Friday, February 28, 2020

Rumahku - Deritaku


Saat itu saya hanya bertanya dan terus bertanya dalam tangis. Sungguh adilkah kehidupan yang tengah saya jalani ini? Tempat yang seharusnya menjadi sandaran hidup, justru menjadi neraka. Dimanakah tempat saya dapat bernaung?, Dimana sesungguhnya kehadiran Tuhan yang selama ini saya sembah? Mengapa saya justru harus mengalami trauma yang berkepanjangan seperti ini?. Siapa yang kemudian harus saya percaya, jika sosok yang menjadi bagian diri saya justru berbalik menjejali tubuh saya dengan picik,   dan dengan wajah iblis dengan otak mesumnya. Ini iya lakukan bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Dia yang seharusnya menjadi pelindung dan saksi dari seluruh kebahagiaan saya, justru telah merampas dan menghancurkan semuanya dari hidup saya.

"Menelisik kembali masa lalu saya yang kelam"
Kira-kira, Kehadirannya sekitar 20 tahun silam. Pemandangan di hari itu adalah puncak dimana saya sadar bahwa kebahagiaan saya lenyap untuk selama-lamanya.

Bapak dan Ibu memutuskan bercerai dihari itu. Saya tak heran, karena sejak saya bertumbuh mereka selalu beradu pendapat. Tentang segala hal, dari yang massuk akal hingga menurut saya tak perlu jadi perdebatan. Mereka senang berargumen, hingga terkadang pemandangan tak pantas harus saya saksikan sebagai anak kecil.

Kekerasan demi kekerasan saya saksikan. Kata-kata makian, pukulan atau bahkan perang yang mengakibatkan benda asing bertebaran bak gasing diudara. Bapak dan Ibu sama saja. Maksud Saya, sama-sama kuat. Saya tak pernah melihat perbedaan gender dalam pandangan ini. Setidaknya mereka saling beradu. Tak dapat dikatakan Ibu yang lemah dan harus mengalah. Karena, mereka selalu memiliki nilai yang balance. Selalu draw. Saat itu saya selalu bertekad untuk menjadi sosok seperti Ibu.  Jadi, cita-cita sebagai seorang atlet bela diri. Sehingga tak satu pun pria dapat meremehkan saya. Tidak juga dengan Bapak atau pria manapun. Namun, belum pernah merasakan bagaimana menjadi seorang atlet atau setidaknya anggota dari salah satu group bela diri, saya telah raib.

Saat itu usia saya berkisar 15 tahun. Saya duduk di kelas 1 SMA. Pulang sekolah seperti biasanya, saya kemudian rebahan sejenak di sofa ruang tamu. Membaringkan tubuh untuk menghilangkan bau asam yang telah melekat seharian ditubuh. Biasanya  sekitar 15 menit  saya, sambil mengutak-atik hp. Tak selang beberapa lama kemudian, saya bergegas ke kamar tuk mengganti baju. Namun, karena ngantuk yang membabi buta, saya kemudian memutuskan untuk tidur.

