumpah pada diriku sendiri, Aku bilang pada diriku dan berdoa pada Tuhan. AKu bilang, Tuhan jika perutku semakin besar dan anak ini tidak juga keluar, maka akan ku lakukan apapun untuk menghilangkannya, bahkan jika aku sendiri harus kehilangan nyawaku. Karena sungguh sangat lelah berjuang. Rasanya aku tak bisa merasakan lagi kapan mentari itu terbit dan terbenam, aku seperti tidak mengenali perbedaan dari dua sisi kehidupan yang kujalani saat itu.

-Saat Jalan Buntu Kekuatan Tuhan Menopang
Hidupku tentu adalah rancangan kebesaran Tuhan. Disaat-saat aku menjalani hidup yang letih dan putus asa, saat itu Tangan Tuhan justru menggenggamku. Entah kekuatan apa yang tiba-tiba menyapaku. Saat itu kehamilanku berusia 6 bulang. Aku seperti mendapatkan hidayah dari kehadiran Tuhan. Aku kemudian bersimpuh, menangis dan berserah pada Tuhan. Aku minta pengampunan yang sebesar-besarnya dari Tuhan. Aku keemudian bertekad dan menjalankan puasa dan pasarah pada Tuhan. Saat itu juga aku seperti hidup kembali dengan harapan baru.

-Menekuni Media Sosial Untuk Anakku
Disaat berserah pada Tuhan. Aku secara spontan mendapatkan ide untuk mencari forum adopsi di media sosial. Aku kemudian melakukannya dan akhirnya mendapatkan orang yang tepat untuk anakku. Ada sekian banyak orang yang menghubungiku, namun pada akhirnya aku jatuhkan pilihan kepada orang luar (WNA/Warga Negara Asing). Pilihanku tepat pada mereka, karena mereka bukan saja memikirkan masa depan anak ku tapi juga masa depanku.

-Proses Persalinan dan Perpisahan
Saat komunikasi berhasil dengan orang tua adopsi anakku, aku kemudian berhijrah ke tempat dimana mereka merekomendasikanku untuk dirawat dan akhirnya melahirkan. Semuanya berjalan lancar. Ketakutanku seperti yang diceritakan orang-orang pada umumnya tentang proses persalinan hingga kecacatan anakku karena tindakan aborsi, tidak menjadi kenyataan. Semua ditepis ketika suara mungil itu keluar dari bibir indahnya. Saat ia lahir, itu menandakan bahwa waktuku dengannya akan usai dan berakhir. Sedih dan sangat menyakitkan ketika harus melihat anak sendiri dilepaskan untuk orang lain.

-Hidup haru teruss berjalan dengan meraih impian dan memperbaiki yang telah berlalu
Rasa sakit itu mengajarkanku untuk bisa melepasnya pada kebahagiaan. Jika aku bersamanya ia tentu tidak akan mendapatkan yang terbaik, bahkan bisa lebih buruk dari yang ku alami. Namun melepaskannya memebrikan kelegaan, bahwa setidaknya dia berada ditangan yang tepat.
Aku kembali menata hidupku, membulatkan tekad untuk berjuang kembali dalam hidup untuk rencana-rencana yang menantiku. Puji Tuhan, setelah semua proses ini selesai, aku kemudian mengambil paket C untuk menyelesaikan tingkat SMA dan melanjutkan kuliahku. Aku sangat mengucap syukur pada Tuhan, karena orang tua adopsi anakku menepati janji mereka. Hingga detik ini, aku masih mengalami kemurahan Tuhan melalui mereka. Semua biaya hidup dan pendidikan serta kesehatanku di tanggung oleh mereka.

-Hubungan Dengan Orang Tua Adopsi
Hubunganku dengan mereka hanya sebatas uang, bisa dikatakan hanya sebatas kebutuhan hidupku. Untuk selebihnya kami tidak saling mengenal. Aku bisa memahami hal itu, karena mereka memang harus menjaga bahwa aku tidak lagi memiliki hak seutuhnya kepada anak, aku bisa mengerti karena tentu mereka takut, jika aku berniat mengambil anakku.

