Jika diperhatikan, tak ada yang menyangka bahwa anak secantik dia, pernamengalami perlakuan demikian di masa lalu.
Ia membuka pembicaraan kami dengan bertanya,
Menurut kakak apakah saya masih perawan?
Saya berhenti sejenak... Cukup untuk menghela nafas dan mengaturnya kembali.
Kemudian saya meresponnya: apa yang terjadi sampai kamu bertanya demikian?
Ia kak, jadi saya pernah mengalami kisah pelecehan saat kecil... Tapi, tak sekeji anak yang baru saja kk tuliskan kisahnya di blog kk. -sambungnya.
Ia menyambungkan lagi pembicaraan kami:
Kisah ini masih saya ingat dengan jelas, walau tidak serinci kejadian tersebut.
Saat itu saya lupa berusia berapa tahun. Seingat saya, kejadian tersebut terjadi saat saya duduk di kelas 1 atau 2 SD atau mungkin saat TK. Saya lupa secara jelas.
Untuk menceritakan ini saja saya bingung harus memulainya dari mana kak.
Begini kisahnya.'
Seperti yang saya katakan sebelumnya, saat itu saya berada ditingkat pendidikan TK atau antara kelas 1 atau 2 SD. Hal ini berlangsung lama sekali, antara 6 bulan atau 1 tahun secara berulang-ulang.
Ini bermula saat tinggal dirumah terdahulu, rumah masa kecil yang bagi saya sangat kelam sekali. Kelam karena kisah ini. Entah mengapa dari sekian banyak kejadian masa kecil saya hanya mampu mengingat kisah kelam ini dan justru lupa dengan semua kisah lainnya. Walau demikian saya tak pernah menyalahkan orang tua dan kakak-kakak saya. Entahlah, saya bisa menerimanya hingga saat ini. Saya hanya ingin berbagi kepada kakak, agar kakak dapat meneruskan cerita ini kepada banyak orang sebagai bagian dari kewaspadaan orang tua, keluarga dan anak-anak itu sendiri.
Saat itu mama adalah seorang pedagang sembako, sedangkan Papa bekerja di salah satu perusahaan swasta yang banyak waktunya habis di tempat kerja. Sehingga papa tak begitu tahu tentang semua yang tejadi. Papa hanya tahu semuanya baik-baik saja dan uang tercukupi dan terpenuhi. Oh iya saya lupa, saya masih mengingat beberapa peristiwa yang buat saya happy selain kisah kelam tersebut. Pertama, saya sangat bahagia sekali saat Papa mengajarkan saya bermain sepeda. Yah walaupun jatuh dan kemudian menangis, pasti papa gendong dan berusaha menghibur. Setelah itu besoknya akan belajar main lagi. Hahahaha, kalau bukan papa biasanya kakak akan mendampingi saya untuk bermain sepeda. Iya, kakak yang kemudian membantu saya ketika papa harus tugas kerja dan tidak bisa pulang ke rumah. Kedua, mama selalu setia menyisirkan rambut saya, mengikatnya. Pokoknya dalam keluarga saya sangat dimanja, mungkin karena saya anak bungsu (anak terakhir dalam keluarga). Terakhir, apalagi yang dicintai dan difaforitkan oleh anak kecil perempuan jika bukan permainan masak-masakan. Hahahah. Permainan masak-masak dengan teman-teman, yah mencari daun-daun untuk dijadikan sayuran, kemudian ditumbuk atau diris, dan hal menarik lainnya sebagai seorang anak perempuan. Nah, justru di bagian ini saya merasa sangat terbantu dan dapat menghibur diri saya untuk melupakan rasa sakit itu.