-Bapak adalah sosok iblis yang nyata-
Dalam kepulasan tidur. Saya merasakan ada sesuatu yang menggerayangi tubuh saya saat itu. Awalnya, saya berpikir kalau ini adalah bunga tidur, karena rasa ngantuk lebih besar dari mempedulikan hal itu. Namun, saat saya berulang kali mencoba melepaskan ketidaknyamanan itu (berusaha menyingkirkan sesuatu yang mengganggu itu dengan kaki). Tapi, semakin berusaha menyingkirkan ketidak nyanana itu. Tiba-tiba, sesuatu telah melejit pesat mendapati mahkotaku. Dilucutinya celanaku. Hingga akhirnya Saya pun sadar dan benar-benar terbangun, bahwa ini bukanlah bunga tidur. Seketika itu juga, saya mendapati  Bapak sedang mengecup pangkal paha saya. Saya berkelit dan berusaha berteriak. Namun, gerakannya lebih lincah dari saya. Dengan tubuh sigapnya, ia menutup mulut saya, menampar dan melontarkan kata-kata keji nan halus bercampur menjadi satu. Saya bingung. Kenapa Bapak seperti ini. Ah, Saya dapati aroma itu keluar dari mulutnya.  Aroma yang sering buat banyak orang melakukan hal-hal brengsek layaknya apa yang saat ini is lakukan. Walau demikian, menurut saya hal itu tidak membenarkan apa yang Bapak lakukan kepada Saya. Saya kemudian berusaha menyadarkannya. Tapi nafsu birahinya lebih dulu meraja pada pikiran bejatnya. 
Ah, siapakah sebenarnya, pria yang ada dihadapan saya, ini? Apakah dia sungguh-sungguh bapakku? Tidak, bapak yang kukenal tidak memperdayai aku seperti ini. Sementara berargumen dengan diri sendiri, sambil melakukan perlawan, ia kemudian melakukan serangan berikutnya. Ia, membungkam mulutku. Mengikat kedua tanganku. Saya masih berusaha membebaskan diri, mencoba berteriak dan berdoa dalam hati, agar seseorang menerobos masuk dan menghentikkannya. Namun, tak ada satupun orang dalam rumah. Tidak juga ibu tiriku yang saat itu sedang keluar dan entah berada dimana. Bapak, kemudian melancarkan serangannya. Ia mengecup seluruh tubuhku. Dari ujung kakiku hingga seluruh sudut tubuhku. Aku terseduh. Ia kemudian melepaskan seluruh jubah yang melekat ditubuhnya, dan kemudian melucuti perlindungan mahkotaku. Sebelum tiba disitu, sambal melucuti celana dalamku, ia mengecup kedua payu darahku. Bahkan dihisapnya, saya hanya menangis dan menatapnya tak berdaya. Saya menangis dan meminta ampun padanya. Saya menjerit kesakitan, tapi ia tak peduli. Saat itu yang saya lihat adalah serigala dan iblis yang bercampur menjadi satu dalam tubuh dan jiwanya. Ia telah merenggut segalanya dari saya!

-Bapak menikmati tubuhku untuk setiap kepuasan birahinya-
Ini tak terjadi sekali saja. Saya berusaha menghindarinya. Bahkan merasa jijjik pada diri sendiri. Rasanya ingin mati saja. Ingin berlari ke mana saja. Namun, setiap kali keinginan itu terbesit Bapak mengancamku dan terus menerus meneror diriku. Ia bahkan mengatakan bahwa, jika saya tak melayani nafsu bejatnya, maka ia akan berbuat lebih keji dari apa yang ia lakukan. Bahkan katanya, ia akan memperkosa saudara sepupuku. Kata-kata bapak telah merasuki otakku dan memperdayai saya. Kekuatan yang saya miliki saat itu seketika hilang. Karena kata-katanya terus mengitari pikiranku. Maka, setiap kali keinginan Untuk meloloskan diri terbesit, seketika juga keinginan itu lenyap dan menghilang. Karena keberanian saya pun menghilang bersama rasa takut atas setiap kata-kata yang telah ia lontarkan pada saya. Saya tidak tau mengapa ketakutan itu besar sekali, yang saya tahu kata-kata ancaman Bapak seperti mantra bagi Saya. Sehingga saya menjadi tak berdaya dan melayaninya.
Hampir setiap hari layanan itu harus saya lakukan. Setiap kali ketika ia pulang kerja dan diwaktu yang telah ia perhitungkan, dimana tak ada satupun orang yang kan memergoki dirinya menyetubuhi Saya. Bapak sungguh bejat dan iblis. Ia, bahkan mempertotonkan film porno dihadapan mata saya dan meminta saya memperagakan semua yang ia tunjukkan. Sakit pula tenggorokan dan mulut saya. Dimasukkannya batang penisnya kedalam rungga mulut saya dan itu ia lakukan berulang-ulang kali. Ia bahkan memukuli pantatku. Semua cara ia lakukan untuk memuaskan nafsu burahinya. Sungguh keji perlakukannya padaku. Ia lah iblis yang bersembunyi dibalik topeng dan sorban kealiman dengan sebutan Ayah.

