Saat beribadah di Gereja ada pemandangan yang tak lazim. Sepasang kekasih dengan sikap tubuh yang sopan sambil memegang handpone, saat itu sedang berlangsung pembacaan Injil (kisah sengsara Yesus Kristus), pikirku mereka sedang hikmat membaca Injil melalui HP. Aku kembali melanjutkan konsentrasi ibadahku. Tak lama kemudian leherku tegang sekali (akibat scolisosis yang kuderita), jadi sedikit merilexkan diri dengan memalingkan wajahku ke kiri dan ke kanan. Dan aku melihat sepasang kekasih yang tadinya kupikir mereka sedang membaca injil melalui HP, tapi ternyata sang wanita sedang asik Facebook dan yang pria sedang asik bermain game. Aku kemudian melanjutkan ibadahku. Tak sadar, sang pria sepertinya merasa tak enak denganku, entah karena aku begitu khusu dengan ibadahku, atau karena dia merasa terawasi.
Dari kisah diatas, ketika aku pulang, dalam perjalanan ke rumah, aku merenungkan kejadian tadi, sedikit kurasa kecewa, karena itu terjadi kepada anak muda dan tepat di Gereja. Aku hanya berpikir, mengapa mereka pergi ke Gereja jika hanya menyibukkan diri sendiri dengan HP, bukankah masih banyak kesempatan lain yang mereka miliki untuk sekedar browsing atau semacamnya? Bukankah di Gereja, hanya memakan waktu 1 setengah jam dan itupun seminggu sekali?
Sesungguhnya ini bukan pemandangan pertama yang kutemui, aku sering menemukan kejadian ini di Gereja, entah itu anak-anak ataupun orang dewasa. Walaupun tak semua umat melakukan hal itu. Namun, selalu saja terjadi dalam situasi ibadah.
Kembali pada kisah ku di hari ini,
Diakhir kisah ku ini: Aku hanya dapat berdoa dalam hati "Tuhan maafkan diriku entah karena aku tidak menegur mereka, atau karena aku menyibukkan diri dengan mereka walau sejenak. Dan aku harap ketika nanti Engkau mengijinkanku berumah tangga, aku tidak melakukan kesalahan yang sama yang diperbuat oleh orang tua mereka. Bahwa orang tua tidak memastikan apakah anak-anak mereka sungguh memahami kehadiran Tuhan dan bahwa apakah anak-anak telah siap bersekutu dengan Tuhan." Amin. Tugas orang tua terlihat sederhana, namun sesungguhnya memikul tanggungjawab yang besar.
Aku pikir kejadian ini menunjukkan betapa primitifnya pertumbuhan kehidupan iman Kristiani. Sehingga tak jarang tindakan seseorang lebih mudah terprofokasi.
Salam,
Tulisan adalah bagian dari komunikasi. Tulisan dapat pula mengungkapkan perasaan yang tak mampu dan tak dapat diutarakan. Berbagilah cerita bersamaku melalui kisah anda. ♥️
Sunday, April 09, 2017
Subscribe to:
Posts (Atom)
Nilai Seseorang!
Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...
-
Pada tanggal 20 Oktober 2013 aku menulis kisah ini untuk pertamakalinya, saat itu semuanya terlihat telah berakhir. Beberapakali sempat m...
-
Aku-Anggi Hari kemarin telah berakhir. Aku mencoba menutupi lembaran kepedihan dalam hari yang tak bersahabat denganku. Aku melangkah s...