Thursday, April 30, 2020

"PARANOID & KEMATIAN OLEH COVID19"



Beberapa waktu belakangan sejak COVID19 menyita seluruh perhatian dunia. Banyak berita yang secara rutin memberitakan kematian. Entah itu datangnya dari kalangan medis maupun dari berbagai kalangan usia.


Kematian tiba-tiba menjadi musuh bersama. Ini satu hal yang juga patut disyukuri. Semua yang berseteru tiba-tiba bersimpuh meminta pengampunan Sang Kuasa. Kemudian sepakat menertibkan dan memberlakukan berbagai aturan guna menekan pertambahan kasus baru agar mengurangi atau bahkan meniadakan kematian akibat pandemic COVID19. Hal ini menimbulkan berbagai macam opini di kalangan masyarkat, mulai dari menentang aturan pemerintah karena rumah-rumah ibadat terpaksa harus membatasi aktivitasnya (bahkan umat dibatasi untuk tidak beribadah hingga waktu yang belum dapat dipastikan) sampai pada kasus penimbunan masker ataupun tingkat kriminal yang tiba-tiba mencuat karena alasan ekonomi, dan berbagai kasus lainnya.



Kekhawatirang yang ditampilkan oleh media maupun lingkungan masyarakat sempat menjadi momok yang juga mengikat ruang berpikir saya mendadak menjadi paranoid. Saya sempat gunda-gulana. Ketika tiba di Timika usai melakukan perjalanan penting yang akhirnya tertunda dan memaksa saya kembali ke kota tercinta tempat saya mengabdi dan mendulang peruntungan kehidupan.



Otak saya seketika menjadi parno (sebutan anak muda terhadap orang yang over thinking). Rasa takut melanda. Tapi sejujurnya ketakutan itu bukan disebabkan karena kematian yang akan menghampiri saya jika saa positif COVID19 melainkan takut karena terlanjur mengunjungi beberapa anak didik saya dan keluarga kakak saya. Alhasil, saya segera memutuskan diri untuk melakukan isolasi sebagai bentuk kepatuhan dan pencegahan dini dari penularan virus ini.



Puji Tuhan usai menjalankan isolasi diri yang pun waktunya saya genapkan menjadi satu bulan bukan lagi 14 hari, saya bebas tanpa gejala. Tapi tahukan anda, beberapa kali selama menjalani masa isolasi tersebut saya terlalu bereaksi berlebihan. Jika tiba-tiba dada saya nyeri, saya merasa kacau dan sebagainya, begitupun ketika badan hangat, dll. Malam dimana saya memutuskan untuk isolasi diri, saya menghubungi seluruh, teman, kenalan, sahabat dan keluarga di dunia kesehatan untuk memastikan tindakan apa yang tepat yang saya harus lakukan. Bahkan berpikir untuk melakukan test (yang ini sedikit memaksa).



Pikiran saya kacau dan kalut saat itu. Padahal sebelum melakukan perjalanan, saya sudah lebih dulu mengkantongi informasi COVID19 dari WHO dan terus meng-update-nya. Maka, ketika touring (sedikit berlebihan-hanya jalan-jalan biasa) bersama teman-teman, saya sedapat mungkin selalu mengingatkan mereka untuk senantiasa mencuci tangan dan tidak mudah menyentuh wajah (yang ini sedikit mengobral diri, bahwa saya patuh dan konsisiten terhadap sesuatu yang saya pahami). Reaksi sebagian teman pun melontarkan bahwa saya terlalu berlebihan tapi tak sedikit juga yang mengapresiasi dan berterimakasih atas tindakan preventive (pencegahan) yang saya lakukan. Saya sendiri lebih marah ketika mendapati salah satu penumpang yang brengsek. Maksud saya, di saat situasi pandemic COVID19 yang membuat panik seluruh dunia masih saja ada orang yang tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya. Masa ia, tiba-tiba bersin di sebrang saya (kursi kami berhadapan) dengan seluruh kekuatan yang ia miliki. Untung saja saat itu saya sedang teler (mabuk perjalanan jauh) karena perjalanan ke bandara yang memakan waktu 1-11/2 jam perjalanan. Jika, tidak susah saya ajak berduel (ini terlalu berlebihan). Saya juga beruntung karena sedang rebahan dan memilih membelakangi lelaki itu. Apa pun itu saya tetap mengucap syukur, karena Tuhan masih memberikan kepekaan kepada diri saya untuk melong dan melindungi diri dan lingkungan saya. 



Belakangan, minggu lalu. Saya sedang berdoa, dan mendapatkan pertanda bahwa orang terdekat keluarga saya akan pergi meninggalkan dunia ini. Maka saya pun kemudian menaikkan doa pembebasan untuk beliau. Tak selang beberapa jam berdoa, saya mendapatkan berita via Hp bahwa yang saya doakan telah tiada. Terdengar suara tangisan yang pecah diseberang sana. Saya hanya tertegun mendengar, kemudian sedikit menarik nafas lalu memberikan rekomendasi (dengan nada yang sedikit tegas) sebagai bentuk menguatkan dirinya. Usai menghabiskan waktu selama kurang lebih 45 menita, akhirnya dirinya dapat lebih legah. Dia kemudian menarik nafas Panjang lalu meghembuskannya dan mengucapkan selamat malam untuk ku.

Menutup telpon darinya tak membuat saya bergegas tidur. Saya kemudian berpikir lebih lagi. Dalam benak saya terucap kata KEMATIAN. Kata yang karena pandemic COVID19 menjadi lebih bersahabat di telinga dan jiwa, karena sering berkumandang hamper setap saat dan hari saat membuka berita atau media sosial. Pun, beberapa waktu lalu dan malam sebelum memejamkan mata di hari itu saya mendapatkan berbagai berita yang cukup mengiris kalbu. Banyak hamba Tuhan (pastor, pendeta, suster dll) yang telah pergi usai berperang dengan virus kecil yang menggoyahkan seluruh ketenangan manusia di bumi ini. Jika ditelusuri lebih dalam, mereka bukanlah orang-orang yang sarat akan kejahatan, walau tentu tak luput dari dosa. Namun setidaknya mereka lebih baik dari pembunuh dan pemerkosa. Namun, Tuhan telah menutup kisah mereka dengan pandemic ini. Ups, apakah itu panggilan Tuhan saya pun tak tahu. Saya rasa ini menjadi misteri buat Beliau sebagai pencipta, apalagi kita.

Semakin lama, pikiran ini kemudian bergejolak. Ada apa sesungguhnya dengan dunia ini? Bahkan di beberapa kesempatan saya di chating oleh berbagai pihak/orang untuk menanyakan pendapat saya tentang hal ini. Saya pun menyampaikan apa yang dapat saya sampaikan dan berusaha untuk tidak menebarkan ketakutan, tetapi meninggalkan kesan peduli dan waspada baik terhadap diri dan lingkungan.

