Tawa
yang indah kala melihat anak-anak remaja yang bersenda gurau bersama sahabat
mereka. Mereka sangat bahagia sekali, ketika tawa itu lepas dan mengalir begitu
saja. Tanggapan mereka atas lelucon dari teman-teman mereka mengiringi
kebahagiaan yang sungguh luar biasa disaksikan. Seperti tanpa beban, tanpa
kesedihan dan tapa cemas apapun. Aku kemudian merasa penasaran ketika melihat
ada salah satu sosok diantara mereka yang kemudian hanya melakukan aksi itu
dengan nada yang biasasaja. Seperti ada yang mengganjal untuknya. Tanyaku
terbesit dalam hati dan pikiranku “Apakah kesalahan yang ia perbuat?, Hingga
ketakutannya menjadi ancaman bagi kebahagiaan yang ia lenyapkan begitusaja”.
Sungguh, tak biasa aku melihat wajah itu. Terkadang aku melakukannya dengan
biasa saja, karena itu adalah tugasku sehari-hari. Menjadi psikolog dari proses
otodidak. Tapi, kali ini beda, ia tak seperti biasanya. Anak yang baru
bergabung itu, membuatku terus-menerus ingin menelusuri kehidupannya, ingin
mengenal kepribadiannya. Hari terus berganti bayangan wajahnya masih melekat
dalam ingatanku dengan sangat jelas. Ada apa dengannya?, tanyaku terus berdesit.
Gangguan itu mendesak aku untuk mencari tahu tentang dirinya. Melalui teman2nya
yang mengutus dia datang bergabung dalam lingkungan pergaulan kami. Aku terus
menggali informasi tentang dirinya. Tanpa ia sadari aku masuk dalam
kepribadiannya yang intim, aku mempelajari karakter dirinya, kehidupannya,
keluarganya dan teman2 pergaulannnya. Apa yang kudapati sungguh mengejutkan diriku.
Dia siswi SMA kls.3, sosok yang luar biasa dalam kehidupan sosial. Masalah
persahabatan/teman, saudara/keluarga dan lainnya ia sangat sempurna. Namun
ternyata sosok itu rapuh. Aku kemudian mencoba masuk menjadi teman yg secara
emosional sangat ia butuhkan, akupun menggali sebanyak mungkin semua informasi
pribadinya. Jam dinding terus berputar, malam dan siang terus
berganti. Hingga suatu hari aku terkejut. Sosok itu dengan tatapan mata yang
penuh tanya, dengan tawa yang menyimpan kebingungan, membawa aku menemukan
jawaban atas dirinya dan dari dirinya sendiri. Berikut pengakuannya: “Kakak,
aku telah ternoda, hal itu sudah berlangsung lama sejak aku duduk di bangku
sekolah kelas 5SD. Aku telah melakukannya bersama pacarku, semua terjadi begitu
saja tanpa ku ingat jelas mengapa bisa terjadi padaku. Pertama kali
melakukannya aku merasa tak menentu, bingung, dosa, takut, benci dan banyak hal
yang buatku tak tahan. Tapi pasanganku meyakinkan aku, bahwa semua akan baik2
saja. Kamipun akhirnya memutuskan untuk merahasiakan semuanya. Kakak, kamipun
melalui semuanya dan itu membuat kami terus-menerus beradu kasih, melakukan
dosa yang nikmat itu. Aku kemudian menyadari itu salah, tapi aku tak yakin.
Hingga suatu hari aku melihatnya bersama wanita lain. Aku hancur dan kecewa,
aku pun melakukan aksi bunuh diri tanpa diketahui oleh orang lain. Tapi, itu
gagal. Aku sadari dengan cukup lama bergeming, ketika berita dari ayahku
mengejutkanku bahwa ia telah pergi untuk selamanya. Aku putuskan untuk
menghapus semuanya. Menghapus kisah kami. Dan menjalani hidupku seperti
biasanya. Demi ayahku akan kulakukan yang terbaik dalam hidupku.“
Kisah
itu mengiris perih hati, jiwa dan jantungku. Aku serasa jatuh dan tak berdaya.