-Belum berakhir hingga 1 tahun
Perpisahanku dengan Roy, tidak langsung berakhir setelah aku melahirkan. Aku masih kembali tinggal bersamanya. Saat itu, aku memang bodoh sekali, selalu dihina dan diperalat sama dia. Setiap kali aku mau bangkit, dia selalu mematahkan semangatku. Kata-katanya yang buat aku tak bisa bangkit adalah tidak ada seorang pria pun didunia ini, yang mau nerima aku dengan keadaanku seperti ini. Aku hanyalah sampah yang menjijikkan. Itu sebabnya aku kembali bertahan sama dia, namun tidak lama, aku akhirnya bisa kabur ke keluarga mama. Lalu kemudian menata hidupku, selangkah demi selangkah. Hingga akhirnya aku bertekad untuk menghilangkan Roy dari hidupku. Menghapus semua kontaknya dan semua cara yang bisa buat aku dan dia berkomunikasi kemnali. Akhirnya aku bisa benar-benar lepas dari dia.

-Kembali menata langkah bersama Tuhan
Setelah lepas dari Roy semua jadi lebih berharga dan bernilai. Aku kemudian menata semua dari nol. Melanjutkan hidupku dan melakukan pelayanan. Aku bertekun dan lebih lagi bertekun dalam tangan Tuhan. Bisa dikatakan jika bukan karena Tuhan, aku pasti sudah tiada. Tuhan adalah kekuatanku, Ia selalu bisa membuataku tetap kuat dan berpengharapan untuk melihat hari-hari yang ada didepanku.

Demikian kisah dari Mala, menutup kesaksiannya, Mala memberikan ayat ini "Mazmur 27:10 - Sekalipun Ayahku dan Ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku"

Semoga kisah Mala, dapat memberikan penyegaran kepada kita, akan kehidupan yang kita alami dan lalui, dan yang paling penting jangan pernah tinggalkan Tuhan dalam kondisi apapun kita, karena Tuhan selalu ada dan akan selalu ada untuk kita, sekalipun kita melupakanNya.
 
Salam,

Thursday, August 31, 2017

Sahabat Kekal Hadiah Tuhan



Pertemuan yang biasa terkadang tak menjadikan kita memahami kehendak dari jodoh sebuah persahabatan.

Suatu ketika saya dipertemukan dengan rekan kerja baru. Awalnya pertemuan itu biasa saja, kami (saya dan rekan lainnya bersama teman baru) saling bersalaman, kenalan, bercerita dan semua berkembang seiring dengan tugas dan pekerjaan kami masing-masing. Waktu terus berlalu, namun sesuatu hal yang istimewa sungguh terjadi. Secara pribadi, kejadian ini sungguh mewujudkan saya untuk membangkitkan dan menghidupkan kembali impian dari keinginan masa kecil saya, yaitu melanjutkan percintaan saya pada bahasa inggris.

Ternyata rekan ini (sebut saja namanya An) sangat piawai dalam berbahasa inggris, dia sangat telaten untuk memberikan motivasi dan metode yang baik guna mengenal dan menguasai bahasa inggris. Pertemuan kami awalnya cukup singkat. Kami hanya bekerjasama dalam dunia kerja selama 3 bulan. Namun setelah itu, dia mendapatkan posisi yang lebih menarik di perusahaan besar tempat kami tinggal. Saat itu, tentu kami semua sangat merasa kehilangan. Banyak hal yang kami lakukan bersama, baik dalam dunia kerja maupun diluar jam kerja. Namun, perpindahan dia di dunia kerja yang berbeda, tidak menjadikan kami sebagai orang asing.
Justru hal ini yang mengantarkan kami pada kerinduan kekal sebuah persahabatan.

