Belati hitam tertancap tajam,
Menembus jantung dan paru-paru,
Tak mampu lagi menghela nafas,
Tidak juga untuk sesaat,
Seakan menata kuburan dalam tidurku,
Isak tangis menghantarkan hari-hariku,
Terasa kelam dan tak berwarna lagi,
Lalu mengurung diri,
Enggan mencicipi warna mentari,
Kita adalah penakluk waktu,
Entah mengapa menjadi tiada lagi bermakna,
Rasa peduli mengasingkan jiwa,
Menutup mata dan juga batin,
Aku dan kamu entah memulainya sejak kapan,
Kini terbangun sudah tembok raksasa,
Entah kamu ataukah aku,
Kita hanya mentap dalam belenggu kecewa,