Wednesday, April 01, 2020

"CEMAS"

Foto: Dok. Pribadi - Lokasi: Bali

Suatu ketika, disiang Hari. Ery dan Eta sedang melancong menyusuri Pulau Dewata Bali. Mereka mengikuti perkumpulan teman kursus. Well, Ery dan Eta adalah sahabat karib yang dekat karena kegilaan mereka terhadap dunia Pendidikan Di luar negri. Maklum saja, mereka memilih bertumbuh dilingkungan yang mencintai dunia pendidikan. Yah, ada pepatah kuno kan yang mengatakan bahwa "kamu adalah dengan siapa kamu bergaul. Jika, kamu bergaul dengan pencuri maka kamu akan menjadi pencuri, dan hal lainnya". Alhasil, mereka semakin memimpikan untuk bisa mewujudkan impian tersebut. Bertahun-tahun saling mengenal dan mensupport satu sama lain. Akhirnya, moment ITU terjadi. Mereka kemudian dapat menginjakkan kaki di Pulau dahsyat tersebut untuk mengikuti kursus persiapan pendidikan ke Luar Negri.

Hari itu,  Eta terlihat sangat khawatir sekali. Kekhawatirannya dapat tergambar jelas pada wajahnya yang terlihat tak bersahabat. Ery yang melihat hal tersebut tentu tak dapat diam begitu saja. Disinggahi lah Eta guna menanyakan apa yang hendak terjadi. Yang membuat wajah Eta bak orang yang kehilangan harta kekayaannya. Wkwkwkkwk....

Ery: anak (panggilan akrab Ery untuk Eta),
Eta: ya Bapak (sahutan kesayang Eta untuk Ery), bagaiman?
Ery: ah, saya lihat wajah mu terlihat cemas. Sebenarnya apa yang terjadi?
Eta: ah... Tidak ada... Saya nih... Inginkan sesuatu...
Ery: sesuatu apa?  Katakan kepada saya sudah!...
Eta: sio.... Saya bilang nih... Tapi kamu jangan marah ya...
Ery: bah.... Kamu pikir saya nih orang lain?, Siooo bilang sudah...
Eta: jadi begini, sebenarnya kecemasan ini adalah sesuatu hal yang sensitif.
Ery: Ia, apa itu .Bicara sudah... (Sambil menunjukkan wajah penasaran)
Eta: sebenarnya saya....
Ery: Ko kenapa?
Eta: Saya mau bilang kalau,
Ery: kalau apa?
Eta: bah sabar, pelan toh... Begini, ko lihat Chichi sana.
Ery: Ia sa lihat dia dari tadi. Dia kenapa.
Eta: sa mata sakit lihat dia pakai baju itu. Tra cocok toh?, Baju warna ungu baru tong siang hari ni, menyala sekali. Menurut ko bagaimana Bapak? Tong sendiri pakai baju putih baru. Skalian menilai toh, bapak kan pintar menilai penampilan.
Ery: Iya sih... Saya juga perhatikan dari tadi. Saya juga tra nyaman lihat dia pakai baju itu. Dia memang paling confused sekali (confused adalah nama panggan yang diberikan Ery kepada Chichi, dan Chichi sendiri menjuluki Ery dengan panggilan pretender. Karena bagi Chichi, Ery sangat ahli membuat suatu kejadian yang tak ada seolah-olah ada). Jadi, ko mau apa anak? Masa tong suruh dia pulang? Sedangkan kita ikut jalan-jalan karena dia. Wkwkwkk...
Eta: Ah, kita nih singgah di Ramayana sebentar, jadi bagaimana? Sa suruh dia ganti baju sudah e.
Ery: Ih ide mu memang sangat tepat sekali anak. Saya setuju. Setelah kita tiba di sana kamu ajak dia sudah lihat-lihat baju. Kalau bisa warnanya sama seperti kita. Putih.
Eta: Ok sudah. Mantap.

Ternyata, kegelisahan Eta terjadi, karena tangkapan matanya melihat warna baju Chichi yang tidak sesuai dengan pandangannya. Hal ini didukung dengan pernyataan Ery yang membuat dia yakin untuk melancarkan niatnya tuk singgah di Ramayana agar ia dapat membeli baju warna putih untuk Chichi.

Chichi adalah salah satu teman akrabnya di salah satu kegiatan. Maklum saja, chichi juga adalah teman sekamarnya dalam suatu kesempatan kegiatan karantina Bahasa Inggris di salah satu kota di Papua. Kegiatan tersebut juga melibatkan Ery. Sehingga mereka saling mengenal satu sama lain.

Singkat cerita, akhirnya Eta berhasil memulihkan baju yang ia sukai pun sangat disukai oleh Chichi. Ketika hendak membayar, ternyata Eta mengambil alih pembayaran tersebut. Chichi merasa kaget sekaligus bahagia. Karena, sesungguhnya saat itu beberapa kartu debitnya sedang mengalami masalah. Rencananya, dia akan mengurus beberapa hal tersebut di Jogja. Tempat berikut yang akan dia singgahi untuk melakukan perjalanan tugas. Namun, terlepas dari itu semua Eta adalah wanita yang juga dikagumi doleh Chichi. Dia salah satu wanita tegar yang mampu berdikari dan sangat produktif. Dia hebat berkarya melalui Talenta yang Tuhan berikan. Baik sebagai guru untuk anak-anaj TK/PAUD. Dia pun wanita humble dan tak pelit. Bahkan senang berbagi. Singkat cerita mereka akhirnya memperoleh kebahagiaan bersama sekaligus melepaskan kerinduan menikmati waktu bersama setelah sekian tahun tak jumpa.

Cerita ini mungkin terlihat sederhana. Tapi, intisari dari cerita yang diangkat oleh penulis adalah, hubungan persahabatan yang dibangun dengan ketulusan mencintai dan memberi dapat memberi arti bagi satu sama lain. Bagi Chichi pribadi, dia sangat bahagia dapat memiliki Eta dan Ery pada saat itu. Perhatian yang ditunjukkan sangat memberi kesan yang menyejukkan hati. Dan, Chichi yakin. Bahwa pemberian yang mereka lakukan, walau atas dasar pandangan mata yang tidak nikmat. Tetapi jauh dari itu mereka memberi bukan karena mereka berkelimpahan uang atau materi. Tapi, lebih kepada membangun hubungan cinta sebuah persahabatan. Mereka bukan hanya protes dengan baju yang dikenakan Chichi. Tapi, mereka mengambil tindakan atas protes yang dilakukan. Ini lah point' yang sering sekali kebanyakan dari kita melupakannya.

Dalam kehidupan sehari-hari apalagi. Kita sering protes ini dan itu. Tapi kita lupa untuk mengambil tindakan. Apa tindakan yang dapat merubah protes itu menjadi sukacita.

Semoga kisah sederhana ini dapat menjadi pengingat bagi kita yang dapat memberikan kebahagiaan dan kesejukan bagi kehidupan kita masing-masing.

Salam sayang,

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...