Dia merupakan salah satu sosok yang berarti dalam hidupku. Kami selalu dapat bertukar pendapat, saling menguatkan dan saling menghibur satu sama lain. Yang paling menjadi andalanku adalah, dia merupakan sosok yang selalu sukses menjadi mentor andalanku. Tak ada lelahnya memberikan motivasi dan pengajaran bagiku untuk semua hal yang ingin aku capai. Padahal usianya lebih muda dariku. Hahahaha 😉

Mulai dari semangat menekuni bahasa inggris, walau bisa dikatakan saya sendiri kurang disiplin, tapi syukurlah tetap selalu setia belajar (walau putus-putus), dia sangat telaten, bahkan beberapa kesempatan dia memberikan ilmunya secara cuma-cuma kepada beberapa anak muda yang saya dampigi. Tidak sampai disitu dia kemudian memberikan trik, memacu keberanianku untuk menaklukkan jiwa dan mengendari motor. Jujur saja kendaraan roda 2 ini sudah saya pelajari dari tahun 2007 tapi baru kemudian lancar tahun 2012 dan keberanian itu saya dapatkan dari dia (walau ada beberapa orang yang juga berjasa mengajariku).

Setelah itu, sekitar tahun 2013 saya divonis menderita Scoliosis. Saya sempat pergi melakukan therapy dan rekomendasi dokter untuk selalu berenang. Hal yang paling menakutkan dalam hidup saya saat itu hanya 3 hal, yaitu berbicara bahasa inggris, mengendari motor dan berenang. Hal pertama dan kedua sudah mampu saya tangani namun untuk yang terakhir belum pernah dicoba. Saya kemudian bercerita pada An tentang rekomendasi dokter, dan alhasil utunglah dia ternyata juga bisa memberikan hal yang saat itu sangat saya butuhkan. An kemudian selalu meluangkan hari libur kerjanya untuk mengajarkan saya berenang, dan Puji Tuhan tidak butuh waktu yang lama dia kemudian membuat saya menjadi pusat perhatian ketika sedang berenang. Dan hal ini sangat membantu. Bukan saja itu terkadang kebutuhan dari peralatan maupun perlengkapan untuk menunjang aktivitas yang saya lakukan selalu dia suport.

Semua yang saya alami bersama dia sungguh sangat membuat saya lebih mensyukuri keberadaan Tuhan. Karena saya rasa tanpa ada campur tangan Tuhan An tidak mungkin dihadiahkan kepada saya. Seperti yang selalu An katakan pada saya "Hidup cuma sekali dan terlalu singkat, apa yang akan dia pertanggungjawabkan pada Tuhan, jika ternyata tiba-tiba dia dipanggil Tuhan dan pada saat itu banyak hal yang belum ia lakukan untuk menyenangkan hati Tuhan" -itulah sebabnya mengapa ia senang melakukan kebaikan, seperti halnya yang ia lakukan pada persahabatan kami. Saya juga ingat beberapa pekan lalu, ada salah satu anak yang bercerita tentang kebaikan An padanya, saat itu ia sedang mengendarai motor untuk mencari penumpang (gojek), namun karena liat An dia kemudian berniat mengantar An dan disabut baik. Namun, sebelum pulang An mengajak dia makan ke beberapa tempat makan dan itu sangat membuat dia bahagia. Dan beberapa kisah lainnya yang dari orang berbeda, yang telah menunjukkan bahwa An memang orang yang istimewa.

Dalam hidup saya, setiap orang yang saya kenal, memiliki sosok yang berbeda-beda dan mereka masing-masing memiliki ruang khsusus dihati saya, termasuk An. Namun, saat ini yang ingin saya bagikan adalah betapa perjalanan kami tak ada putusnya. Perjalan sebuah persahabatan. An merupakan salah satu bukti dari kasih sayang Tuhan pada saya. Hadiah kekal yang sangat indah dan tak ternilai. Saya dan An selalu saling memberi dan menerima, walau terkadang rasanya saya yang paling sangat beruntung memiliki dia dan mendapatkannya cuma-cuma dari Tuhan.