Atau tiba-tiba ada teman yang curhat bahwa lumbung di dapur mulai kosong. Apa yang kemudian harus ia datangkan dengan situasi seperti ini. Yah sama saja seperti saya sih. Namun, berbagai orang memiliki pilihan masing-masing untuk mencari jalan keluar. Tiba-tiba uang dan kematian menjadi pemandu utama untuk kemudian memutuskan kualitas hidup. Pilih uang atau keselamatan. Padahal keduanya juga dapat memberi dilema yang sama.  Sama seperti memutuskan mana yang lebih dulu ada di dunia ini, telur atau ayam. hahaha,....

Mengapa tiba-tiba pandemic COVID 19 menjadi trend utama? Yah, karena ia mendatangkan kematian seketika. Bahkan kematian akibat dirinya tak dapat disaksikan oleh sanak-saudara dan keluarga/kolega/….. Semua menjadi panic. Tak sedikit kemudian menjadi paranoid. Tiba-tiba muncul Analisa berlebihan dengan berbagai spekulasi kehidupan.

Namun, apapun itu, saya hanya mau berbagi bahwa lakukan segala sesuatu sesuai takarannya. Jangan lebih maupun kurang. Karena semua yang lebih dan kurang selalu berdampak buruk. Sama seperti perkataan yang dapat mengurangi makna jika dikurangi paket kalimatnya. Atau bahkan menjadi masalah ketika ditambah.

Kematian sejatinya merupakan misteri Ilahi. Namun, setiap orang tentu berharap meninggal dengan sukacita dan bahagia. Kalau demikian, sudah kah anda bersiap terhadap kematian diri andaatau kematian mereka yang anda cintai? Untuk membantu hal ini, saya memiliki beberapa pertanyaan refleksi yang semoga dapat membantu diri anda untuk lebih siap menghadapi kenyataan ini.

Pertama, ikhlaskan mereka yang anda cintai pergi dalam damai, doakanlah agar jalannya terasa ringan. Maka, berusahalan memberi kepada mereka dibandingkan harus menyusahkan mereka dengan berbagai persoalan hidup, apalagi masalah uang.
Kedua, cintailah diri anda seendiri secara bijaksana. Agar ketika kematian menghampiri anda tak di cap sebagai pembuat onar karena egois dan atau serakah, atau label negatif lainnya. Namun, justru kebaikan dan cinta serta kepedulian anada akan dikenang menjadi sosok yang perlu dicontohi. Jika demikian, maka secara otomatis anda mengantongi banyak doa dan sukacita yang menghantar kepergian diri anda ke tempat peristirahatan terakhir.

Akhir kata, apapun yang terjadi tetaplah mengandalkan keyakinan mu pada Sang Kuasa, namun juga mintalah Hikmad kepada-Nya.

Salam sukses,
Salam Peduli,

Sunday, April 26, 2020

"Kisah Yang Terlupakan"

Saya seharusnya menuliskan kisah ini sejak kemarin. Namun, karena beberapa kegiatan yang menyita waktu, saya baru dapat mengisahkannya saat ini.

Kisah ini dituangkan oleh salah seorang sahabat yang cukup dekat dengan saya. Kedekatan kami dapat membawa setiap nilai yang ada. Kepercayaan diantara kami membuat segala hal tak menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Hanya butuh waktu tuk memulai sebuah perbincangan. Maka, semuanya akan tertuang dan mengalir layaknya air terjun menuju aliran sungai. Deras namun kemudian membawa ketenangan. Saya pikir juga demikian, ketika keyakinan terpatri dalam diri kita untuk berbagi, maka tak ada keraguan yang mampu menggoyahkan hal itu. Justru melalui diskusi tersebut kita akan menemukan diri kita yang sesungguhnya. Asalkan kita melakukannya dengan orang yang tepat.

Hari itu dan beberapa hari sebelum dia akhirnya yakin. Komunikasi diantara kami tak juga membuka batinnya secara yakin tuk menuangkan kegelisahan yang ada pada diri dan pikirannya. Karena, sesungguhnya diawal komunikassi tersebut ia enggan berbagi dengan saya. Menurut dirinya, hal ini bukanlah sesuatu yang patut diperbicangkan. Namun, belakangan kisah tersebut bermunculan terus-menerus ketika dirinya melakukan meditasi. Ini kemudian menjadi titik point dirinya merasa tak nyaman dan kemudian memutuskan agar mencurahkan semuanya pada saya. Setidaknya dia dapat lebih legah dengan berbagi.

Matahari (nama samarannya) baru saja mengalami banyak gangguan dari potongan kisah di masa lalu yang terlupakan itu.  Ia mencoba menghapusnya, karena baru saja muncul di usianya yang dikatakan puncak kematangan menuju kedewasaan. 30 tahun genap usianya di tanggal 15 April lalu. Ia begitu kaget dan tidak menyangka bahwa hal tersebut pernah terjadi pada dirinya. Menurut Analisa pribadinya, pikiran alam bawah sadarnya kembali bangkit usai membaca beberapa artikel di blog pribadi saya yang berkisah tentang pelecehan seeksual.

Perlahan namun pasti. Setiap kali meditasi pada dini hari (subuh) selama 30 menit, ia melihat dari kejadian samar hingga nyata. Potongn-potongan kisah itu kemudian menjadi jelas. Dirinya sempat kaget namun, kembali meneruskan diri untuk mengenali apa yang terjadi saat itu.

Kejadian itu tepat disaat dia berada di bangku kelas 3 SD. Dia adalah salah satu anak yang mendapatkan kesempurnaan cinta dan materi di zaman itu. Maklum saja, orang tuanya merupakan pewaris tunggal kekayaan kakek-nenenknya. Semua kebutuhan sejak kecil terpenuhi sempurna. Ia bahkan memiliki pengasuh saat bayi hingga remaja dan berbagai orang yang bekerja di rumahnya tersebut dengan berbagai bidang. 

Rumahnya kala itu memiliki berbagai kelengkapan. Mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang bermain anak, dan ruang makan dengan empat akses ruangan (ruang makan keluarga, ruang menjamu tamu, ruang makan petugas, dan dapur inti dengan bilik kecil tempat layaknya mini bar). Ia pun memiliki halaman yang luas. Disisi kiri rumah ada uanggas piaraan seperti itik dan ayam. Di sisi kanan terletak kolam ikan dengan aneka ikan dan kura-kura yang menghiasi kolam tersebut. Di sekeliling rumah di pagari dengan pepohonan yang menghasilkan buah untuk isi perut, misalnya: sukun, nangka, avocado, dll, pun dilengkapi dengan warna-warni bunga yang menyegarkan mata dan jiwa serta adanya kicauan burung merpati di plafon rumah.