-Semua Terungkap-
Dalam ratap tangis, saya pun mencari pertolongan. Untunglah ada seorang teman yang dapat dipercaya. Saya kemudian mengadukan semuanya kepadanya. Awalnya saya tak ingin menceritakannya. Tapi karena saya kemudian terus menerus mendesaknya, ia lalu menggali semua informasi dari saya. Saya dengan legah menceritakan setiap detil kejadian kepadanya. Ia menangis Bersama saya. Kami berpelukkan. Ia memang anak yang licah, pintar dan gesit. Tak salah jika semua memberi kedudukan pemimpin padanya. Sudah beberapa organisasi ia pegang sejak kami masih duduk dibangku SD kelas 5. Sahabat karibku ini pun segera menerima saya. Bahkan dia yang kemudian berpamitan dengan Bapak untuk mengambil beberapa barang milik saya yang sangat dibutuhkan. Agar Bapak tidak berkelit, ia membawa orang tuanya (yang kebetulan salah satu dari mereka adalah anggota Kepolisian). Walau tampak jelas bahwa wajah Bapak terlihat sangat khawatir, tapi ia tak memiliki pilihan lain selain mengihkhlaskan saya untuk bermalam bersama teman saya tanpa sadar maksud yang tengah kami rencanakan.

Peristiwa demi peristiwa mulai terkuak. Ayah sahabat teman saya kemudian melakukan pelaporan dan mendesak pihak setempat melakukan semua thapan pemeriksaan. Bahkan mereka meminta perlindungan ke beberapa Lembaga setempat untuk mengawali dan menaungi kasus saya.

Saya harus mengakui bahwa kepintaran  sahabat saya memang tergambar jelas dari kegesitan orang tuanya menangani kasus saya. Tak butuh waktu lama. Bapak kemudian ditetapkan sebagai terdakwa. Hingga akhirnya menjalani masa hukumannya.

-Depresi Melawati Ibu-
Ketika masalah saya terkuak Ibu telah kembali ke kampung halamannya. Ia, kemudian depresi karena mendengar kisah tentang saya. Semakin terpuruk dan tak mampu mengendalikan diri. Keluarga Ibu kemudian mebawanya ke tempat rehabilitasi. Ibu pun ditetapkan untuk mengikuti therapy dan menjalani masa itu selama 10 tahun. Setelah proses tersebut, ia kemudian dinyatakan sehat kembali. Saya akhirnya bahagia. Karena Ibu mampu memenangkan dirinya kembali, dan yang terpenting ia tidak menyalahkan dan menghukum dirinya sendiri atas musibah yang saya alami. Ibu dipulihkan dalam lingkungan keluarga yang sangat mencintai dia.

-Saya dipindahkan ditempat rehabilitasi di Jakarta-
Ayah dan Ibu sahabat saya sangat bijak. Karena sering mendapati saya menangis di sudut beranda yang sepi, maka mereka kemudian melakukan beberapa upaya. Hal ini mereka lakukan karena mempertimbangkan trauma yang saya alami dan juga untuk kenyamanan masa depan saya. Dengan berbagai cara dan upaya serta komunikasi dengan berbagai pihak. Akhirnya, saya mendapatkan perlindungan. Saya kemudian berpindah ke Jakarta dan menyelesaikan Pendidikan SMA di sana, sambil didampingi secara khusus untuk penyembuhan trauma yang saya alami.

-Melepaskan Sakit Hati-
Ditengah berbagai perjuangan itu, saya sempat menyalahkan Tuhan dan menutup diri terhadap kuasa Tuhan. Namun dengan berbagai upaya healing trauma. Saya pun akhirnya sedikit demi sedikit menerima Kuasa Tuhan.

Prosesnya sangat Panjang. Tapi dari semua intinya adalah membebaskan diri dari semua rasa sakit yang menjerat hati. Setelah 5 tahun pendampingan. Saya kemudian menjadi pribadi yang lebih siyap. Saya menjadi aktiv dalam berbagai kegiatan kemanusiaan di berbagai lembaga dalam program pendampingan Untuk korban pelecehan. Salah satu tempat yang menjadi bagian dari proses tersebut adalah salah satu Gereja di Jakarta. Kegiatan ini pun yang kemudian juga berkontribusi dan membawa saya lebih jauh lagi dalam mengenal Tuhan yang sempat saya salahkan.

-Semua menjadi lebih indah-
Melapaskan apa yang menjadi borok adalah bagian terpenting untuk membebaskan diri dari kepahitan hati. Ini membuat saya menjadi lebih matang dan mengampuni. Saya menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk semua korban yang mengalami kepahitan yang sama seperti masa lalu saya.