Kejadian pertama terjadi ketika kakek itu (menurutku usianya sekitar 50 tahun) mengantarkan sembako jualan. Barang tersebut diantar menggunakan truck. Karena rumah kami dipagari, maka saya yang selalu diminta mama dan kakak untuk membukakan pagar tersebut. Karena, mereka sibuk menghitung dan memindahkan barang-barang tersebut. Untuk memindahkan barang-barang itu dibutuhkan mesing lampu. Dan truck tersebut dilengkapi dengan peralatan tersebut. Mesin yang digunakan menimbulkan bunyi yang besar sekali, sehingga jika terjadi sesuatu tak kan disadari oleh siapapun. Pengantaran barang saat itu harus di antar sekitar jam 6. Makanya, dibutuhkan penerangan dan beberapa alat troli menggunakan mesin untuk barang-barang tersebut. Tapi yang jelas, hal ini yang memicu kebiadaban orang tersebut melakukan aksinya. Orang itu adalah tetangga sebelah rumah kami. Sebenarnya saya memanggilnya dengan sebutan om, walau kini saya lebih nyaman menyebutnya dengan panggilan kakek karena seingat saya dia sudah punya cucu saat itu. Setiap bulan, pengantaran barang-barang dari dia berkisar 1 sampai 2 kali. Dan sebanyak itu pula dia melakukan aksi birahinya. Selama itu pula saya ketakutan, setiap kali om itu datang mengantarkan barang-barang. Mama dan kakak saat itu tidak tahu jika si om punya niat jahat. Makanya saya yang selalu dimintai membukakan pintu pagar. Ketakutan saya sebagaimana anak-anak pada umumnya, gemetar dan bingung, tapi namanya anak-anak, saya tidak berani mengatakan apa-apa pada mama maupun kakak.
Saat itu saya tidak berani bilang ke mereka, saya hanya bilang ke mama kalau saya tidak mau membukakan lagi pintu pagar. Tapi, melihat mama dan kakak sibuk, saya pun tak tega membiarkan mereka. Maka, saya kembali membukakakn pintu pagar itu. Dan semuanya terjadi. Sakit sekali kak, sakitnya tak hilang hingga saat ini. Saat dimana saya harus membagikannya kepada kakak.
Awalnya dia selalu bersikap manis, seperti om-om pada umumnya. Dengan senyuman dan sedikit tipuan pujian, lalu kemudian menggendong saya. Serta mengajak saya berkeliling. Saat itu, seingat saya disamping rumah ada lorong panjang menembus ke belakang pekarangan. Yang tertutupi dengan suara mesin dan kendaraan muatan barang-barang. Pertama-tama, dia selalu merayu saya dengan manis sekali. Saya sadar saat itu saya masih kecil. Tapi saya pun sadar bahwa apa yang om itu lakukan tidak benar, hati dan pikiran saya pun menolak. Bayangkan anak yang seusia itu dipaksanya berpikir seperti orang dewasa. Mana tahu saya. Langkah pertama dia menggendong saya, memuji-muji saya, dan setelah mama serta kakak sibuk, dia membawa saya melewati lorong itu. Langkah berikutnya dia mmencium-cium saya, mengusap-usap saya. Dan jika saya menolak, maka dia akan bilang "sebentar saja dek, adek tidak sayang kah sama om?", kata-kata ini yang selalu ia lontarkan ketika saya menolak , berusaha kabur, dan meronta-ronta serta memukul si om. Tapi tahulah kekuatan anak kecil seperti apa, tak kan mampu melawan si tua bangka mesum itu. Kata-kata yang selalu melekat diotak saya dan tak pernah bisa hilang. Yang paling menyakitkan adalah ketika dia melucuti celana saya, kemudian membaringkan saya (dilantai maupun di atas meja). Dia kemudian memasukkan jarinya ke alat kelamin saya. Ini bukan hanya satu jari, tapi lebih dari itu. Aksi yang perlahan halus (sekedar mencium dan mengusap tubuh saya), kemudian semakin lama, semakin kasar dan brutal. Sampai memaksa saya menghisap alat kelaminnya (penis). Mulut dan tenggorokkan saya sakit sekali, bahkan batin saya hingga saat ini sangat sakit sekali jika menerawang kembali. Seperti yang saat ini saya lakukan. Saya hanya bisa menangis dan ketakutan bercampur bingung. Aksi ini berhenti sampai saat dia harus berangkat dan kembali ke kampung halamannya.
Di saat si om pindah, barulah saya berani menceritakan semuanya kepada mama dan kakak. Mereka menangis dan terlihat terpukul sekali. Mama terlihat marah, tapi berusaha mengendalikan dirinya, saya hanya melihat raut wajah yang begitu murka dengan mengendalikan kesedihannya untuk tidak menjatuhkan tetesan air matanya. Ia menelan dan menahan semuanya. Dan papa, papa tidak tahu tentang kejadian ini. Karena saat itu papa sedang tidak berada ditempat. Kami sepakat melupakan semuanya. Saya pun tak pernah menuntut apapun dari mereka. Setidaknya saya lega telah menceritakan semuanya kepada mereka. Walau saya sadari kisah pilu itu juga memberikan luka dalam kepada mereka.