Ia melihat seorang pria bertubuh proporsional layaknya model sportif dengan kulit eksotis sedang menggendong dirinya. Pria itu terlihat manis dan baik sekali. Menggendongnya dan memberi cerita-cerita lucu hingga dirinya terbuai dan tertawa. Saat dirinya kemudian terlena, pria itu kemudian membawa dia ke pinggir rumah yang sunyi di deretan bunga-bunga dan pepohonan yang tinggi, sunyi dan sepi. Tak adda orang yang terlihat melintasi tempat itu. Rumah yang besar dengan berbagai orang tak jua mnjadi penghalang si pria itu tuk melancarkan keinginan dirinya. Matahari kemudian diturunkan oleh pria itu. Lalu, sang pria membuka resleting celananya dan mengeluarkan kemaluannya (penis) dan menggosokkan kemaluan pada Matahari. Menggosokkan tepat didepan alat kelamin Matahari (Matahari masih tetap menggunakan pakaian lengkap, tanpa sehelai baju ataupun celana yang dikeluarkan dari tubuhnya). Saat itu Matahari tidak mengerti apa maksud dari pria yang merupakan salah satu orang kepercayaan ayahnya itu. Pikirnya hal itu hanyalah hal biasa. Toh tak ada yang sakit. Dia hanya mengingat bahwa saat itu dirinya bingung dan seperti shock melihat penis si pria yang dikisahkan Panjang dan besar. Namun, walau itu terjadi ia tetap merasa bersyukur, karena dirinya tidak sampai dileceti secara kasar (tidak diperkosa). 

Saat ini Matahari merupakan seorang consultant kemanusiaan, dan dia sangat terkejut bahwa dirinya mendapatkan perlakuan itu di masa kecil. Dia yang terbiasa membantu berbagai anak muda dari anak usia dini hingga dewasa keluar dari masalah pelecehan, justru ternyata pernah mengalami masalah tersebut di masa lalu. Dia kemudian mengatakan kepada saya, jika dia saja pernah mengalami ini, berarti sebenanrya banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita yang sesungguhnya tidak terekspos secara jelas pada diri kita sendiri. Hal itu telah terendap dalam alam bawah sadar kita yang kemudian akan terkuak jika salah satu peristiwa tersebut kembali dihadapkan dalam kehidupan kita secara sadar. Artinya, ini pun kembali ia sadari ketika melakukan meditasi. Setidaknya dia merasa bersyukur mengungkapkan misteri yang tak ia sadari, dimana kisah penting itu ternyata terlupakan begitu saja. Ia kenal jelas si pria dalam kisah tersebut dan hingga sekarang masih hidup dan mengabdi di keluarganya. Dia kemudian berpikir untuk mencoba menganalisa ini dan mencari jalan keluar yang tepat bagi keluarganya tanpa harus menyudutkan si pria itu. Maka, hal ini merupakan tugas besar bagi dirinya. Karena tentu tidak semua keluarga akan menyetujui dirinya untuk melakukan aksi hipnoterapi kepada semua anggota keluarga guna mengkaji lebih dalam apakah semua anggota keluarga tidak mengalami masalah yang sama, karena jika tidak maka dia lebih legah untuk mengaur langkah selanjutna namun jika ia, maka ada tindakan besar yang perlu dilakukan secara hati-hati dan penuh pertimbangan, karena akan melibatkan seluruh anggota keluarga.

Menutup kisah ini, kami kemudian melakukan debat ringan sebagai bahan Analisa diskusi dari masalahnya. Setelah itu menutupnya dengan doa. Kebetulan saya dan dirinya memiliki keyakinan yang sama sehingga lebih mudah untuk saling menguatkan dari sisi rohani.

Usai berdiskusi saya kemudian melihat diri saya pada kaca. Apakah saya pernah melewatkan kisah yang terpenting dalam hidup saya? Baik itu pahit atau pun tidak. Apapun itu, saya bersyukur dengan cerita yang Matahari torehkan, hal ini memberikan pelajaran kepada saya bahwa untuk masalah merawat dan mendidik anak, tak dapat diberikan kepercayaan kepada siapapun kecuali sang Ibu itu sendiri. Sudah sepatutunya Pendidikan parenting harus terus disosialisasikan. Maka, yakinlah pada diri anda sebelum memutuskan menikah, karena belajar dari kisah Matahari, bahwa jaminan pernikahan bukanlah hanya semata-mata kesiapan harta/materi, namun lebih dari itu.

Terimakasih semoga bermanfaat,
Salam,






Monday, April 20, 2020

"The Introvert Goes To USA"

Bulan February kemarin saya di telpon oleh salah seorang adik bimbingan saya. Dia memberikan kejutan yang buat saya sangat bangga bercampur bahagia dan haru. Walau awalnya perbincangan itu harus berhenti beberapa saat, karena saya sedang berada di mobil dari arah banadara udara Bali ke arah Denpasar. Hari itu saya baru tiba dari Timika.

Malam itu, perjalanan kami (Pak sopir mobil, saya dan teman) ditemani gerimis sepoi-sepoi beserta getaran petir yang mucul sesekali namun menggetarkan jiwa kami. Dalam hati kcil saya, semoga bukanlah badai serius, karena diluar sana, di Negara Cina sedang digetarkan dengan berbagai keadaan panik akibat wabah virus Corona yang kini menjadi sorotan dunia. Namun, gerimis dan music malam itu sangat syahdu, memberikan pulau dewata itu semakin nikmat dipandang mata. Pantas saja walau sering berkunjung ke daerah ini, tetap saja saya tak pernah disinggahi rassa bosan. Aroma Pulau yang terkenal ramah dan eksotis ini selalu saja menarik utuk saya dan sekian banyak pelancong yang berkunjung dengan berbagai latar belakang tujuan. 

Singkat cerita, kira-kira skitar 20 menit saya pun tiba di penginapan teman saya di daerah Denpasar. Selama perjalanan saya mendapatkan pesan dan berdiskusi oleh si adik. Ia menyatakan bahwa dirinya telah menyelesaikan ujian masuk universitas di USA. Oleh sebab itu, tanpa menunggu lama, segera usai berdoa saya kemudian mengabarinya untuk melanjutkan perbincangan kami via telpon seluler. Semua proses pun secara detail diceritakan dan digambarkan olehnya. Hal ini semakin membuat saya bahagia dan bangga. Sesekali saya memancing dengan beberapa pertanyaan, yang secara otomatis membuat saya semakin terpana padanya. Pikirku anak yang dulu SMP kini semakin berubah wujud dan menjelma beranjak Desawa. Hahahha, ia lah yah, secara sudah melewati usia sweet seventeen nya, dan kini akan beranjak menapaki dunia Pendidikan yang lebih tinggi. Dunia para sarjana di Negria Paman SAM.