Akupun menangis bersamanya, karena telah membuka luka hatinya, yang telah
terkubur lama dan ia simpan dengan rapi. Karena ternyata tak ada satupun orang
yang mengetahui hal itu, kecuali pasangannya yang brengsek itu. Aku kemudian
bertanya padanya. Jika kamu telah melupakan semua itu, mengapa kamu tidak bisa
tertawa lepas bersama dengan orang lain/teman2 mu. Kamu seperti tidak di
duniamu. Jawabnya: “Itu benar kak‘, karena saat ini aku kelas 3 SMA. Sedikit lagi kami
akan lulus, kemudian kuliah dan akhirnya berumah tangga. Aku takut aib ku ini
membuat keluargaku kaget terutama ibuku. Lalu bagaimana orang2 yang selalu
menganggapku sempurna, mereka pasti mencemohku. Siapa pria yang mau menerima
keadaanku seperti ini?. Itu sebabnya, aku tak pernah ingin berpacaran, hingga
nanti aku benar-benar siap. Tapi siapa kelak yang bersedia menerima perempuan
sepertiku?“
Aku
kemudian menutup pembicaraan kami dengan memberikan pelukan hangat yang sangat
erat. Memberikan motifasi dan keyakinan baginya. Karena, bagiku tak ada manusia
yang sempurna. Semua orang punya batasana. Begitupun dengan anak ini. Ia patut
mendapatkan apa yang terbaik dalam hidupnya. Ia hanyalah sebagian kecil yang
menjadi korban atas ketidakberdayaannya, karena keluarganya terlalu membentuk
dia sempurna. Dan lingkungannya menjadikan ia putri terkurung. Untungnya
sekarang kami bersahabat dengan baik sehingga, aku merasa berhasil, karena
telah membawanya bangkit. Kini dia dapat tersenyum dengan lega. Senyuman yang
indah, tanpa rekayasa dan tanpa buatan apapun.
Memberikan
cinta dengan kasih sayang yang tulus bukan saja lewat kata-kata tapi juga lewat
tindakan yang nyata. Pelajaran yang sangat berharga untuk remaja, bahwa
melakukan hubungan badan diluar pernikahan adalah resiko yang harus ditanggung
seumur hidup. Bukan saja masalah mental yang akan rapuh, tapi juga kesehatan
menjadi resiko terbesar apalagi dihadapkan dengan HIV/AIDS, karena anda belum
tentu tahu bahwa pasangan anda hanya melakukannya dengan anda. Untuk orang tua,
berikanlah apa yang dibutuhkan oleh seorang anak, bukan apa yang mereka
inginkan. Karena pemenuhan diri atas keinginan mereka, bisa jadi adalah pembunuhan
yang anda lakukan secara tidak langsung baginya. Jangan menegur dan melarang
anak anda, jika anda sendiri tidak mampu melakukannya. Karena apa yang ia
lakukan adalah cerminan dari diri anda. Salam.
Ini kisah nyata ya kk ??
ReplyDeletesunggu menyayat di hati .
Bagi semua yang pernah mengalaminya memang penyesalan akan selalu datang, tp jangan jadikan itu sebagai alasan untuk menutup diri, tp jadikan semua itu sebgai perlajaran dan pukulan berharga untuk kita menjadi lebih maju .
Putri Sri Rahayu :
ReplyDeleteItu memang kisah nyata. Dan cerita itu ditujukan kepada semua pihak. Utk remaja2 yg mengalaminya tetap smangat, selalu ada jalan keluar tpi ttp berpegang pd Sang Kuasa. Utk para ortu, berikan apa yg menjadi kebutuhan anak bukan keinginan anak.
Salam spesial kasih sayang....