Terimakasih Tuhan telah memberikan hadiah terindah yang sangat tak ternilai. Amin 😇

Friday, June 16, 2017

Kehilangan


Saat sebuah piring selusin dipecahkan,
Satu demi satu akan tetcerai berai,
Dipinjamkan ataupun pecah,
Namun yang jelas tak lagi utuh...

Ada yang selalu akan kurang dalam hidup ini,
Ketika hari yang kita jalani tak lagi seperti biasanya,
Ketika waktu yang kita usaikan tak lagi usai,
Rasa itu hanya membekas dan semakin dalam,
Kehilangan....

Kau akan tahu rasanya,
Hingga dimana kau betul2 merasakannya,
Seseorang yang dekat denganmu,
Yang selalu menghiasi hari2 mu,
Tak lagi bisa bersama denganmu,
Tak lagi dapat mengukir senyuman n tawamu,
Tak lagi bisa membuatmu lengkap,
Saat itu lah kau akan menyadari arti Kehilangan...

Sungguh kau bisa menyatakan kuat dan sebagainya pada mereka yang kehilangan...
Tapi kau akan lebih paham,
Betapa sulit melalui itu semua,
Hingga kau betul2 merasakannya,
Kehilangan...

Aku bisa saja tersenyum dan tertawa,
Pada sosok2 yang aku jumpai,
Tapi aku tak bisa menghapus rasa itu,
Apalagi dikala aku menyendiri dan mengenangnya,
Air mata itu terus berderai,
Menerawang kembali semua yang dilalui,
Menyalahkan diri karena merasa belum memaksimalkan diri untuk kebahagiaannya,
Rasa itu semakin dalam dan kuat,
Kehilangan...

Bukan karena aku menginginkam hidup dalam bayang kepedihan,
Namun karena kebahagiaan yang terlalu indah diukir olehnya,
Hingga sulit aku percayai,
Hembusan nafas terakhirnya berada tepat di tanganku,
Rasanya masih jelas mengeluskan tangan pada rambut n kepalanya,
Masih mencium keningnya,
Masih mendendangkan lagu rohani untuknya,
Namun dalam sekejap semuanya sirna begitu saja,
Ia tak lagi disisiku,
Kehilangan...
Hanya Tuhan yang tahu seberapa besar aku harus berjuang untuk ini,
Berjuang mengikhlaskan kepergiaannya,
Berjuang untuk melapangkan jalannya,
Berjuang untuk melihatnya tersenyum indah,
Kehilangan...

Sungguh begitu dalam dan sangat meruntuhkan duniaku...