Dok. Japeth: Japeth -
 Lokasi: Halaman SMA Neg. 1 Mimika
Japeth Brian D Sayori adalah nama lengkapnya. Ia di besarkan di Timika. Namun sempat menikmati masa kecilnya di Jakarta. Saat itu dia dan keluarganya harus pindah ke beberapa tempat. Karena kondisi daerah asal papanya yang rawan gempa (Nabire). 
Mereka kemudian pindah ke Menado dan lanjut ke Jakarta, sebelum akhirnya menetap di Timika. Saat itu menurutnya, berpindah di kota kecil dari Jakarta (ke Timika), bukanlah hal yang menantang. Karena sejujurnya dia adalah anak introvert yang dengan sendirinya berkembang dengan dirinya atau kelompok tertentu. Apalagi jika didukkung dengan orang tua yang tepat, seperti kedua orang tuanya. Saya sendiri mengenal kedua orang tuanya. Walau perjumpaan kami tak terlalu intens. Namun, kesan saya mereka adalah orang tua yang langkah dijumpai di masa kini. Mamanya adalah seorang Guru dan berasal dari Manado sedangkan papanya adalah seorang karyawan swasta yang kini memilih berkarya mandiri dan membantu beberapa kelompok/komunitas dan oraganisasi yang membutuhkan jasanya. Kedua orang tuanya hebat dan fasih berbahasa inggris. Kehebatannya terbukti dari pola asuh mereka kepada anak-anaknya. Di rumah mereka, Bahasa inggris diterapkan, sehingga mereka tidak kaku untuk "speaking". Selain itu anak-anak pun didukung dengan mengembangkan minat dan bakat mereka masing-masing. Namun, bukan berarti mereka bebas. Karena semua harus mengikuti aturan main. Yah, kedua orang tuanya sangat disiplin dan tidak tawar menawar. Itu sebabnya saya katakana mereka adalah orang tua yang luar biasa. Yang mulai jarang dijumpai dijaman ini.

Japeth
Salah satu contoh dukungan yang diberikan oleh kedua orang tuanya adalah mendukung semua keputusan Japeth sebagaimana mestinya sesuai dengan alasan mendasar yang logis. Japeth bebas memilih dan menentukan jurusan yang ia gemari untuk kuliah. Pilihan jurusan ini pun bermula ketika dia berada dibangku SMP. Ia selalu melihat camera papanya yang menanggur di atas meja. Kemudian ketertarikan hati tuk menyentuhnya lebih besar dan kemudian berlanjut. Mulai dari mencoba memotret menggunakan camera tersebut hingga merekam video. Papanya yang melihat hal itu kemudian memberikan camera tersebut kepada dirinya. Sejak saat itu, kegemarnnya mendokumentasikan berbagai kegiatan kemudian beriringan berkembang dengan jiwanya yang  bertekad memilih jurusan yang sesuai dengan hobby nya tersebut. Ia sering memanfaatkan hobbynya itu dengan sukarela tuk digunakan oleh organisasi yang diikutinya, misalnya PAM Gereja GKI Marthen Luther dan PILA (Pemuda Idonesia Lawan AIDS)


Japeth memiliki jiwa yang selalu ingin mengatur. Walau tidak frontal. Dia selalu memiliki caranya tersendiri untuk menjalankan keinginan tersebut. Ia pernah bercerita pada saya. Bahagia punya saudari-saudari yang beraneka pribadi. Karena dari situlah dia belajar memahami banyak karakter dngan berbagai tantangan keindahan sebuah keluarga. Hal ini pun membantu dia ketika berkomunikasi dalam sebuah organisasi maupun komunitas. Karena, ia telah belajar menyeimbangkan diri dengan berbagai perspektif berpikir dan sikap. Tapi, menurut dia, yang palig sulit adalah mengatur mereka. Kata ku, kepana harus di atur. Kan mereka harus berkarya dan bertumbuh sebagaimana mereka inginkan. Mungkin maksudmu adalah mengarahkan. Tapi dia menyatakan tidak, ketusnya. Saya senang mengatur kak. Soalnya menyenangkan saja untuk berbicara dan didengarkan. Walau betul juga kata kakak, terkadang hal itu justru juga membuat saya dapat mempengaruhi mereka dan keputusan mereka, yang secara tidak langsung membuat saya mengarahkan mereka.

Dok. Japeth: "Bapak, Easter, Japeth, Amazing, Syalom, Ibu"
Sesungguhnya mengenal Japeth dan keluarganya bermula dari perkenalan saya dengan kakak pertamanya. Namanya Easter Joy Sayori. Anak perempuan dengan berjuta charisma dan ekspresi diri.  Jika, Japeth lebih senang diam dan fokus secara internal. Berbanding terbalik dengan sang kakak. Kakaknya lebih mudah mengekspresikan diri melalui berbagai gerakan tarian yang didokumentasikan dalam video ataupun style bergaya dia. Bahkan hobby mengikuti group dance di sekolah. Japeth dan kakaknya memiliki perbedaan usia 3 tahun. Walau demikian ia telah terlatih sejak kecil menjadi mata-mata dan bodyguard untuk sang kakak dan seluruh saudarinya. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dari kakak perempuan, Japeth hingga saudari perempuan ketiganya (bernama Amazing) merupakan anak/adik dampingan saya di organisasi PILA. Sehingga meyebutkan nama saya dalam keluarga mereka bukanlah hal asing lagi, hahahaha (ge er nih…). Walau demikian saya justru lebih banyak berdiskusi dengan japhet dibandingkan mereka yang perempuan. Bagi mereka yang perempuan saya mungkin dilihat sebagai sosok yang disegani... sehingga mereka akan terbuka jika ditanya. Jadi, sekalipun Japeth orang yang introvert untuk masalah keterbukaan dan berdiskusi dengan saya dia lebih intens dibandingkan mereka berdua. Atau mungkin tidak terbiasa yah. Karena di organisasi itentsitas mereka lebih banyak habis dengan kegiata sehingga komunikasi dengan saya minim sekali. Walau demikian, terkadang dibeberapa kesempatan saya sering berdiskusi dengan sang kakak atau adiknya itu, terkait cowok idola mereka atau sosok yang PDKT dengan mereka. Kalau sang kakak yah mungkin karena sudah beranjak dewasa lebih leluasa untuk membuka diri, tapi adiknya belum berani. Paling yang diceritakan adalah lingkungan sekolah pertemanan dan masalah-masalah anak remaja pada umumnya.

