Monday, April 20, 2020

"The Introvert Goes To USA"

Bulan February kemarin saya di telpon oleh salah seorang adik bimbingan saya. Dia memberikan kejutan yang buat saya sangat bangga bercampur bahagia dan haru. Walau awalnya perbincangan itu harus berhenti beberapa saat, karena saya sedang berada di mobil dari arah banadara udara Bali ke arah Denpasar. Hari itu saya baru tiba dari Timika.

Malam itu, perjalanan kami (Pak sopir mobil, saya dan teman) ditemani gerimis sepoi-sepoi beserta getaran petir yang mucul sesekali namun menggetarkan jiwa kami. Dalam hati kcil saya, semoga bukanlah badai serius, karena diluar sana, di Negara Cina sedang digetarkan dengan berbagai keadaan panik akibat wabah virus Corona yang kini menjadi sorotan dunia. Namun, gerimis dan music malam itu sangat syahdu, memberikan pulau dewata itu semakin nikmat dipandang mata. Pantas saja walau sering berkunjung ke daerah ini, tetap saja saya tak pernah disinggahi rassa bosan. Aroma Pulau yang terkenal ramah dan eksotis ini selalu saja menarik utuk saya dan sekian banyak pelancong yang berkunjung dengan berbagai latar belakang tujuan. 

Singkat cerita, kira-kira skitar 20 menit saya pun tiba di penginapan teman saya di daerah Denpasar. Selama perjalanan saya mendapatkan pesan dan berdiskusi oleh si adik. Ia menyatakan bahwa dirinya telah menyelesaikan ujian masuk universitas di USA. Oleh sebab itu, tanpa menunggu lama, segera usai berdoa saya kemudian mengabarinya untuk melanjutkan perbincangan kami via telpon seluler. Semua proses pun secara detail diceritakan dan digambarkan olehnya. Hal ini semakin membuat saya bahagia dan bangga. Sesekali saya memancing dengan beberapa pertanyaan, yang secara otomatis membuat saya semakin terpana padanya. Pikirku anak yang dulu SMP kini semakin berubah wujud dan menjelma beranjak Desawa. Hahahha, ia lah yah, secara sudah melewati usia sweet seventeen nya, dan kini akan beranjak menapaki dunia Pendidikan yang lebih tinggi. Dunia para sarjana di Negria Paman SAM.

Dok. Japeth: Japeth -
 Lokasi: Halaman SMA Neg. 1 Mimika
Japeth Brian D Sayori adalah nama lengkapnya. Ia di besarkan di Timika. Namun sempat menikmati masa kecilnya di Jakarta. Saat itu dia dan keluarganya harus pindah ke beberapa tempat. Karena kondisi daerah asal papanya yang rawan gempa (Nabire). 
Mereka kemudian pindah ke Menado dan lanjut ke Jakarta, sebelum akhirnya menetap di Timika. Saat itu menurutnya, berpindah di kota kecil dari Jakarta (ke Timika), bukanlah hal yang menantang. Karena sejujurnya dia adalah anak introvert yang dengan sendirinya berkembang dengan dirinya atau kelompok tertentu. Apalagi jika didukkung dengan orang tua yang tepat, seperti kedua orang tuanya. Saya sendiri mengenal kedua orang tuanya. Walau perjumpaan kami tak terlalu intens. Namun, kesan saya mereka adalah orang tua yang langkah dijumpai di masa kini. Mamanya adalah seorang Guru dan berasal dari Manado sedangkan papanya adalah seorang karyawan swasta yang kini memilih berkarya mandiri dan membantu beberapa kelompok/komunitas dan oraganisasi yang membutuhkan jasanya. Kedua orang tuanya hebat dan fasih berbahasa inggris. Kehebatannya terbukti dari pola asuh mereka kepada anak-anaknya. Di rumah mereka, Bahasa inggris diterapkan, sehingga mereka tidak kaku untuk "speaking". Selain itu anak-anak pun didukung dengan mengembangkan minat dan bakat mereka masing-masing. Namun, bukan berarti mereka bebas. Karena semua harus mengikuti aturan main. Yah, kedua orang tuanya sangat disiplin dan tidak tawar menawar. Itu sebabnya saya katakana mereka adalah orang tua yang luar biasa. Yang mulai jarang dijumpai dijaman ini.