Thursday, June 15, 2017

Mengenangmu

Bulan Agustus 2008,
Masih lekang di ingatanku kehadiran mu bersama 2 orang saudaramu,
Awal yang sulit saat menaklukkan hatimu,
Namun membutuhkan waktu yang singkat...
Dengan tanganku sendiri aku mengasuh kalian diawal keterlibatanku pada lembaga yang membesarkan kalian,
Aku tak kerepotan karena pada dasarnya kalian anak2 yang pintar...
Sosok mu begitu berbeda,
Selalu menghibur dengan kepolosan mu,
Namun tegas dengan apa yang kau ingini ataupun tidak engkau ingini...
Memandikan, makan bersama dan bahkan kita sering tidur bersama...
Waktuku pun semakin singkat bersama kalian,
Disaat penempatan tugas yang berbeda padaku...
Aku hanya kemudian bisa meluangkan sedikit waktu...
Saat Desember tahun kemarin,
Ketika aku sedang berlibur, dering sms menyapa hp ku dimalam hari...
Pesan singkat dari Bapak tentang sakitmu...
Aku bersedih dan menangis, namun aku kemudian mendoakan kesehatanmu...
Tuhan pun mendengarkan doa ku...
Saat kepulangan ku...
Aku kemudian menjengukmu...
Engkau meminta agar orang tua asuh yang lama kembali...
Sekalipun kau menyayangi keduanya...
Dengan tekad yang bulat,
Aku menanggung semua resiko,
Kuperjuangkan semua harapanmu,
Sungguh tidak mudah, namun akhirnya berhasil...
Ingatkah kau saat aku berkunjung dibulan kedua dari tahun ini???
Kau begitu lemah, saat itu aku sedang sibuk. Tpi aku kemudian membawamu untuk diperiksa ke rumah sakit. Ternyata kondisimu memang sedang menurun...
Aku dengan setia mendampingi mu...
Bahkan disaat2 aku sedang tak berdaya, aku berjuang untuk mendampingimu...
Tuhan memang berkata lain...
Kini kau telah tiada,
Kepergianmu sungguh membuat kami terpukul.
Aku secara pribadi sangat tak berdaya, bagaimana tidak, kau pergi tepat ditanganku...
Dua malam aku mendampingimu tanpa tidur, menyanyikan lagu2 rohani untuk mu...
Aku masih berharap Tuhan memberikan mujizat untuk mu...
Anak ku tersayang.
Sekalipun usia mu masih belia, tapi kamu adalah sosok yang kritis, penghibur dan bijak.
Kau tahu, terkadang aku masih tak percaya...
Aku berjuang untuk ikhlas melepaskanmu...
Hingga saat dimana aku menuliskan tulisan ini.
Aku mendoakan agar kau bahagia di sisi Bapa di Sorga.
Aku berdoa agar aku dapat melihat senyumanmu...
Seperti aku yang selalu tertawa melihat tingkahmu, caramu menatap sambil berpikir. Caramu bertanya dan mengkritisi...
Aku merindukan semuanya...
Rasanya ada yang selalu kurang...
Mungkin memang benar kata orang, kamu terlalu lelah berjuang sayang.
Hingga Tuhan memanggilmu untuk mengangkat semua deritamu...
Seandainya saja aku bisa berjuang untuk membuatmu lebih bahagia disaat2 terakhirmu...
Pasti airmatamu tak perlu menetes...
Maafkan aku sayang...
Berisirahatlah dengan tenang.
Ingatkanlah aku untuk selalu mendoakan keabadianmu di sana...

Amin 😇🙏
😘😘😘😘😘😘😘😘😘


Monday, May 29, 2017

Titik Balik Kelemahan

Saat kehancuran mengguncangku
Ada setitik cahaya diujung jalan
Bak kemilau sang mentari
Sosoknya lebih nyata dari bayanganku

Aku terpana,
Dihiasinya senyuman menghapus sedihku
Seakan kukenali dia
Walau waktu baru saja mempertemukan kami

Mereka melarangku menemuinya
Seolah dia adalah ancaman bagi nyawaku
Namun justru sosok yang mereka kenal
Telah membunuh rasa percayaku untuk mendengarkan mereka

Biarkan saja waktu yang bercerita tentang cinta
Tak usah kita cari devinisinya
Karena kata-kata hanyalah kehampaan
Jika perbuatan tak menyatakannya

Aku sendiri tak tahu apa yang terjadi padaku
Yang aku tahu, apa yang kulakukan saat ini adalah keyakinanku
Menata setiap kelemehanku menjadi kekuatanku
Kulupakan semua lembaran lama
Kukuburinya dengan tekadku
Kulepaskan semua yang telah menderaku
Yang menjeratku tak bebas
Aku kini lebih kokoh
Menyambut dia yang menjadi cahaya nyata
Sebagai tujuan dalam masa depanku,