Bergelut selama 10 tahun, akhirnya dalam pelayanan yang sama, saya menemukan pasangan hidup saya. Kami sama-sama memiliki passion yang sama. Yaitu melayani Tuhan, melalui mereka yang berkekurangan,Saya khususnya untuk anak-anak yang mengalami kepahitan seperti saya. Saya sungguh mendapati  pasangan yang , dan sesepadan dengan saya. Kami sama-sama terbuka untuk saling mengisi satu sama lain. Ia pun mendampingi saya hingga menyelsaikan pendidikan M.Si. Saat ini kami dikaruniahi 3 orang anak. Anak kedua adalah perempuan, sedangkan yang pertama dan yang terakhir adalah laki-laki.

Semua ada waktunya, asalakan kamu tidak menyalahkan diri kamu sendiri. Jika kamu menglami masalah, tetaplah berdoa. Mintalah panduan Tuhan untuk mengutus orang-orang yang tepat untuk membantu kamu. Berusahalah selalu untuk temukan jalan keluar. Karena semua bantuan akan berada dipihakmu. Dan semua usaha akan ada hasilnya. Tapi ingat untuk memperoleh hal tersebut, memang tidak akan mudah. Karena kamu sendiri harus berjuang tanpa lelah, sekalipun terkadang kamu ingin menyerah.

Semoga kisah saya dapat menjadi bagian yang menginspirasi diri kamu yah. Sampai jumpa…..

Tuesday, February 25, 2020

Palsu



Jika diam Tak mampu menahan amarah,
Maka riak kata mampu hadirkan prahara,
Jika bungkam adalah kenyamanan,
Maka dusta mampu mengalungkan kesetiaan... 

Kitalah pencipta Kehadirannya yang berpesta dalam limit waktu ketiadaan,
Walau sadar akan jeratan kamuflase sesaat,
Kita bersihkukuh pada dunia penistaan...

Sesatlah Kita hingga Hari dimana Kita sadar Bahwa jalan yang telah kita lalui berada dalam jurang dosa dan enggan tuk kembali...

P A L S U,

Penikmat Kebohongan.... 

Salah Nyebut!

#kisah_nyata

Suatu hari ada seorang guru wanita asal Sulawesi ditugaskan mengajar di Salah satu SMK  di Kota Timika, Kabupaten Mimika. Ia baru saja menjalani minggu Ketiga. Minggu yang buat dia semakin bersemangat Dan tertantang karena baginya kehidupan disini sangat unik Dan tentunya jauh berbeda dari Kota dimana Sudah 24 Tahun lamanya ia bertumbuh dan mengabdi.

Di hari itu, Ia baru saja menyelesaikan jam mengajarnya (bidang studi Bahas Inggris). Ia kemudian berjalan menuju ruang guru, hendak membuat laporan ajar di Hari itu. Namun, dalam perjalanan menuju ruang guru, dia mendengar anak-anak perempuan sedang  tertawa dan saling melontarkan kata-kata. Ada salah satu kata yang kemudian diingat olehnya dan membuatnya tersenyum. Ia kemudian berkata dalam hatinya, "wah tambah lagi perbendaharaan kosa kata baru dari daerah ini" -ucapnya dengan rasa bahagia dan bangga. Tak lama kemudian Ia masuk ke ruang guru, lalu menarik kursi dan kemudian duduk, ketika duduk ia mencoba bercengkrama dengan Salah satu guru wanita di sebelah mejanya. Sambil mengucapkan kata yang Ia peroleh dari sekumpulan murid-murid perempuan di beranda sekolah tadi. Namun sayang, ketika melontarkan kata tersebut, Ia justru di tegur oleh temannya dan tak sengaja kejadian itu disaksikan oleh Bapak Kepala sekolah. Sambil menggelengkan kepala, Bapak Kepala Sekolah meminta Sang Ibu Guru segara menghadap beliau di ruangannya. 

Tok Tok Tok....
Permisi Pak, Bapak memanggil Saya? -kata sang guru.

Ia, silahkan Masuk -sahut Kepala Sekolah,

Pak Kepala Sekolah: Duduklah. Begini Ibu, Saya tadi mendengar Ibu berkata kepada teman guru disebelah anda. Kalau boleh Saya tanya Ulang. Kata apa yang tadi anda ucapkan?

Ibu Guru: oh itu Pak. Itu, tadi Saya bilang 'Puki', Pak. Sambil tersenyum Dan tertawa mungil.

