Kisah I :
Salah seorang Pastor berkebangsaan Belanda, bertugas di salah satu daerah di Papua (Wamena). Ia memiliki tubuh yang tegap dan tinggi serta langsing. Saat itu dia sedang brada di pasar hendak membeli beberapa kebutuhan makanan untuk persediaan di Biara. Saat ia hendak pulang dan ada salah seorang Suster Biara yang ingin menumpang di motornya ke tempat tujuan yang sama yaitu biara. Berikut percakapan mereka:
Suster : Pater saya numpang ya ke biara,
Pastor : Ya, Suster... silahkan saja. Tapi engkau harus berpegangan yang kuat dan erat...
Ketika mereka berdua pergi menuju biara dengan menggunakan sepeda motor sang Pastor. Ada hal lucu + aneh + unik yang terjadi. Sang Pastor tidak menyadari bahwa Suster tersebut telah jatuh terhempas di aspal. Karena sang Pastor berjalan terus tidak memperhitungkan jalanan yang berlubang maupun berbatu. Ia hanya berkosentrasi pada perjalanannya. Setiba di biara, Pastor menyapa Suster, "Ya, Suster...kita telah tiba di tempat tujuan", namun tak terdengar sautan dari Suster. Dia pun mencari2 Suster, tapi tak didapatkannya. Maka, ia bergegas masuk ke biara. Tak lama kemudian Suster berada didepannya dan melakukan protes dengan nada kesal dan emosi. Kata Suster, "Pater, kenapa Pater menjatuhkan saya dan meninggalkan saya dijalanan saat perjalanan tadi?". Kata Pater, "Suster, telah kusampaikan padamu, bahwa engkau harus berpegangan yang kuat dan erat, sehingga engkau tak'kan terjatuh. Saya telah memperingatkan kamu, tapi kamu tak menghiraukannya. Berarti kesalahan bukan berada pada saya. Saya permisi Suster". Tanpa kata2 penjelasan lainnya Pastor itupun berlalu begitu saja dan suster tersebut tetap menerima situasi itu walaupun ia sedikit kecewa.
Kisah II :
Salah seorang Bruder A, asal Papua sedang berkunjung ke Biara Sentani. Saat itu salah seorang sahabatnya (Bruder B) sedang menebang pohon. Bruder B sangat terampil dalam masalah tanaman dan perawatannya. Ketika Bruder B terasa lelah, waktu menunjukkan saatnya utk istirahat sejenak sambil menikmati kopi. Ketika itu Bruder A memberikan banyak nasehat tentang penebangan pohon tersebut. Dengan nada sombongnya yg sedang menggurui Bruder B, ia meminta parang untuk melanjutkan penebangan yg sedang dilakukan oleh Bruder B. Dengan busana yg lucu (celana pendek layar + kaos singlet) ia pun memanjat pohon Cemara/Kasuari dan melakukan penebangan. Tanpa disadarinya cabang yg sedang ia tebangi ternyata adalah cabang yg sedang ia peluk sebagai sandaran utk tdak terjatuh. Alhasil, ia pun terayun oleh cabang pohon itu dan cabang pohon itu pun membuatnya terjatuh dan terlempar kuat, hingga mendarat di lantai dan tak bergerak sama sekali (terbujur kaku). Bruder B pun segera memanggil salah satu temannya Bruder C yg berdarah Belanda. Sebelum melakukan tindakan, Bruder C menanyakan kepada Bruder B. "Hei B apa yang telah kau lakukan padanya hingga Bruder A seperti itu?". Bruder B pun berkata "Bruder C, kau tdk boleh bertanya banyak pd sy, tpi mari datang dan liat saudara kita ini". Akhirnya Bruder C n Bruder B segera membawa Bruder A ke Puskesmas Sentani terdekat. Namun, saat itu mantri Puskesmas mengatakan bahwa, "Maaf sepertinya dia sudah tidak ada harapan, dia sdh mati, karna tdak ada nafas. Tapi, saya akan merekomendasikan kalian utk segera membawanya ke RSUD Dok II, nanti sya akan menghubungi teman2 yg disana, agar ketika kalian tiba. Dia langsung ditangani". Akhirnya mereka berdua sgera membawa Bruder A ke RSUD dan bertemu dgn petugas yg telah menunggu di sana. Setiba di sana, sebelum petugas itu menggunakan alat medis canggih, ia mengambil sebuah bolpen dan meggunakan bolpen itu untuk diketuk ditesta/jidad Bruder A. Seketika itu juga Bruder A bangkit berdiri, dan bingung katanya, "Saya, ada di mana ni??? Kenapa sya di rumah sakit???, Saya tidak sakit". Bruder A adalah orang yg sangat anti dgn Rumah Sakit, maka ia adalah orang pertama yg berlari menuju mobil.... Sambil tertawa Bruder B n C mengatakan dengan senyuman bahagia, Bruder A telah bangkit. Hahahaaa, untungnya Bruder A hanya kehilangan kesadaran utk beberapa waktu.
Kisah III:
"Pilihan Yang Sulit"
Saat itu seorang Pastor berkebangsaan Belanda yang telah menjadi WNI bertugas di Nabire. Ia selalu menggunakan motor hebatnya utk melakukan kunjungan2 pelayanan ataupun aktifitas lainnya.
Sore itu ia hendak kembali ke Biara namun ditengah perjalanannya ia dihadapkan kepada dua pilihan yg berat. Tampak dihadapannya sekelompok kawanan bebek-bebek sedang berjalan menguasai jalan aspal.
Karena kecintaanya dan kasih sayangnya pada binatang melebihi dirinya sendiri, ia harus memilih menyerahkan dirinya pada maut (kecelakaan) ataukan ia menabrak sekelompok kawanan bebek-bebek yang dicintainya. Dengan sedikit gusar dan bingung dihatinya sambil mengendarai sepeda motor itu, ia kehilangan keseimbangannya, dan memilih utk menyerahkan diri pada maut dibandingkan menghantam sekawanan bebek-bebek. Alhasil, dia pun tergelincir dan terhempas masuk god serta dilarikan ke Rumah Sakit terdekat. Sungguh pilihan yang sulit. Hahahahaaa,,,,