😇

Tuesday, May 16, 2017

Cinta Dua Dunia

Masih terasa dengan jelas,
Disanubari hatiku,
Kenangan yang kita rajut bersama,
Waktu seakan terhenti tuk memuaskan kebersamaan kita,
Namun waktu pula yang kemudian memisahkan kita,
Aku inginkan kau kembali melangkah bersamaku,
Membuat rencana bersama,
Dan melakukannya dengan penuh kebahagiaan,
Aku yang sulit tersenyum,
Mampu kau rubah dengan tawa sempurna,
Kau biarkan aku terlena dengan pesonamu,
Aku masih disini di dunia berbeda tanpamu,
Namun cinta ku tetap sama seperti rasa yang awal kita mulai,
Dan ketiadaanmu justru membuat cinta ini semakin dalam dan mendarah daging,
Aku masih berjuang untuk cinta kita,
Kutahu dunia berbeda ini menantang kesetiaanku padamu,
Seharusnya ku ikhlaskan semuanya dengan lapang,
Namun rasa ini membabi buta,
Aku berjuang tidak untuk meniadakannya,
Namun membuatmu tetap abadi dalam kesetiaan cinta kita,
Apakah di alammu kau masih merasakan hal yang sama???
Ataukah semua yang kulakukan hanya kehampaan belaka???
Kata tanpa tulisan,
Yang terajut dalam pikiran semata,
Cinta tanpa raga,
Yang tercipta dalam dua dunia.

Monday, May 15, 2017

Jejak Rasa

Kubelai pagi dalam buaian sang mentari,
Hangatnya menyadarkanku akan cintamu,
Kuhela nafasku memecah kerinduan ini,
Hari kemarin terhapus dalam jejak rasa...

Laksana hari yang telah terjadwal,
Aku hidup bak robot terkontrol,
Bukan tentang kekuatan yang kumiliki,
Namun tentang sebuah kekuasaan yang membudaki pikiranku memikirkanmu...

Tapak jejak langkah mu,
Menuliskan kisah yang tersamar dalam kehidupanku,
Siapa aku bagimu,
Kita berjalan dalam ritual yang sama tanpa kata yang jelas,

Apakah ini hanyalah sebuah kekaguman belaka,
Ataukah ini rasa yang lebih dari pengungkapan makna???
Aku dapat menerkanya,
Namun jawaban akhirnya berada pada mu...

#JejakRasa
#ChichiBetaubun

Sunday, April 09, 2017

Tawaran HP dan Tuhan

Saat beribadah di Gereja ada pemandangan yang tak lazim. Sepasang kekasih dengan sikap tubuh yang sopan sambil memegang handpone, saat itu sedang berlangsung pembacaan Injil (kisah sengsara Yesus Kristus), pikirku mereka sedang hikmat membaca Injil melalui HP.  Aku kembali melanjutkan konsentrasi ibadahku. Tak lama kemudian leherku tegang sekali (akibat scolisosis yang kuderita), jadi sedikit merilexkan diri dengan memalingkan wajahku ke kiri dan ke kanan. Dan aku melihat sepasang kekasih yang tadinya kupikir mereka sedang membaca injil melalui HP, tapi ternyata sang wanita sedang asik Facebook dan yang pria sedang asik bermain game. Aku kemudian melanjutkan ibadahku. Tak sadar, sang pria sepertinya merasa tak enak denganku, entah karena aku begitu khusu dengan ibadahku, atau karena dia merasa terawasi.
Dari kisah diatas, ketika aku pulang, dalam perjalanan ke rumah, aku merenungkan kejadian tadi, sedikit kurasa kecewa, karena itu terjadi kepada anak muda dan tepat di Gereja. Aku hanya berpikir, mengapa mereka pergi ke Gereja jika hanya menyibukkan diri sendiri dengan HP, bukankah masih banyak kesempatan lain yang mereka miliki untuk sekedar browsing atau semacamnya?  Bukankah di Gereja, hanya memakan waktu 1 setengah jam dan itupun seminggu sekali?

Sesungguhnya ini bukan pemandangan pertama yang kutemui, aku sering menemukan kejadian ini di Gereja, entah itu anak-anak ataupun orang dewasa. Walaupun tak semua umat melakukan hal itu. Namun, selalu saja terjadi dalam situasi ibadah.

Kembali pada kisah ku di hari ini,
Diakhir kisah ku ini: Aku hanya dapat berdoa dalam hati "Tuhan maafkan diriku entah karena aku tidak menegur mereka, atau karena aku menyibukkan diri dengan mereka walau sejenak. Dan aku harap ketika nanti Engkau mengijinkanku berumah tangga, aku tidak melakukan kesalahan yang sama yang diperbuat oleh orang tua mereka. Bahwa orang tua tidak memastikan apakah anak-anak mereka sungguh memahami kehadiran Tuhan dan bahwa apakah anak-anak telah siap bersekutu dengan Tuhan." Amin. Tugas orang tua terlihat sederhana, namun sesungguhnya memikul tanggungjawab yang besar.