Pak KepSek: Ok baik. Apakah Ibu tahu arti sesungguhnya dari kata itu? -tanya Pak KepSek,

Ibu Guru: aduh Pak, Maaf yah... Saya tidak tahu artinya, Pak. -jawab  sang guru sambil menghentikan tawa kecilnya dan kemudian mengernyitkan dahinya, tampak dari  wajah mungilnya is berusaha menebak.

Pak KepSek: baiklah, sekarang Ibu keluar dan silahkan cari jawabannya di teman-teman guru wanita. Tapi ingat, setelah itu anda tak perlu memberi tahu saya arti kata tersebut. Dan Jangan pernah menyebarkan dan menggunakan kata yang tidak anda pahami sama sekali, karena hal itu dapat membawa anda dalam masalah.

Ibu Guru: baik Pak. -dengan wajah penasaran, ia kemudian berjalan keluar dan mencari teman guru wanita guna menanyakan jawaban yang membuatnya berpikir keras.

Ia pun kemudian mendapati temannya dan menanyakan arti kata tersebut. 

Ibu Guru: hei, Bu... Apa artinya "Puki?"

Teman Guru: Astaga, Ibu... Jadi memang Ibu tidak tahu Artinya??? -sahut temannya.

Ibu Guru: Ia Saya tidak tahu artinya Bu. Tadinya Saya pikir itu 'Kue pukis' (salah satu Jenis Kue di Sulawesi)!

Teman Guru: Bukan bu. Puji itu artinya Vagina (alat kelamin perempuan). -dengan suara kecil dan berbisik.

Hal ini pun membuat Ibu Guru tersebut malu dan pipinya pun merona. Ia kemudian mengingat kembali pesan Kepala Sekolah.


Kejadian ini mengajarkannya Untuk tidak Terlalu betbangga diri jika menemukan suatu Hal yang baru. Karena, Ia justru harus membuktikan sebuah kebenaran dari apa apa yang ia dapat kan, bahkan untuk sebuah kata baru.

Oleh sebab itu, janganlah asal menyebutkan kata yang tidak kita pahami kebenarannya.

Salam cerdas,
Belajarlah dari kesalahan,
Belajar itu adalah bagian dari proses kita bertumbuh, selama masih diberi kesempatan bernafas,

Semoga bermanfaat..

Monday, February 17, 2020

"Peraih Hidup Atas Kehidupan!

Foto: Tim English An Hour
-Ket.Gambar: " Program ELTA (English Learning Training Assistance) Sharing Session 2020" -

Haus mencari pelipur dahaga,
Dalam ilmu dan pengabdian,
Pada aksi dan kasih,
Berjuang Dan Menanti,
Waktunya Kan siapa tuk dipanen,

Tidak Untuk Mereka yang diam diri,
Berpangku tangan tanpa rasa juang memandu,
Tinggal pun dalam tempurung ego,
Berspekulasi pribadi akan salah yang ditoreh,

Kitalah penuntun diri dalam sejarah pribadi,
Yang menciptakan istana keberhasilan,
Atas tapakan langkah yang dipilih,
Walau jalan temui beribu kerikil Dan jurang,
Tujuan utam kan' membakar asah yang mulai melemah,

Kitalah Pejuang Diri!
Peraih Hidup atas Kehidupan!!!

Friday, February 14, 2020

Hadirmu Penyejuk


"Gambar & Inspirasi: Darius S & Dona A" 

Nafas menderu,
Pikiran kalbu menyeru,
Biarlah engkau selalu hadir,
Sebagai penyejuk sang nadir,

Jangan terlena kemudian berlalu,
Menyiksa jiwa dalam galau sang kalbu,
Walau sesaat hanya bertatap,
Telah kau obati rasa setia menetap,

Rasakan dan kekalkanlah itu,
Penenang dalam jiwa sang perontak,
Nikmati dan pahamilah itu,
Pelipur dalam jiwa sang pengembara,

Aku mencintaimu....
Penyejuk dari panasnya bara sang mentari,
Peneduh dari kerasnya gelombang laut,
Penyeimbang dari rapuhnya keteguhan hati,
Pelangi dari setiap duka dan tetesan air mata...