Japeth
Salah satu contoh dukungan yang diberikan oleh kedua orang tuanya adalah mendukung semua keputusan Japeth sebagaimana mestinya sesuai dengan alasan mendasar yang logis. Japeth bebas memilih dan menentukan jurusan yang ia gemari untuk kuliah. Pilihan jurusan ini pun bermula ketika dia berada dibangku SMP. Ia selalu melihat camera papanya yang menanggur di atas meja. Kemudian ketertarikan hati tuk menyentuhnya lebih besar dan kemudian berlanjut. Mulai dari mencoba memotret menggunakan camera tersebut hingga merekam video. Papanya yang melihat hal itu kemudian memberikan camera tersebut kepada dirinya. Sejak saat itu, kegemarnnya mendokumentasikan berbagai kegiatan kemudian beriringan berkembang dengan jiwanya yang  bertekad memilih jurusan yang sesuai dengan hobby nya tersebut. Ia sering memanfaatkan hobbynya itu dengan sukarela tuk digunakan oleh organisasi yang diikutinya, misalnya PAM Gereja GKI Marthen Luther dan PILA (Pemuda Idonesia Lawan AIDS)


Japeth memiliki jiwa yang selalu ingin mengatur. Walau tidak frontal. Dia selalu memiliki caranya tersendiri untuk menjalankan keinginan tersebut. Ia pernah bercerita pada saya. Bahagia punya saudari-saudari yang beraneka pribadi. Karena dari situlah dia belajar memahami banyak karakter dngan berbagai tantangan keindahan sebuah keluarga. Hal ini pun membantu dia ketika berkomunikasi dalam sebuah organisasi maupun komunitas. Karena, ia telah belajar menyeimbangkan diri dengan berbagai perspektif berpikir dan sikap. Tapi, menurut dia, yang palig sulit adalah mengatur mereka. Kata ku, kepana harus di atur. Kan mereka harus berkarya dan bertumbuh sebagaimana mereka inginkan. Mungkin maksudmu adalah mengarahkan. Tapi dia menyatakan tidak, ketusnya. Saya senang mengatur kak. Soalnya menyenangkan saja untuk berbicara dan didengarkan. Walau betul juga kata kakak, terkadang hal itu justru juga membuat saya dapat mempengaruhi mereka dan keputusan mereka, yang secara tidak langsung membuat saya mengarahkan mereka.

Dok. Japeth: "Bapak, Easter, Japeth, Amazing, Syalom, Ibu"
Sesungguhnya mengenal Japeth dan keluarganya bermula dari perkenalan saya dengan kakak pertamanya. Namanya Easter Joy Sayori. Anak perempuan dengan berjuta charisma dan ekspresi diri.  Jika, Japeth lebih senang diam dan fokus secara internal. Berbanding terbalik dengan sang kakak. Kakaknya lebih mudah mengekspresikan diri melalui berbagai gerakan tarian yang didokumentasikan dalam video ataupun style bergaya dia. Bahkan hobby mengikuti group dance di sekolah. Japeth dan kakaknya memiliki perbedaan usia 3 tahun. Walau demikian ia telah terlatih sejak kecil menjadi mata-mata dan bodyguard untuk sang kakak dan seluruh saudarinya. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dari kakak perempuan, Japeth hingga saudari perempuan ketiganya (bernama Amazing) merupakan anak/adik dampingan saya di organisasi PILA. Sehingga meyebutkan nama saya dalam keluarga mereka bukanlah hal asing lagi, hahahaha (ge er nih…). Walau demikian saya justru lebih banyak berdiskusi dengan japhet dibandingkan mereka yang perempuan. Bagi mereka yang perempuan saya mungkin dilihat sebagai sosok yang disegani... sehingga mereka akan terbuka jika ditanya. Jadi, sekalipun Japeth orang yang introvert untuk masalah keterbukaan dan berdiskusi dengan saya dia lebih intens dibandingkan mereka berdua. Atau mungkin tidak terbiasa yah. Karena di organisasi itentsitas mereka lebih banyak habis dengan kegiata sehingga komunikasi dengan saya minim sekali. Walau demikian, terkadang dibeberapa kesempatan saya sering berdiskusi dengan sang kakak atau adiknya itu, terkait cowok idola mereka atau sosok yang PDKT dengan mereka. Kalau sang kakak yah mungkin karena sudah beranjak dewasa lebih leluasa untuk membuka diri, tapi adiknya belum berani. Paling yang diceritakan adalah lingkungan sekolah pertemanan dan masalah-masalah anak remaja pada umumnya.

