Thursday, August 30, 2018

Dunia Anak

Sore itu langit tampak kelam, tak seperti hari kemarin, ia hanya bermuram diselimuti gelapnya kabut. Saya dan kawan-kawan sudah berpacu dengan waktu, tanpa sadar bahwa langit tak mendukung kami. Maklum saja semangat yang terbakar di jiwa kami lebih berkobar dibandingkan muramnya cuaca saat itu. Kali ini kami memasuki lingkungan yang jauh dari tempat tinggal kami. Sebuah komunitas belajar bagi adik-adik yang memiliki keingintahuan yang besar tentang pendidikan, usia merekapun terbilang variatif. Butuh 30-40 menit untuk menggapai tempat itu. Namun, perjalanannya cukup menghangatkan jiwa, karena dihiasi dengan berbagai gelak tawa sahabat dan pemandangan semi perkampungan yang jarang kami temui ditempat kami tinggal. Hal itu mengantarkan jiwa kami pada atmosfir yang segar. Seperti bayi yang baru saja terlahir, yang pecah dengan suara dan gerak kebebasan. Untung saja kebebasan yang kami rasakan adalah kebebasan terdidik. Artinya kami ingin jauh lebih paham tentang kehidupan desa seutuhnya.
Kami pun tiba dengan selamat dan tepat waktu pada tempat tujuan. Suara-suara emas itu terdengar, yah' anak-anak mungil di sebarang jalan, tempat dimana kami bertugas di hari itu. Tak memakan waktu lama untuk dapat bersahabat dengan mereka, karena ternyata kehadiran kami telah dinantikan oleh mereka. 

Ada kisah menarik yang sekaligus menggelitikku dan kawan-kawan. Saat itu dalam ekspektasi kami anak-anak yang kami datangi adalah anak-anak yang duduk dibangku pendidikan SD kelas 3 hingga kelas 6 dan yang dibangku SMP, dan realitanya justru berbanding terbalik. Dari 15 orang anak yang hadir, ternyata hanya 1 orang yang duduk di banku SMP dan yang sisanya kelas 1 hingga 3 SD serta yang belum sekolah. Kemudian kami saling berpandang, layaknya pikiran kami saling terkoneksi satu dengan yang lain tanpa kata, kami terdiam dan berpandang 3 menit lamanya, hingga riuhnya tepukkan dari anak-anak dan pendamping mereka memberikan sinyal bahwa kami harus mulai. Kegalauan kami bukan tanpa alasan, karena kami terbiasa melakukan sesuatu sesuai rencana, namun harus disadari bahwa begitu lah kehidupan, terkadang segala yang kita rencanakan tak selalu terjadi sesuai dengan perencanaan itu. Hingga saya kemudian mengambil alih sebagai MC dan melakukan exekusi kegiatan. Dan begitupun selanjutnya, bergulir mengikuti alur dadakan yang kami sajikan, untungnya beberapa diantara kami tetap survive dan meninkmati suasana ini. Hingga kami mampu menyelesaikannya dengan baik. Antusias anak-anak dapat digambarkan melalui wajah mereka yang begitu menikmati semua yang kami sajikan. Oh ia, hampir saja lupa. Kegiatan ini adalah aktivitas menumbuhkan empati dan simpati anak-anak terhadap Bahasa Inggris. Dan akhirnya melalui pemikiran yang kritis dan cerdas, kami mampu menyajikan bahan dengan lebih mudah dipahami (butuh kreatifitas yang super kritis).
Satu hal yang sangat berkesan dalam pertemuan ini dan menjadi pelajaran bagi saya pribadi adalah mengenal dunia anak. Saya perlu mengenali dunia anak, jika saya ingin diterima oleh mereka. Saya harus mampu memahami dan menjadi mereka barulah saya dapat berbaur dengan mereka.

Semoga kisah ini memberi indpirasi bagi kita semua.

Cat.:
- Dokumentasi dan Program: TEC (Timika English Club)
- Tempat dan komunitas yang dikunjungi: Honai Sirbe
- ALamat: SP.3, Timika - Papua

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...