Dok. Japeth - Lokasi: Domino Piza, Jakarta Barat
Tak pernah terdengar berpacaran selama menghabiskan masa sekolah ditempat dimana banyak cinta monyet menorehkan kisah. Japeth kemudian akhirnya bercerita tentang seorang wanita yang mampu mencuri perhatiannya selama masa Pendidikan di tempat pembinaan di Jakarta. Namun, memaknai sebuah hubungan baginya adalah hal yang patut dijaga (maklum saja, bertumbuh dalam fondasi Gereja yang kuat, membuatnya taat pada agama). Apalagi dalam situasi dimana ia berpisah dengan keluarga, seprti saat ini. Terutama ditengah situasi pandemic seperti ini. Usai waktu Pendidikan atau bahkan rehat maupun menjelang pagi, sore dan malam, sering ia habiskan dengan waktu refleksi. Ia kemudian lebih banyak merenung dan memaknai hidup dengan segala nasihat dari kedua orang tuanya.

Nilai keluarga baginya adalah prioritas. Banyak proses ia dapatkan dalam keluarga. Dari keluarga, ia kemudian dibentuk. Baginya keluarga dapat menerima kebaikan dan keburukan. Keluarga tak pernah meninggalkan dirinya. Kalau teman ataupun sahabat dan lingkarannya selalu bisa jadi bagian dari keluarga namun tidak pernah dapat menggantikan posisi keluarga seutuhnya. Terkadang hal aneh dan lelucon yang tak lucu bagi orang lain yang kemudian menghangatkan keeratan saya dengan kakak dan saudari lainnya. Ataupun nasihat mama dan papa. Sungguh rindu sekali. Untunglah kami kapan saja selalu bisa berkomunikasi via HP. Namun, tau sendiri kan, bahwa terkadang kita membutuhkan kehadiran mereka yang merindukan kita. Ia pun yakin bahwa hal yang sama dirasakan oleh kedua orang tua dan saudari-saudarinya. Kini saya di Jakarta, Kakak di Manado, Papa di Jayapura dan yang tersisa di Timika adalah mama dan kedua adik. Sedikit lagi semua akan menyebar. Karena kebahagiaan orang tua adalah melihat kesuksesan anak-anaknya. Walaupun saya sadar bahwa Papa dan mama akan sangat merindukan kami. Itulah penuturan Japeth.

Dengan situasi keluarga seperti itu, membawa dirinya lebih mudah untuk terbuka tentang semua masalah apapun pada keluarganya, terutama kedua orang tuanya. Sehingga keyakinan dan kepercayaan terhadap keluarga selalu menjadi fondasi hidup dia. Pesan yang paling di ingatnya dari nasehat mama (nasehat ini juga merupakan nasihat warisan orang tuanya mama) adalah "Harta yang paling berharga di dunia adalah pengetahuan". Harta dapat habis didunia, namun pengetahuan tak akan pernah habis. Kamu bisa saja bangkrut jika memiliki kekayaan, namun karena pengetahuanmu kamu dapat bangkit dari keterpurukan dan kebangkrutan itu. Maka kenapa bagi mama, penting untuk anak-anaknya mengejar apa yang ingin dikejar sebagai nilai sebuah pendidikan. Jika dari papanya yang ia ingat adalah "Setiap hari memiliki berkatnya masing-masing, maka tidak perlu takut untuk berbagid dan membantu kepada sesama (apalagi mereka yang membutuhkan) jika mampu membantu. Karena Tuhan telah menyiapkan segala sesuatu. Kita hanya perlu berhikmat dan berjuang, namun tidak perlu memaksakan diri untuk mengejar apa yang bukan jadi bagian kita. Karena semua akan ditambahkan bagi kita."

Menutup tulisan ini, saya ingin berbagi bahwa anak laki-laki yang saya kisahkan ini bukan telah mengakhiri kisahnya. Namun, baru memulai langkahnya menjadi lelaki dewasa yang bertanggungjawab dengan segala konsekuensi yang berada di depan matanya. Terutama melangkah melanjutkan pendidikan di bidang yang ia pilih yaitu Jurusan Sistem Informasi. Karena, kisah kompetensi lalu untuk mendapatkan beasiswa fully funded ke USA (yang akhirnya ditaklukkan dirinya) hanyalah satu bagian dari tantangan kedewasaan untuk membuka jiwa kompetensinya bersaing. Ia akan menitih karir dimulai dengan langkah awal menyelesaikan Pendidikan yang sarat dengan berbagai paket drama kehidupan. Semoga mampu menyelesaikannya dengan baik. Sehingga ia mampu kembali dan  memanusiakan manusia di mana tempat ia berasal. Salam sukses juga untuk semua anak muda yang sedang mencari jati diri atau bahkan mulai menata langkah untuk tahapan kehidupan yang baru.

Tuhan memberkati,



Wednesday, April 01, 2020

"CEMAS"

Foto: Dok. Pribadi - Lokasi: Bali

Suatu ketika, disiang Hari. Ery dan Eta sedang melancong menyusuri Pulau Dewata Bali. Mereka mengikuti perkumpulan teman kursus. Well, Ery dan Eta adalah sahabat karib yang dekat karena kegilaan mereka terhadap dunia Pendidikan Di luar negri. Maklum saja, mereka memilih bertumbuh dilingkungan yang mencintai dunia pendidikan. Yah, ada pepatah kuno kan yang mengatakan bahwa "kamu adalah dengan siapa kamu bergaul. Jika, kamu bergaul dengan pencuri maka kamu akan menjadi pencuri, dan hal lainnya". Alhasil, mereka semakin memimpikan untuk bisa mewujudkan impian tersebut. Bertahun-tahun saling mengenal dan mensupport satu sama lain. Akhirnya, moment ITU terjadi. Mereka kemudian dapat menginjakkan kaki di Pulau dahsyat tersebut untuk mengikuti kursus persiapan pendidikan ke Luar Negri.

Hari itu,  Eta terlihat sangat khawatir sekali. Kekhawatirannya dapat tergambar jelas pada wajahnya yang terlihat tak bersahabat. Ery yang melihat hal tersebut tentu tak dapat diam begitu saja. Disinggahi lah Eta guna menanyakan apa yang hendak terjadi. Yang membuat wajah Eta bak orang yang kehilangan harta kekayaannya. Wkwkwkkwk....

