Saturday, July 30, 2016

Jalanan Cermin Kehidupan

Jl. Busiri-Lokasi Kantor YAPEDA, Timika-Papua
Dulu, setiap kali saya berjalan, saya tidak pernah melihat jalanan tersebut sebagai refleksi kehidupan. Saya hanya melaluinya begitu saja. Namun, dalam beberapa bulan terakhir ini, sudut padang saya pada jalanan sungguh berbeda. Hal ini disebabkan karena perpindahan tempat tinggal membuat saya lebih sering menggunakan motor sebagai alat transportasi sehari-hari. Sehingga jalanan tersebut terlihat jelas sebagai refleksi kehidupan. 

Manokwari-Kabupaten Peggunungan Arfak
Awalnya semua bermula dari perjalanan saya dari rumah menuju tempat kerja, butuh waktu sekitar 20 hingga 30 menit. Setiap hari dengan jarak yang sama, saya tentu melewati jalan yang sama pula (maklum saja, saya tak tahu jalan-jalan potong yang tersedia). Dari jalanan tersebut saya kemudian menikmati banyak hal.
Mulai dari kewaspadaan diri dalam mengendarai kendaraan hingga pada hal-hal lainnya yang dapat saya temui sebelum, sementara dan sesudah berkendaraan. Sebelum mengendarai kendaraan, saya harus memastikan kondisi motor. Yah, sekalipun saya bukanlah montir, tapi tetap harus memastikan apakah ada bensin atau tidak. Kemudian, apakah ada kesalahan dari kendaraan yang saya gunakan (misalnya: lampu, ban, rantai, dll). Ini saya lakukan, karena jarak yang di tempuh cukup jauh, sehingga mawas diri jika ada masalah saat berkendaraan. Terutama ketika bermasalah saat berkendaraan di tempat yang tidak memiliki fasilitas kendaraan yang dibutuhkan.
Lokasi: Tanah Lapang Panti Asuhan YAPEDA, Timika-Papua
Awalnya saya tak pernah menanggapi semuanya dengan serius. Tapi melalui semua itu saya menemukan banyak hal di jalanan. Entah mendapati kendaraan yang tidak aman (lampu yang padam, atau tidak menggunakan sein, atau bahkan tidak ada spion) hingga pengendaranya pun tak aman (tidak menggunakan helm, tidak menggunakan alas kaki, dan lebih parahnya tidak patuh terhadap rambu-rambu lalu lintas). Hal ini yang kemudian membuat saya untuk harus selalu waspada. Itu sebabnya saya katakan bahwa jalanan merupakan refleksi kehidupan. Karena dengan demikian saya selalu diingatkan. Ini juga seperti pepatah tua yang mengatakan "kehidupan ini layaknya jalanan". Tidak selalu mulus, pasti ada jalanan yang beraspal, kerikil, becek, berlubang serta pasti selalu ada tikungan atapun jalanan yang berkelok-kelok, bahkan tantangan yang datang dari pengguna kendaraan lain yang tidak hati-hati. Namun dibalik semua itu ada pesan yang tersembunyi, bahwa seburuk apapun perjalanan kita, jika kita terus melangkah dan berjalan pasti kita akan mencapai tujuan. Melalui jalan juga kita diingatkan bahwa tak selamanya perjalanan itu akan lurus dan mulus tetapi pasti selalu ada tantangan atau masalah seperti yang diuraikan sebelumnya.
Jalanan sebagai refleksi kehidupan, dari jalanan pula kita dapat melihat beraneka ragam kepribadian. Ada pengguna jalan yang serakah, yang tidak mau mengalah baik dengan pengendara lain maupun tidak mau tahu dengan rambu-rambu lalu lintas. Ada pula yang tertib berlalulintas, namun ada pula yang belum cukup umur dalam berkendara. Bukan itu saja, setiap pengguna jalan juga memiliki keanekaragaman kepribadian, ada yang mendahulukan keinginan, ada pula yang menghargai pengguna jalan lain. Dalam berkendara juga kita bisa menemukan pilihan, pilihan untuk hidup ataupun untuk melukai diri bahkan mencelakakan diri. 
"Rumah Adat Kaki Seribu" - Kabupaten Peggunungan Arfak
Dari semua kejadian itu, akupun menyadari dan mengenali akan bahaya dalam kehidupan ini. Dengan segala yang kita miliki kita dapat melakukan banyak hal yang tidak jelas yang mempengaruhi keputusan kita di masa yang akan datang. Salah satu contoh: tidak menggunakan helm karena merasa hari libur dan tidak ditangkap oleh polisi. Namun, justru pada situasi itu kita menentukan kehidupan kita, mungkin saja kita selamat, tapi kemungkinan bahwa kita celaka pun ada. Dan setiap pribadi kita tidak menyadari. Terkadang kita berpikir untuk balap ketika berkendara, namun tanpa kita sadari hal itu justru membahayakan diri. 5 menit sebelum mengambil keputusan adalah tindakan yang harus sungguh-sungguh kita pikirkan. Karena 5 menit itupun dapat menghantar kita pada kepastian hidup yang berbeda. Setiap tindakan dari keputusan yang kita pilih selalu memiliki konsekuensi apapun pilihannya. Maka pertimbangkanlah segala sesuatu lebih bijak, sebelum mengambil sebuah keputusan dalam tindakan yang dijalani.

