Tuesday, July 30, 2013

PENGAKUAN INI TAMPARAN BAGI SIAPA???



Tawa yang indah kala melihat anak-anak remaja yang bersenda gurau bersama sahabat mereka. Mereka sangat bahagia sekali, ketika tawa itu lepas dan mengalir begitu saja. Tanggapan mereka atas lelucon dari teman-teman mereka mengiringi kebahagiaan yang sungguh luar biasa disaksikan. Seperti tanpa beban, tanpa kesedihan dan tapa cemas apapun. Aku kemudian merasa penasaran ketika melihat ada salah satu sosok diantara mereka yang kemudian hanya melakukan aksi itu dengan nada yang biasasaja. Seperti ada yang mengganjal untuknya. Tanyaku terbesit dalam hati dan pikiranku “Apakah kesalahan yang ia perbuat?, Hingga ketakutannya menjadi ancaman bagi kebahagiaan yang ia lenyapkan begitusaja”. Sungguh, tak biasa aku melihat wajah itu. Terkadang aku melakukannya dengan biasa saja, karena itu adalah tugasku sehari-hari. Menjadi psikolog dari proses otodidak. Tapi, kali ini beda, ia tak seperti biasanya. Anak yang baru bergabung itu, membuatku terus-menerus ingin menelusuri kehidupannya, ingin mengenal kepribadiannya. Hari terus berganti bayangan wajahnya masih melekat dalam ingatanku dengan sangat jelas. Ada apa dengannya?, tanyaku terus berdesit. Gangguan itu mendesak aku untuk mencari tahu tentang dirinya. Melalui teman2nya yang mengutus dia datang bergabung dalam lingkungan pergaulan kami. Aku terus menggali informasi tentang dirinya. Tanpa ia sadari aku masuk dalam kepribadiannya yang intim, aku mempelajari karakter dirinya, kehidupannya, keluarganya dan teman2 pergaulannnya. Apa yang kudapati sungguh mengejutkan diriku. Dia siswi SMA kls.3, sosok yang luar biasa dalam kehidupan sosial. Masalah persahabatan/teman, saudara/keluarga dan lainnya ia sangat sempurna. Namun ternyata sosok itu rapuh. Aku kemudian mencoba masuk menjadi teman yg secara emosional sangat ia butuhkan, akupun menggali sebanyak mungkin semua informasi pribadinya. Jam dinding terus berputar, malam dan siang terus berganti. Hingga suatu hari aku terkejut. Sosok itu dengan tatapan mata yang penuh tanya, dengan tawa yang menyimpan kebingungan, membawa aku menemukan jawaban atas dirinya dan dari dirinya sendiri. Berikut pengakuannya: Kakak, aku telah ternoda, hal itu sudah berlangsung lama sejak aku duduk di bangku sekolah kelas 5SD. Aku telah melakukannya bersama pacarku, semua terjadi begitu saja tanpa ku ingat jelas mengapa bisa terjadi padaku. Pertama kali melakukannya aku merasa tak menentu, bingung, dosa, takut, benci dan banyak hal yang buatku tak tahan. Tapi pasanganku meyakinkan aku, bahwa semua akan baik2 saja. Kamipun akhirnya memutuskan untuk merahasiakan semuanya. Kakak, kamipun melalui semuanya dan itu membuat kami terus-menerus beradu kasih, melakukan dosa yang nikmat itu. Aku kemudian menyadari itu salah, tapi aku tak yakin. Hingga suatu hari aku melihatnya bersama wanita lain. Aku hancur dan kecewa, aku pun melakukan aksi bunuh diri tanpa diketahui oleh orang lain. Tapi, itu gagal. Aku sadari dengan cukup lama bergeming, ketika berita dari ayahku mengejutkanku bahwa ia telah pergi untuk selamanya. Aku putuskan untuk menghapus semuanya. Menghapus kisah kami. Dan menjalani hidupku seperti biasanya. Demi ayahku akan kulakukan yang terbaik dalam hidupku.“
Kisah itu mengiris perih hati, jiwa dan jantungku. Aku serasa jatuh dan tak berdaya. Akupun menangis bersamanya, karena telah membuka luka hatinya, yang telah terkubur lama dan ia simpan dengan rapi. Karena ternyata tak ada satupun orang yang mengetahui hal itu, kecuali pasangannya yang brengsek itu. Aku kemudian bertanya padanya. Jika kamu telah melupakan semua itu, mengapa kamu tidak bisa tertawa lepas bersama dengan orang lain/teman2 mu. Kamu seperti tidak di duniamu. Jawabnya: “Itu benar kak‘, karena saat ini aku kelas 3 SMA. Sedikit lagi kami akan lulus, kemudian kuliah dan akhirnya berumah tangga. Aku takut aib ku ini membuat keluargaku kaget terutama ibuku. Lalu bagaimana orang2 yang selalu menganggapku sempurna, mereka pasti mencemohku. Siapa pria yang mau menerima keadaanku seperti ini?. Itu sebabnya, aku tak pernah ingin berpacaran, hingga nanti aku benar-benar siap. Tapi siapa kelak yang bersedia menerima perempuan sepertiku?“
Aku kemudian menutup pembicaraan kami dengan memberikan pelukan hangat yang sangat erat. Memberikan motifasi dan keyakinan baginya. Karena, bagiku tak ada manusia yang sempurna. Semua orang punya batasana. Begitupun dengan anak ini. Ia patut mendapatkan apa yang terbaik dalam hidupnya. Ia hanyalah sebagian kecil yang menjadi korban atas ketidakberdayaannya, karena keluarganya terlalu membentuk dia sempurna. Dan lingkungannya menjadikan ia putri terkurung. Untungnya sekarang kami bersahabat dengan baik sehingga, aku merasa berhasil, karena telah membawanya bangkit. Kini dia dapat tersenyum dengan lega. Senyuman yang indah, tanpa rekayasa dan tanpa buatan apapun.
Memberikan cinta dengan kasih sayang yang tulus bukan saja lewat kata-kata tapi juga lewat tindakan yang nyata. Pelajaran yang sangat berharga untuk remaja, bahwa melakukan hubungan badan diluar pernikahan adalah resiko yang harus ditanggung seumur hidup. Bukan saja masalah mental yang akan rapuh, tapi juga kesehatan menjadi resiko terbesar apalagi dihadapkan dengan HIV/AIDS, karena anda belum tentu tahu bahwa pasangan anda hanya melakukannya dengan anda. Untuk orang tua, berikanlah apa yang dibutuhkan oleh seorang anak, bukan apa yang mereka inginkan. Karena pemenuhan diri atas keinginan mereka, bisa jadi adalah pembunuhan yang anda lakukan secara tidak langsung baginya. Jangan menegur dan melarang anak anda, jika anda sendiri tidak mampu melakukannya. Karena apa yang ia lakukan adalah cerminan dari diri anda. Salam.

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...