Ery: anak (panggilan akrab Ery untuk Eta),
Eta: ya Bapak (sahutan kesayang Eta untuk Ery), bagaiman?
Ery: ah, saya lihat wajah mu terlihat cemas. Sebenarnya apa yang terjadi?
Eta: ah... Tidak ada... Saya nih... Inginkan sesuatu...
Ery: sesuatu apa?  Katakan kepada saya sudah!...
Eta: sio.... Saya bilang nih... Tapi kamu jangan marah ya...
Ery: bah.... Kamu pikir saya nih orang lain?, Siooo bilang sudah...
Eta: jadi begini, sebenarnya kecemasan ini adalah sesuatu hal yang sensitif.
Ery: Ia, apa itu .Bicara sudah... (Sambil menunjukkan wajah penasaran)
Eta: sebenarnya saya....
Ery: Ko kenapa?
Eta: Saya mau bilang kalau,
Ery: kalau apa?
Eta: bah sabar, pelan toh... Begini, ko lihat Chichi sana.
Ery: Ia sa lihat dia dari tadi. Dia kenapa.
Eta: sa mata sakit lihat dia pakai baju itu. Tra cocok toh?, Baju warna ungu baru tong siang hari ni, menyala sekali. Menurut ko bagaimana Bapak? Tong sendiri pakai baju putih baru. Skalian menilai toh, bapak kan pintar menilai penampilan.
Ery: Iya sih... Saya juga perhatikan dari tadi. Saya juga tra nyaman lihat dia pakai baju itu. Dia memang paling confused sekali (confused adalah nama panggan yang diberikan Ery kepada Chichi, dan Chichi sendiri menjuluki Ery dengan panggilan pretender. Karena bagi Chichi, Ery sangat ahli membuat suatu kejadian yang tak ada seolah-olah ada). Jadi, ko mau apa anak? Masa tong suruh dia pulang? Sedangkan kita ikut jalan-jalan karena dia. Wkwkwkk...
Eta: Ah, kita nih singgah di Ramayana sebentar, jadi bagaimana? Sa suruh dia ganti baju sudah e.
Ery: Ih ide mu memang sangat tepat sekali anak. Saya setuju. Setelah kita tiba di sana kamu ajak dia sudah lihat-lihat baju. Kalau bisa warnanya sama seperti kita. Putih.
Eta: Ok sudah. Mantap.

Ternyata, kegelisahan Eta terjadi, karena tangkapan matanya melihat warna baju Chichi yang tidak sesuai dengan pandangannya. Hal ini didukung dengan pernyataan Ery yang membuat dia yakin untuk melancarkan niatnya tuk singgah di Ramayana agar ia dapat membeli baju warna putih untuk Chichi.

Chichi adalah salah satu teman akrabnya di salah satu kegiatan. Maklum saja, chichi juga adalah teman sekamarnya dalam suatu kesempatan kegiatan karantina Bahasa Inggris di salah satu kota di Papua. Kegiatan tersebut juga melibatkan Ery. Sehingga mereka saling mengenal satu sama lain.

Singkat cerita, akhirnya Eta berhasil memulihkan baju yang ia sukai pun sangat disukai oleh Chichi. Ketika hendak membayar, ternyata Eta mengambil alih pembayaran tersebut. Chichi merasa kaget sekaligus bahagia. Karena, sesungguhnya saat itu beberapa kartu debitnya sedang mengalami masalah. Rencananya, dia akan mengurus beberapa hal tersebut di Jogja. Tempat berikut yang akan dia singgahi untuk melakukan perjalanan tugas. Namun, terlepas dari itu semua Eta adalah wanita yang juga dikagumi doleh Chichi. Dia salah satu wanita tegar yang mampu berdikari dan sangat produktif. Dia hebat berkarya melalui Talenta yang Tuhan berikan. Baik sebagai guru untuk anak-anaj TK/PAUD. Dia pun wanita humble dan tak pelit. Bahkan senang berbagi. Singkat cerita mereka akhirnya memperoleh kebahagiaan bersama sekaligus melepaskan kerinduan menikmati waktu bersama setelah sekian tahun tak jumpa.

Cerita ini mungkin terlihat sederhana. Tapi, intisari dari cerita yang diangkat oleh penulis adalah, hubungan persahabatan yang dibangun dengan ketulusan mencintai dan memberi dapat memberi arti bagi satu sama lain. Bagi Chichi pribadi, dia sangat bahagia dapat memiliki Eta dan Ery pada saat itu. Perhatian yang ditunjukkan sangat memberi kesan yang menyejukkan hati. Dan, Chichi yakin. Bahwa pemberian yang mereka lakukan, walau atas dasar pandangan mata yang tidak nikmat. Tetapi jauh dari itu mereka memberi bukan karena mereka berkelimpahan uang atau materi. Tapi, lebih kepada membangun hubungan cinta sebuah persahabatan. Mereka bukan hanya protes dengan baju yang dikenakan Chichi. Tapi, mereka mengambil tindakan atas protes yang dilakukan. Ini lah point' yang sering sekali kebanyakan dari kita melupakannya.

Dalam kehidupan sehari-hari apalagi. Kita sering protes ini dan itu. Tapi kita lupa untuk mengambil tindakan. Apa tindakan yang dapat merubah protes itu menjadi sukacita.

Semoga kisah sederhana ini dapat menjadi pengingat bagi kita yang dapat memberikan kebahagiaan dan kesejukan bagi kehidupan kita masing-masing.

Salam sayang,

Mencintaimu dalam diam



Biarkan hati memandu asah,
Ku tak mampu menahan kuasa,
Walau bertubi jatuh dan basah
Ku tak gentar menebar rasa,

Ku dendangkan syair pencipta romansa,
Menuangkan cinta dalam bait hati,
Semua rasa menjadi penyair ternama,
Walau tak mudah engkau ku gapai,



Makna Traveling

 Pergilah menjelajahi bumi,
Rasakan nikmatnya traveling,
Tak usah lah menjerat diri,
Kamu layak tuk ditantang,

Belajarlah dari yang kamu temui,
Semuanya adalah sentuhan sang agung,
Pun kelak kamu tak kan mudah dibodohi,
Hingga perjalanan telah dirampung.

Bolehkah Kusinggahi?


Untukmu yang baru menyinggahi hariku,
Ada sesuatu terusik pada hati,
Ingin sekali menelisik tentangmu,
Tuk bersua pada hati yang menanti,

Jika dapat Kusinggahi diri,
Membawa segudang cerita lalu,
Tentang pelik kisah menanti,
Namun, indah bila bersatu,

Bolehkah kau ku singgahi?