Aku pikir kejadian ini menunjukkan betapa primitifnya pertumbuhan kehidupan iman Kristiani. Sehingga tak jarang tindakan seseorang lebih mudah terprofokasi.

Salam,

Saturday, April 08, 2017

Rasa ku

Jeruji waktu membelengguku,
Membakar setiap desah nafasku memanggil jiwamu,
Ku padamkan emosi kerinduan itu,
Namun jiwaku meronta bersama pikiran ku,
Mengusik alam menghadirkan dirimu,
Bagaikan tubuh tak bernyawa,
Aku menjalani semua sekalipun bukan atas inginku,
Seketika itu...
Rasanya nadiku berdegup kencang,
Ketika namamu terucap oleh bibirku,
Rasanya angin menghanyutkanku pada samudera kerinduanku,
Namun logika tak dapat kukendalikan,
Ia menolak terbujuk oleh rasa ini,
Mereka terpecah hanya karena mu,
Mereka beradu karena merasa lebih hebat,
Engkau laksana cahaya sang surya,
Yang hadir tuk menyalurkan dan membakar dahaga...

Friday, February 03, 2017

Mampukah Kita Menggapai Impian?


Setiap orang dapat dikatakan sebagai pejuang atas kehidupannya sendiri. Dan memperjuangkan kehidupan adalah bagian dari rasa nyaman yang selalu dinantikan oleh seluruh orang didunia ini. Namun apakah kita cukup tepat dalam memperjuangkan cita-cita kita? Karena sejatinya cita-cita itu bukan saja menjadi impian semata, melainkan harus diwujudnyatakan. Dan mereka yang menginginkan hal itu harusberjuang untuk menggapai impian tersebut menjadi kenyataan. "Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri agar tidak tertidur" (Richard Wheeler). Ini jelas bahwa cita-cita yang diimpikan itu dapat menjadi kenyataan bila kita tidak tertidur, artinya kita mampu berjuang, kita mampu berkomitmen dan merealisasikan itu dalam perjuangan keseharian kita. Apa yang kemudian kita nantikan dalam kehidupan ini? Apa yang ingin kita gapai dalam kehidupan ini? Bagaimana kita menggapainya? Mengapa dan kenapa kita harus menggapainya? Pertanyaan demikian akan terus berkembang dan sebisa mungkin ketika kita mencari apa yang sesungguhnya menjadi misi pribadi dalam kehidupan kita ini?

Terkadang kita justru meninggalkan begitu banyak hal kecil yang ternyata penting. Kita mungkin saja tidak sadar meninggalkan itu semua, namun kita melewatkannya terus menerus. Setiap musim akan terus berganti, waktu, keadaan, semua berganti. Dan kita masih berada di pola yang sama, yang hanya berimajinasi tanpa mau bertindak, tanpa mau mencoba mengambil langkah untuk merealisasikan impian itu.Bagaimana kita dapat menggapai puncak gunung, jika tak ada niat untuk mendaki? Bagaimana kita dapat lulus dalam ujian, jika tak ada usaha untuk belajar yang giat? Kita lebih senang menghabiskan waktu dengan duduk berjam-jam sambil menonton youtube, televisi, juga untuk bercerita tanpa ada arah yang jelas. Dibandingkan harus merencanakan dan bertindak merealisasikan perencanaan tersebut. Karena untuk menggapai semua itu kita memerlukan watak yang baik atau kemampuan untuk berfikir mengarahkan diri ketempat yang lebih baik dan seharusnya. Semuanya dapat terjadi asalkan kita memiliki keberanian untuk mewujudnyatakan semua itu “Semua mimpi bisa saja terjadi asalkan kita berani untuk mengejarnya" (Walt Disney).