Aku mencintaimu,

Thursday, February 13, 2020

Jawablah Kamu

"Foto & Inspirasi: Y. Theo Wamea" 

Kemarin Waktu telah menemukan Kita,
Memberi kesempatan diri tuk hanyut dalam Cinta,
Hati dan jiwa pun dipandu rasa,
Kita mengukirnya dalam sejarah kisah kemarin, 

Namun,
Tiba-tiba kau berlalu,
Entah kemana ku temuimu dalam kalut,

Jawablah,
Kemana Cinta yang merindu ini kan ku Bawa,
Ketika Engkau memberi Lalu pergi,
Apakah rasa yang Ada hanya milikku?,
Sedang keyakinan meminta ku menunggu,

Kamu,
Ucaplah walau hanya mengirim pesan,
Kau Tau bahwa cintaku begitu Setia,
Bagaimana dapat ku relakan diri disambut hati yang lain,
Jika yang Kita mulai belum diakhiri... 

Jawablah Kamu,
Kau tinggalkan aku dalam bimbang Cinta Setia! 

Thursday, February 06, 2020

"Ku Tantang Karya Mu - Kawan"

'Foto & Inspirasi: Karel Sroyer'

Dan ketika Semua nafsu merajalela, 
pada tahta dan kedudukan... 
Maka, 
Setiap jalan yang tak sepihak,
akan disulap menjadi emas bermahkota berlian,
Dengan kepingan kebohongan yang menutupi kebodohan!
Kebodohan dari dosa sang pelaku opera Hidup!!!

Tak lucu tingkahmu kawan, 
bercerminlah, 
lihatlah....,
Masker wajahmu Terlalu tebal kau kenakan,

Sadarlah, 
Karena ketika waktunya tiba,
 Jerawat dan noda parasmu Kan' tersingkap jelas,
Bahkan mampu menyoroti isi Kepala dan
 hatimu yang busuk,

Jangan Terlalu asyik memainkan peran antagonis mu itu...

Kau Terlalu serakah tuk meniadakan cita-cita Mereka,
sahabat dan sanak saudaramu,

Kau seperti buah kendondong, 
yang memperlihatkan kehebatanmu,
dan menutupi borok dihatimu...

Ingatlah,
dari Mana langkahmu bergegas,
Pada pijakkan bumi Mana kamu terlahir,
Siapakah yang Harus kau sanjung,
Dan bagaimana Harus kau berlaku...

Berjuanglah tuk memantaskan segala yang sepantasnya telah kau renggut,
Bukan meniadakan apa yang menjadi alasan mengapa kini kamu berdiri,
Jernihkanlah pandanganmu pada kebijaksanaan jiwa,
Jangan merelakan harga diri pada prostitusi politik (baik diri dan kelompok),

Aku menantangmu!!!
Berkaryalah...
Dengan nyata dalam kata dan fakta,
Bukan hanya dengan workshop tanpa sebuah assessment...
Bukan hanya dengan permainan kata pada laporan dalam gambar dan paraf,
Melainkan,
Kesesuaian adat-istiadat dalam sebuah karya pelayanan anak negri...
Yang tercurah dalam setiap program pemberdayaan masyarakat Lokal,
Tanpa kamuflase...

Be Gentle,
Be truthful!!!

🙏
Salam,

"Senja dan Perpisahan"

(Foto Dan Inspirasi: Karel Sroyer)

Senja selalu bertemankan perpisahan,
Ia mengajarkan kepadaku tentang artinya berhenti sejenak,
Senja pun memberi Aku ruang tuk memeriksa batin,
Yang terlukis indah pada rona sang langit,

Senja Dan perpisahan,
Memadukan rasa sunyi pada malam sang gulita,
Bercerita tentang hariku yang usai,
Yang menutup kisahku dengan banggakah atau sesal?

Senja Dan perpisahan,
Menampilkan suara Alam bagi jiwa sang mesin,
Tanpa lelah ia mengais,
Tanpa jeda ia bertanding,
Pada saatnya ia pun berhenti,
Menikmati senja Dan perpisahan dihari itu...

Senja Dan Perpisahan,
Yang memadu Hari dalam Waktu yang terpacu,
Hingga sadar...
Belum sempat ku mahkotai Cita dan Cinta...

Senja Dan Perpisahan
Yang memandu tanya dalam ragu kelana,
Hendak kemanakah esok ku bawa?