Kencan Terakhir


Tiba saat yang dinanti,
Kisah kita terpadu indah
Suara ombak mempercantik nuansa hari,
Menuangkan rasa dalam sebuah abah-abah,

Tak mampu pun kita memahaminya,
Waktu sesaat menjadi lebih singkat,
Tanpa sadar, sedih telah menyapa,
Dipintanya hati tuk merawat,

Kita tak sadar bila hari telah usai,
Tak pernah lagi temu kembali berucap,
Hanya bisu dalam waktu yang sunyi,
Terpisahkan dalam misteri,
 bak duri yang menancap.

Siapakah Aku





Gambar: Dok. Pribadi - Lokasi Jogja

Dalam kelam malam,
Sunyi berteman bisingan hujan nan kelam,
Kepanikan terjadi lebih lagi dan mendalam,
Bertanya kembali pada diam,
Siapakah aku???

Sunyi tersudutkan,
Oleh mereka yang menyatakan kesucian,
Dilihatnya aku bak sampah penampungan,
Segala cacian di lontarkan,
Siapakah aku?

Tak ada yang membela,
Tidak juga mereka yang berkata setia,
Tinggallah aku dalam kekeringan nelangsa,
Menjadi tanya dalam raga yang menganga,
Siapakah aku?

Terombang ambing dalam kisah tak pasti,
Menjadi pionir catur berbakti,
Dimainkan sebagai manusia tak berarti,
Sebagai pemuas nafsu birahi,
Siapakah aku?

Jawablah aku,
Jika sadar telah menjamu mu,
Agar tak ada lagi skenario palsu,
Cukuplah aku,
Menjadi tumbal nafsumu...

Salam,

"Masih Perawankah Aku?"


Beberapa waktu lalu... Saya memposting kisah beberapa puluh tahun lalu yang diceritakan oleh teman saya tentang masa lalunya. Tak saya sadari, bahwa cerita tersebut justru membawa seorang gadis jelita berbagi kisah masa kecilnya dengan saya.
Jika diperhatikan, tak ada yang menyangka bahwa anak secantik dia, pernamengalami perlakuan demikian di masa lalu.

Ia membuka pembicaraan kami dengan bertanya,
Menurut kakak apakah saya masih perawan?
Saya berhenti sejenak... Cukup untuk menghela nafas dan mengaturnya kembali.
Kemudian saya meresponnya: apa yang terjadi sampai kamu bertanya demikian?
Ia kak, jadi saya pernah mengalami kisah pelecehan saat kecil... Tapi, tak sekeji anak yang baru saja kk tuliskan kisahnya di blog kk. -sambungnya.

Ia menyambungkan lagi pembicaraan kami:
Kisah ini  masih saya ingat dengan jelas, walau tidak serinci kejadian tersebut.

Saat itu saya lupa berusia berapa tahun. Seingat saya, kejadian tersebut terjadi saat saya duduk di kelas 1 atau 2 SD atau mungkin saat TK. Saya lupa secara jelas. 
Untuk menceritakan ini saja saya bingung harus memulainya dari mana kak.

Begini kisahnya.'

Seperti yang saya katakan sebelumnya, saat itu saya berada ditingkat pendidikan TK atau antara kelas 1 atau 2 SD. Hal ini berlangsung lama sekali, antara 6 bulan atau 1 tahun secara berulang-ulang. 

Ini bermula saat tinggal dirumah terdahulu, rumah masa kecil yang bagi saya sangat kelam sekali. Kelam karena kisah ini. Entah mengapa dari sekian banyak kejadian masa kecil saya hanya mampu mengingat kisah kelam ini dan justru lupa dengan semua kisah lainnya. Walau demikian saya tak pernah menyalahkan orang tua dan kakak-kakak saya. Entahlah, saya bisa menerimanya hingga saat ini. Saya hanya ingin berbagi kepada kakak, agar kakak dapat meneruskan cerita ini kepada banyak orang sebagai bagian dari kewaspadaan orang tua, keluarga dan anak-anak itu sendiri.

Saat itu mama adalah seorang pedagang sembako, sedangkan Papa bekerja di salah satu perusahaan swasta yang banyak waktunya habis di tempat kerja.  Sehingga papa tak begitu tahu tentang semua yang tejadi. Papa hanya tahu semuanya baik-baik saja dan uang tercukupi dan terpenuhi. Oh iya saya lupa, saya masih mengingat beberapa peristiwa yang buat saya happy selain kisah kelam tersebut. Pertama, saya sangat bahagia sekali saat Papa mengajarkan saya bermain sepeda. Yah walaupun jatuh dan kemudian menangis, pasti papa gendong dan berusaha menghibur. Setelah itu besoknya akan belajar main lagi. Hahahaha, kalau bukan papa biasanya kakak  akan mendampingi saya untuk bermain sepeda. Iya, kakak yang kemudian membantu saya ketika papa harus tugas kerja dan tidak bisa pulang ke rumah. Kedua, mama selalu setia menyisirkan rambut saya, mengikatnya. Pokoknya dalam keluarga saya sangat dimanja, mungkin karena saya anak bungsu (anak terakhir dalam keluarga). Terakhir, apalagi yang dicintai dan difaforitkan oleh anak kecil perempuan jika bukan permainan masak-masakan. Hahahah. Permainan masak-masak dengan teman-teman, yah mencari daun-daun untuk dijadikan sayuran, kemudian ditumbuk atau diris, dan hal menarik lainnya sebagai seorang anak perempuan. Nah, justru di bagian ini saya merasa sangat terbantu dan dapat menghibur diri saya untuk melupakan rasa sakit itu.

Kejadian pertama terjadi ketika kakek itu (menurutku usianya sekitar 50 tahun) mengantarkan sembako jualan. Barang tersebut diantar menggunakan truck. Karena rumah kami dipagari, maka saya yang selalu diminta mama dan kakak untuk membukakan pagar tersebut. Karena, mereka sibuk menghitung dan memindahkan barang-barang tersebut. Untuk memindahkan barang-barang itu dibutuhkan mesing lampu. Dan truck tersebut dilengkapi dengan peralatan tersebut. Mesin yang digunakan menimbulkan bunyi yang besar sekali, sehingga jika terjadi sesuatu tak kan disadari oleh siapapun. Pengantaran barang saat itu harus di antar sekitar jam 6. Makanya, dibutuhkan penerangan dan beberapa alat troli menggunakan mesin untuk barang-barang tersebut. Tapi yang jelas, hal ini yang memicu kebiadaban orang tersebut melakukan aksinya. Orang itu adalah tetangga sebelah rumah kami. Sebenarnya saya memanggilnya dengan sebutan om, walau kini saya lebih nyaman menyebutnya dengan panggilan kakek karena seingat saya dia sudah punya cucu saat itu. Setiap bulan, pengantaran barang-barang dari dia berkisar 1 sampai 2 kali. Dan sebanyak itu pula dia melakukan aksi birahinya. Selama itu pula saya ketakutan, setiap kali om itu datang mengantarkan barang-barang. Mama dan kakak saat itu tidak tahu jika si om punya niat jahat. Makanya saya yang selalu dimintai membukakan pintu pagar. Ketakutan saya sebagaimana anak-anak pada umumnya, gemetar dan bingung, tapi namanya anak-anak, saya tidak berani mengatakan apa-apa pada mama maupun kakak.