Nah, apakah yang membuat kita masih menunggu? Sudahkah kita memutuskan pilihan untuk berjuang terhadap hari-hari yang kita lalui? Ataukah kita hanya menjadi bagian dari salah seorang yang tidak ingin berkarya dalam kehidupan. Tidak usah takut untuk bertindak, tidak perlu khawatir dengan konsekuensi yang akan terjadi. Jika kita gagal tak mengapa setidaknya kita sudah mencoba dan jika kita sesali apa yang terjadi belajarlah dari penyesalan itu untuk melakukan hal yang lebih baik dan berarti. Bukan kah kita smua menantikan kebahagiaan? Lalu untuk apa kita menahan diri untuk menciptakan kebahagiaan itu? Karena kebahagiaan yang kita ciptakan adalah cara kita menghargai hidup.. 

Wednesday, January 18, 2017

Penjarakan Cinta

Bukan aku yang berada ditepian kali saat kau singgahi dan pergi begitu saja.
Kita bermadu dengan penuh kasih melalui lantunan gemercik hujan yang menetes dialam ini.
Bukan aku yang berada ditengah jalanan yang menghambatmu melangkah dan membiarkanmu
berjuang sendiri.
Kita beradu dengan waktu dan hari yang tak mengenal kata usai.

Bukan aku yang dengan penuh kemunafikan bermuka dua didepan ataupun dibelakangmu.
Yang mengatakan tidak, saat kau jatuh dan terluka.
Bukan aku yang dengan senyum dan penuh tawa membiarkanmu berlari dengan luka dan duri.
Yang mengangkuhkan wajah dan diriku saat kau butuh pelukanku.

Penjarakan saja cinta ini,
Bila tanpa sadar aku telah menodainya,
Penjarakan saja cinta ini,
Bila dengan sengaja kucabik habis rasa untuk kebahagiaanmu
Penjarakan saja cinta ini,
Bila tanpa sadar aku telah menjualnya,
Penjarakan saja cinta ini,
Bila dengan keangkuhan aku berpesta atas deritamu
Penjarakan cinta ini,
Karena tak ada lagi kata Cinta bila kepercayaan tak lagi ada untuknya.

Tuesday, January 17, 2017

Kalut



Gemuruh hati yang terluka,
Menyulut emosi,
Mengalutkan pikiran,
Berkata yang tak pasti,
Mengeluarkan hujatan dan hinaan,
Yang mengisahkan luka dan duri,
Tanpa- kata jeda,
Tanpa- redahan amarah,
Biarkan diri terbakar egois,
Menutup telinga.
Bahkan nurani,
Hingga tak berdaya dibuatnya,
Petiran kata,
Terus hadirkan tangis,
Menutup telinga dan pandangan,
Dibutakan hasrat,
Membabi buta,
Aksi yang tak terkira,
Bagai pedang,
Menusuk jiwa,
Tak pantas- itu terlontar
Namun,
Terlanjur itu terucap
Kesadaran lalu terkoyak,
Oleh aksi yang tak berarti,
Kalut...........

Monday, January 16, 2017

Tak Berarah

Kemana dedaunan kering itu akan pergi
Saat derasnya angin menyapu pusaranya
Kemana pijakkan kaki dapat bertahan
Saat tak ada lagi tujuan yang menahannya

Kemana cinta kan menetap
Saat tak ada lagi tempat yang menantinya
Kemana cinta kan menunggu
Saat tak ada lagi asah yang menantikannya

Kemana arah kita kan berakhir
Saat kita masih merasa itu belum cukup
Kemana arah kita kan berubah
Saat kita merasa segalanya telah berakhir

Kemana saja jalanan yang kita tempuh ini
Saat kita merasa segala yang kita lakukan tak berarti
Kemana saja kehidupan ini kita arahkan
Saat kita merasa segala yang kita perjuangkan sia-sia

Kita adalah arah yang kita pilih,
Langkah yang kita tempuh,
Jalanan yang kita ciptakan,
Dengan pikiran dari dunia kehidupan kita sendiri.



Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...