Ketika malam mulai merayu siang tuk melupakan terang dan menjalani kerlipan bintang dan sang bulan, Ria mulai berlari dan bercerita tentang kisah hidupnya.
Ia tersipu malu di malam itu dan mulai menyampaikan guratan kisah yang di laluinya di hari itu kepada sang sahabat yg selalu setia menjadi pendengarnya.
"Aku bangga" kata itu terus keluar dari bibir manisnya. Bangga akan segala yang ia miliki dan setidaknya selalu mampu tuk bersyukur dalam segala kisah, walau terkadang ada aksi atas reaksi tubuh yang berlebihan dan mencoba merayunya tuk melupakan ucapan syukur yg harus ia tuturkan pd Sang Kuasa Kehidupan.
Ia selalu tersipu malu, ketika bercerita dan mengurai semua yg ia alami.
Rona wajahnya terus terpoles dgn seri-seri senyumannya yg kemudian terus terusik sambil menutupi wajahnya dan sekali-kali tangannya terhentak pada sahabatnya itu.
"Aku Bangga" kata itu terus terurai,
Aku bangga miliki sahabat seperti dirimu, Sahabat yg luar biasa mau mendengarkan segala keluh kesahku, Sahabat yg selalu memberikan solusi ketika masalahku tertuai dlm pembicaraan kita. Sahabat yg selalu mengusap air mata dan menyeka keringatku ketika aku sedih dan lelah. Aku mungkin tak sehebat engkau, namun justru itu engkau menjadi orang yg sangat berarti bagiku, Sahabatku. Aku bangga dengan segala kesederhanaan yg engkau miliki. Bangga ketika aku marah dan menghentakmu, engkau selalu tersenyum dan menghapuskan bahkan menghilangkan kegalauan hidupku itu. Aku bangga karena engkau selalu punya alasan dan jawaban untuk membuatku tersenyum dan tertawa, membuatku melupakan segala duka dan luka dikala kumiliki. Aku bangga karena kau begitu luar biasa dan sungguh sangat bernilai bagi hidupku.
Kebanggaan itu terus terurai dalam alunan kata2 Ria kepada sang sahabat sejatinya.
Ia bahkan merasa, bahwa ia tidak menyadari bahwa sahabatnya juga membutuhkan apa yg sahabatnya berikan kepada dia.
Setiap kali berpisah ia merasa begitu luar biasa, hingga terkadang ia mengecup kening sahabatnya, memeluknya dan berlari meninggalkannya begitu saja. Tanpa mengucapkan sesuatu hal yang membuat sahabatnya begitu berkesan. Yah itu seperti sebuah tindakan tanpa kata-kata tuk menyatakan apa yang ia lakukan adalah bentuk syukur dan kebahagiaan bangga memiliki sahabat yg luar biasa.
Ketika ia berjalan dan berlalu, Sang sahabat meneteskan air mata. Ia tertegun dgn begitu sedih, karena Ria tak menanyakan bagaimana keadaan dan kondisinya. Ia hanya menceritakan semua yg ia alami, tanpa menanyakan apa yg sahabatnya sedang alami dan rasakan saat itu.
Sang sahabatpun berjalan dan menuju rumah Ria, ketika hampir mendekati rumah Ria, ia berhenti di bawah pohon beringin yg lebat dan menuliskan sepucuk surat untuk Ria.
Dear,
Ria tersayang...
Terimakasih karena selalu menyanjungku dan mengatakan bahwa aku begitu luar biasa.
Terimakasih karena itu membuatku berarti, namun tidak menunjukkan bahwa aku memang sungguh berarti bagimu.
Bahkan disaaat2 aku akan pergi, engkau tak bisa menanyakan bagaimana keadaan dan kabarku dihari ini???
Tapi aku tetap tersenyum untukmu hanya membuatmu untuk tidak terluka,
Namun mengapa kau' tak begitu sensitif memikirkan bagaimana perasaanku,
Aku sadar engkau selalu memberikan pelukan dan kecupan hangat bagiku,
Namun itu jga tdak bisa membuatku merasa lebih nyaman ketika engkau mau meluangkan sedikit saja waktumu tuk menanyakan kabar dan keadaanku.
Ria tersayang...
Aku merasa tak mampu lagi untuk semua itu,
Tapi bukan karena aku melakukan protes padamu,
Namun maafkan aku karena tak bisa lagi menjadi org yg luar biasa utk mu,
Tak bisa lagi menjadi pendengar terbaikmu dan
tak bisa lagi menjadi saksi hidupmu tuk kisah mu yg akan datang,
Karena saat ini kepergianku telah tiba,
Salam sayang sahabatmu ini,
Aku akan selalu ada untukmu sahabatku terkasih,
Sekalipun engkau tak'pernah ada untukku,
Pelukan Hangat dan Kecupan Rinduku Yg kan Selalu Hadir bagimu,
Sahabatnya itu pun menaruh sepucuk surat tersebut tepat di bawah pintu rumah Ria.
Ia pun berlalu menuju jurang terjal di dekat kompleks rumah Ria,
Dan menerjunkan tubuhnya,
Terhempaslah dirinya dalam jurang terjal hingga menghantarkan kematiannya di hari itu.
Ternyata,
Sang Sahabat sedang mengalami saat2 terberat dalam hidupnya,
Ia tertekan karena kondisi keluarganya, dimana sang ayah dan sang ibu selalu berkelahi dan menyerang dan Ayahnya terus-menerus menjadikan dia sebagai tempat pelampisan penyiksaan,
Semua aktivitas rumah tangga dilakukan olehnya tanpa melibatkan kedua adiknya untuk membantunya,
Saat itu diapun sedang terluka oleh sahabat yang juga adalah kekasih hatinya yang selingkuh dan mempermalukan dia didepan keluarga sang pria dan didepan selingkuhannya.
Ia tertekan dan ketika berjumpa dengan Ria, ia berharap kali ini Ria mau mendengarkan dan memberikan solusi atas masalah yg tengah ia hadapi. Namun kondisinya berbalik...
Ia Kecewa atas semua masalah hidup yg ia alami,
Mungkin benar itu tindakan yg salah dan bodoh,
Tapi bisakah anda menjadi sosok yg seimbang didalam hidup ini???
Bisakah anda untuk tdak begitu egois atas apa yg tengah dihadapi?
Bisakah anda untuk tdak begitu egois atas apa yg tengah dihadapi?
Petikan dari kisah ini adalah, bahwa:
Jangan pernah egois atas masalah yg tengah anda hadapi,
Karena orang lain jga memiliki masalahnya sendiri,
Maka ketika anda didengarkan oleh orang yg begitu peduli dlm hidup anda,
Maukah anda jga menjadi pendengar bagi kehidupannya???
Salam,
Semoga anda terinspirasi...merryriana