Entah mengapa yah kak. Saya sedari dulu berpikir bahwa, ini bukan salah siapa-siapa. Bukan Tuhan maupun keluarga. Padahal keluarga saya bukanlah keluarga yang terlalu kuat dan taat agama. Hanya satu yang saya sadari, jika Tuhan ijinkan sesuatu terjadi dalam kehidupan saya, pasti Tuhan punya rencana yang indah. Walaupun hal yang diijinkan adalah hal buruk, seperti masa lalu yang menyakitkan ini. Tuhan tau saya kuat, dan saya sadari itu. Tuhan, tidak pernah kasih ujian diluar batas kemampuan umatNya. Sehelai rambut saja dapat jatuh karena seijin Tuhan, apalagi kejadian itu. Ini yang selalu saya tanamkan sejak kecil. Apa pun itu Tuhan tetap baik adanya. Dan semua terbukti melalui proses hidup yang saya alami. Saya sangat merasakan iman saya bertumbuh, semakin hari semakin baik. Untuk keluarga, saya tidak menyalahkan, karena saya menceritakan usai kejadian tersebut. Seandainya, mereka tahu lebih awal, pasti beda ceritanya. Tapi mereka pun tidak menyalahkan saya. karena, mereka sadar bahwa saat itu saya sangat kecil dan penuh dengan ketakutan. Justru saya takut. Sehingga saya menerima segalanya dengan lapang hati, dan berserah kepada Tuhan. AKhir kata, Saya belajar untuk mengampuni sepahit apapun kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Karena segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, baik adanya.
Menutup perbincangan kami dia hanya mengutarakan bahwa sampai detik ini yang jadi pertanyaannya dari kejadian itu ada dua,
1) Apakah dia masih perawan, setelah tindakan yang ia alami itu.
2) Dia tidak tau bereaksi seperti apa nanti ketika bertemu dengan pelaku.
Well, apapun itu. Kami menutupnya dengan sukacita. Ada pembicaraan yang intens yang kemudian kami lakukan. Sayang sekali, saat-saat begini ada wabah Corona. Jika tidak, saya ingin sekali memeluk, mengecup keningnya, sambil menatap wajah dan kedua matanya kemudian mengatakan padanya bahwa saya bangga punya dia. Saya sangat mencintai dia. Bahwa dia adalah sosok pejuang kehidupan.
Mengakhiri tulisan ini, saya hanya mau berpesan kepada semua wanita n pria agar selalu waspada dan bertanggungjawab terhadap diri kita. Karena ada sekian banyak orang yang tidak bertanggungjawab yang mampu memperdaya kita atau orang terdekat kita untuk memuaskan keinginan mereka semata.
Salam sayang,
Salam Cerdas,
GBU!
Menutup perbincangan kami dia hanya mengutarakan bahwa sampai detik ini yang jadi pertanyaannya dari kejadian itu ada dua,
1) Apakah dia masih perawan, setelah tindakan yang ia alami itu.
2) Dia tidak tau bereaksi seperti apa nanti ketika bertemu dengan pelaku.
Well, apapun itu. Kami menutupnya dengan sukacita. Ada pembicaraan yang intens yang kemudian kami lakukan. Sayang sekali, saat-saat begini ada wabah Corona. Jika tidak, saya ingin sekali memeluk, mengecup keningnya, sambil menatap wajah dan kedua matanya kemudian mengatakan padanya bahwa saya bangga punya dia. Saya sangat mencintai dia. Bahwa dia adalah sosok pejuang kehidupan.
Mengakhiri tulisan ini, saya hanya mau berpesan kepada semua wanita n pria agar selalu waspada dan bertanggungjawab terhadap diri kita. Karena ada sekian banyak orang yang tidak bertanggungjawab yang mampu memperdaya kita atau orang terdekat kita untuk memuaskan keinginan mereka semata.
Salam sayang,
Salam Cerdas,
GBU!