Saat itu saya tidak berani bilang ke mereka, saya hanya bilang ke mama kalau saya tidak mau membukakan lagi pintu pagar. Tapi, melihat mama dan kakak sibuk, saya pun tak tega membiarkan mereka. Maka, saya kembali membukakakn pintu pagar itu. Dan semuanya terjadi. Sakit sekali kak, sakitnya tak hilang hingga saat ini. Saat dimana saya harus membagikannya kepada kakak.

Awalnya dia selalu bersikap manis, seperti om-om pada umumnya. Dengan senyuman dan sedikit tipuan pujian, lalu kemudian menggendong saya. Serta mengajak saya berkeliling. Saat itu, seingat saya disamping rumah ada lorong panjang menembus ke belakang pekarangan. Yang tertutupi dengan suara mesin dan kendaraan muatan barang-barang. Pertama-tama, dia selalu merayu saya dengan manis sekali. Saya sadar saat itu saya masih kecil. Tapi saya pun sadar bahwa apa yang om itu lakukan tidak benar, hati dan pikiran saya pun menolak. Bayangkan anak yang seusia itu dipaksanya berpikir seperti orang dewasa. Mana tahu saya. Langkah pertama dia menggendong saya, memuji-muji saya, dan setelah mama serta kakak sibuk, dia membawa saya melewati lorong itu. Langkah berikutnya dia mmencium-cium saya, mengusap-usap saya. Dan jika saya menolak, maka dia akan bilang "sebentar saja dek, adek tidak sayang kah sama om?", kata-kata ini yang selalu ia lontarkan ketika saya menolak , berusaha kabur, dan meronta-ronta serta memukul si om. Tapi tahulah kekuatan anak kecil seperti apa, tak kan mampu melawan si tua bangka mesum itu. Kata-kata yang selalu melekat diotak saya dan tak pernah bisa hilang.  Yang paling menyakitkan adalah ketika dia melucuti celana saya, kemudian membaringkan saya (dilantai maupun di atas meja). Dia kemudian memasukkan jarinya ke alat kelamin saya. Ini bukan hanya satu jari, tapi lebih dari itu. Aksi yang perlahan halus (sekedar mencium dan mengusap tubuh saya), kemudian semakin lama, semakin kasar dan brutal. Sampai memaksa saya menghisap alat kelaminnya (penis). Mulut dan tenggorokkan saya sakit sekali, bahkan batin saya hingga saat ini sangat sakit sekali jika menerawang kembali. Seperti yang saat ini saya lakukan. Saya hanya bisa menangis dan ketakutan bercampur bingung. Aksi ini berhenti sampai saat dia harus berangkat dan kembali ke kampung halamannya.

Di saat si om pindah, barulah saya berani menceritakan semuanya kepada mama dan kakak. Mereka menangis dan terlihat terpukul sekali. Mama terlihat marah, tapi berusaha mengendalikan dirinya, saya hanya melihat raut wajah yang begitu murka dengan mengendalikan kesedihannya untuk tidak menjatuhkan tetesan air matanya. Ia menelan dan menahan semuanya. Dan papa, papa tidak tahu tentang kejadian ini. Karena saat itu papa sedang tidak berada ditempat. Kami sepakat melupakan semuanya. Saya pun tak pernah menuntut apapun dari mereka. Setidaknya saya lega telah menceritakan semuanya kepada mereka. Walau saya sadari kisah pilu itu juga memberikan luka dalam kepada mereka.

Entah mengapa yah kak. Saya sedari dulu berpikir bahwa, ini bukan salah siapa-siapa. Bukan Tuhan maupun keluarga. Padahal keluarga saya bukanlah keluarga yang terlalu kuat dan taat agama. Hanya satu yang saya sadari, jika Tuhan ijinkan sesuatu terjadi dalam kehidupan saya, pasti Tuhan punya rencana yang indah. Walaupun hal yang diijinkan adalah hal buruk, seperti masa lalu yang menyakitkan ini. Tuhan tau saya kuat, dan saya sadari itu. Tuhan, tidak pernah kasih ujian diluar batas kemampuan umatNya. Sehelai rambut saja dapat jatuh karena seijin Tuhan, apalagi kejadian itu. Ini yang selalu saya tanamkan sejak kecil. Apa pun itu Tuhan tetap baik adanya. Dan semua terbukti melalui proses hidup yang saya alami. Saya sangat merasakan iman saya bertumbuh, semakin hari semakin baik. Untuk keluarga, saya tidak menyalahkan, karena saya menceritakan usai kejadian tersebut. Seandainya, mereka tahu lebih awal, pasti beda ceritanya. Tapi mereka pun tidak menyalahkan saya. karena, mereka sadar bahwa saat itu saya sangat kecil dan penuh dengan ketakutan. Justru saya takut. Sehingga saya menerima segalanya dengan lapang hati, dan berserah kepada Tuhan. AKhir kata, Saya belajar untuk mengampuni sepahit apapun kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Karena segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, baik adanya.

Menutup perbincangan kami dia hanya mengutarakan bahwa sampai detik ini yang jadi pertanyaannya dari kejadian itu ada dua,
1) Apakah dia masih perawan, setelah tindakan yang ia alami itu.
2) Dia tidak tau bereaksi seperti apa nanti ketika bertemu dengan pelaku.

Well, apapun itu. Kami menutupnya dengan sukacita. Ada pembicaraan yang intens yang kemudian kami lakukan. Sayang sekali, saat-saat begini ada wabah Corona. Jika tidak, saya ingin sekali memeluk, mengecup keningnya, sambil menatap wajah dan kedua matanya kemudian mengatakan padanya bahwa saya bangga punya dia. Saya sangat mencintai dia. Bahwa dia adalah sosok pejuang kehidupan.

Mengakhiri tulisan ini, saya hanya mau berpesan kepada semua wanita n pria agar selalu waspada dan bertanggungjawab terhadap diri kita. Karena ada sekian banyak orang yang tidak bertanggungjawab yang mampu memperdaya kita atau orang terdekat kita untuk memuaskan keinginan mereka semata.

Salam sayang,
Salam Cerdas,
GBU!

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...