Salam,

Wednesday, July 27, 2016

JANJI



Mengucapkan janji itu sungguh mudah sekali terlontar dari bibir kita,
Tapi untuk mewujudnyatakannya sangat sulit,
Kita dapat dengan mudah berkata-kata dan memberi harapan pada orang lain,
Tanpa kita sadari bahwa kita tak mampu mnepati kata-kata itu.
Bahkan dengan mudah relasi yang kita bangun dapat rusak hanya karena
 ketidak pekaan kita pada janji yang kita lontarkan
Sadarkah kita, ketika mengucapkan kata-kata seharusnya kita pikirkan terlebih dahulu,
Apakah kita dapat menepati semua yang kita ucapkan,
Jika memang janji itu tak bisa ditepati,
Setidaknya beritahukanlah terlebih dahulu,
Karena hal tersebut dapat melukai mereka yang menerima harapan,
Mereka yang kemudian mendahulukan kita dan memposisikan hal lain dilain kesempatan,
Justru kita rusak dengan semua kemanisan dari kata-kata yang kita utarakan,
Janji itu tak akan berarti ketika kamu mengucapkan kepada mereka yang tak mempercayaimu,
Tapi sebaliknya hal itu justru sangat berarti bagi mereka yang sangat mempercayaimu,
Lalu semudah itukan kita dapat berpaling dari janji yang kita timbulkan?
Semudah itukan kita mengucapkan kata maaf, ketika kita memberi luka dari tindakan kita?
Jika itu terjadi pada ku, aku lebih baik memilih mencegah luka itu terjadi, dibandingkan harus mengobatinya,
Karena jika mengobati, terkadang luka itu dapat tak sembuh seratus persen,
Namun, ketika luka itu ternyata terlanjur kita beri,
Maka obatilah dengan sungguh-sungguh,
Hingga kesembuhan itu benar-benar akan memulihkan luka yang telah kita timbulkan,
Dan jangan lagi mengulang kesalahan yang sama,
Dengan kata-kata manis dalam janji yang tak berujung,

Salam,

KEPUTUSAN DALAM KEBODOHAN




Kebebsasan yang ingin kunantikan, merayuku berjalan dalam kelam malam yang tak sempat aku tinggalkan. Gelap gulita, tawaran  pesona mata yang membuat jiwa enggan tuk pergi dari kemolekan sesaat. Aku terperanjat disini diruang tanpa rongga udara. Ruang yang tak banyak bercerita tentang kebahagiaan, karena suasananya hanya berbicara tentang kehidupan sesaat, tentang bagaimana dirimu dapat menjadi pesona tanpa harus memperhitungkan orang lain. Yang dimana kamu hanya dapat berbicara pada keegoisan diri dan kemurkaan jiwa. Aku masih saja ditempat yang sama, enatah bagaimana caranya keluar dari keterpurukan ini, inginku hanya terbesit sesaat, namun jika harus memikirkan caranya, aku rasa sungguh tak sanggup melakukannya.
Baru ku sadari kebebasan ini adalah sebuah kesalahan. Aku tak menginginkannya, aku hanya bodoh dan bernafsu tuk menikmati keegoisan jiwa dalam kebohongan diri. Ini jelas bukan inginku. Kini menarik diripun rasanya tak sanggup, karena aku telah terjebak dalam kehidupan yang salah kupilih. Sungguh bodohnya diriku.
Apa yang kini harus kulakukan? Menyesali diri kah??? Ah sungguh, aku bengung. Sekali lagi kucoba tuk berpikir dengan lebih serius dan fokus, tapi tetap saja aku tak sanggup. Aku takut tersakiti dan dikecewakan dalam keputusan ini. Ataukah jiwaku yang beradu dan bertahan menginginkan ini??? Pikiran dan rasaku pun beradu...
Jelas sekali keputusan ku diawal aku berpijak di tempat ini adalah kebodohan yang kupelihara tanpa sengaja. Yang kemudian kunikmati tanpa kupikirkan dampaknya. Yah keputusan dalam kebodohan. Lalu ingin apa aku saat ini??? Keputusan ini pun akan menghantarkan aku pada peristiwa selanjutnya. Tetap bertahan di tempat ini ataukah berani mengambil resiko atas tindakan dari keputusan yang aku pilih. Semuanya berada ditanganku bukan pada orang lain. Inilah aku, ini kehidupan ku, akan jadi seperti apa aku nanti, itu adalah langkah yang aku ambil dan yang akan menjalaninya adalah diriku, bukan orang lain.

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...