Senja Dan Perpisahan
Mungkinkah menghadirkan ragu kelabu?
 pada bara mentari yang menyisahkan kabut,
meninggalkan senja dalam duka penantian,
Lalu menutup harinya dengan bimbang,
Bahagia yang kucipta
ataukah ratapan yang kutinggalkan
Pada sosok yang kujumpai...
Pada kisah yang kutorehkan...

Senja Dan Perpisahan,
Kutorehkan pada setiap Waktu yang kemudian berlalu....

"Kepadamu Yang Enggan"

'Foto Dan Inspirasi: Yusak Theo Wamea'

Kepadamu yang enggan mengungkapkan rasa,
Yang mengerti laku dan gerakku,
Namun meniadakan naluri pada gejolak rasa,
Kau Tak buta dan tak juga tuli,
Biarkanlah ritme jiwamu beradu...

Kepadamu yang enggan menyadari hadir ku,
Tiliklah pada kedalaman hatimu,
Rasa manakah yang Tak sempat kurajut,
Dalamilah lagi maksud curahan waktuku,
Yang merelakan diri mewarnai hari-harimu,

Kepadamu yang enggan menatap mata ku,
Kutahu Kita terpaut pada tatapan awal,
Yang diam-diam mengikat hati dalam cumbuan pandang,
Tantangkanlah diri pada dunia sang Cinta,
Biarlah rasa yang kemudian menjawabnya...
Kutahu Kita hanya butuh Waktu...

Kepadamu yang enggan melepaskan diri dari jeratan Lalu,
Yang kemudian membawa ragu dalam memutuskan pilihan,
Sentuhlah dulu Cinta yang sedang menyambut hadirmu,
Yang Kan membawamu pada keyakinan abadi,
Dalam rahmat Sang Kuasa,
Dalam Cinta Sang Ilahi,
Hingga enggan Engkau berpaling...

Kepadamu yang enggan....






Wednesday, February 05, 2020

"KUNANTI"

Kunanti
Kamu yang entah dimana keberadaanmu,
Pada Hari kutitipkan rasa rindu menggebu,
Walau Tak ku tahu rupamu,
Ku yakin Kita bertemu diwaktu yang Tuhan tetapkan,

,
Kunanti,
Kamu yang hadir dalam mimpi malamku,
Pada Waktu yang menyesah memanggil keberadaanmu,
Aku merindu,
Walau tak kukenali sosokmu,
Ku yakin Tuhan memandu Kita tuk bersua di kejiwaan hati yang siap bersanding,

Kunanti,
Kamu yang tersenyum dalam samar matamu,
Pada Syair kudendangkan kerinduan senja memerah,
Walau penasaran jiwa meradang,
Ku yakin Kita tersenyum pada langit yang sama,
yang kemudian berucap satu sama lain,
Tuk meminta angin menyampaikan rasa jiwa terobati....

Kunanti,
Kamu Dan Aku Nyata Dalam Kisah Kita...
Biarlah rindu mengabadikan jiwanya,
Pada Cinta yang telah Kita rajut dalam keyakinan,
Hingga abadi ia bersinar,
Dalam Kisah Dua sejoli terpatri...

Kunanti....


Foto Dan Inspirasi: Ririn Dawir

Saturday, February 01, 2020

"SEMPAT"


Sempat aku pesimis,
Ketika menilai Semua kembali dari awal,
Sempat aku Tak melangkah,
Ketika pikiranku berfokus pada rintangan...

Sempat merasa Tak mampu,
Ketika banyak pihak yang memandang sebelah Mata,
Sempat patahkan semangat,
Ketika yang berpihak tak lebih dari yang Tak mengakui bersama,

Sempat ku menilai,
Bahwa yang menolong adalah Mereka yang menurut ku bernilai,
Sempat ku beradu,
Bahwa yang Setia adalah Mereka yang sering hadir di sisi,

Sempat yang sesat,
Yang membiarkan kebodohan pada tiang kemunafikan,
Sempat yang menyadarkan,
Yang menyingkap Mata telanjang pada realita kemunafikan berkedok...

Terimakasih menjadi pelajaran Hidup,
Terimakasih menjadi penjernih Mata,
Terimakasih menjadi penilai Bijak,
Terimakasih menjadi pelengkap Peristiwa,

Tanpa kamu Aku Tak memahami artinya kehidupan,

SEMPAT,

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...