Dok. Japeth - Lokasi: Domino Piza, Jakarta Barat
Tak pernah terdengar berpacaran selama menghabiskan masa sekolah ditempat dimana banyak cinta monyet menorehkan kisah. Japeth kemudian akhirnya bercerita tentang seorang wanita yang mampu mencuri perhatiannya selama masa Pendidikan di tempat pembinaan di Jakarta. Namun, memaknai sebuah hubungan baginya adalah hal yang patut dijaga (maklum saja, bertumbuh dalam fondasi Gereja yang kuat, membuatnya taat pada agama). Apalagi dalam situasi dimana ia berpisah dengan keluarga, seprti saat ini. Terutama ditengah situasi pandemic seperti ini. Usai waktu Pendidikan atau bahkan rehat maupun menjelang pagi, sore dan malam, sering ia habiskan dengan waktu refleksi. Ia kemudian lebih banyak merenung dan memaknai hidup dengan segala nasihat dari kedua orang tuanya.

Nilai keluarga baginya adalah prioritas. Banyak proses ia dapatkan dalam keluarga. Dari keluarga, ia kemudian dibentuk. Baginya keluarga dapat menerima kebaikan dan keburukan. Keluarga tak pernah meninggalkan dirinya. Kalau teman ataupun sahabat dan lingkarannya selalu bisa jadi bagian dari keluarga namun tidak pernah dapat menggantikan posisi keluarga seutuhnya. Terkadang hal aneh dan lelucon yang tak lucu bagi orang lain yang kemudian menghangatkan keeratan saya dengan kakak dan saudari lainnya. Ataupun nasihat mama dan papa. Sungguh rindu sekali. Untunglah kami kapan saja selalu bisa berkomunikasi via HP. Namun, tau sendiri kan, bahwa terkadang kita membutuhkan kehadiran mereka yang merindukan kita. Ia pun yakin bahwa hal yang sama dirasakan oleh kedua orang tua dan saudari-saudarinya. Kini saya di Jakarta, Kakak di Manado, Papa di Jayapura dan yang tersisa di Timika adalah mama dan kedua adik. Sedikit lagi semua akan menyebar. Karena kebahagiaan orang tua adalah melihat kesuksesan anak-anaknya. Walaupun saya sadar bahwa Papa dan mama akan sangat merindukan kami. Itulah penuturan Japeth.

Dengan situasi keluarga seperti itu, membawa dirinya lebih mudah untuk terbuka tentang semua masalah apapun pada keluarganya, terutama kedua orang tuanya. Sehingga keyakinan dan kepercayaan terhadap keluarga selalu menjadi fondasi hidup dia. Pesan yang paling di ingatnya dari nasehat mama (nasehat ini juga merupakan nasihat warisan orang tuanya mama) adalah "Harta yang paling berharga di dunia adalah pengetahuan". Harta dapat habis didunia, namun pengetahuan tak akan pernah habis. Kamu bisa saja bangkrut jika memiliki kekayaan, namun karena pengetahuanmu kamu dapat bangkit dari keterpurukan dan kebangkrutan itu. Maka kenapa bagi mama, penting untuk anak-anaknya mengejar apa yang ingin dikejar sebagai nilai sebuah pendidikan. Jika dari papanya yang ia ingat adalah "Setiap hari memiliki berkatnya masing-masing, maka tidak perlu takut untuk berbagid dan membantu kepada sesama (apalagi mereka yang membutuhkan) jika mampu membantu. Karena Tuhan telah menyiapkan segala sesuatu. Kita hanya perlu berhikmat dan berjuang, namun tidak perlu memaksakan diri untuk mengejar apa yang bukan jadi bagian kita. Karena semua akan ditambahkan bagi kita."

Menutup tulisan ini, saya ingin berbagi bahwa anak laki-laki yang saya kisahkan ini bukan telah mengakhiri kisahnya. Namun, baru memulai langkahnya menjadi lelaki dewasa yang bertanggungjawab dengan segala konsekuensi yang berada di depan matanya. Terutama melangkah melanjutkan pendidikan di bidang yang ia pilih yaitu Jurusan Sistem Informasi. Karena, kisah kompetensi lalu untuk mendapatkan beasiswa fully funded ke USA (yang akhirnya ditaklukkan dirinya) hanyalah satu bagian dari tantangan kedewasaan untuk membuka jiwa kompetensinya bersaing. Ia akan menitih karir dimulai dengan langkah awal menyelesaikan Pendidikan yang sarat dengan berbagai paket drama kehidupan. Semoga mampu menyelesaikannya dengan baik. Sehingga ia mampu kembali dan  memanusiakan manusia di mana tempat ia berasal. Salam sukses juga untuk semua anak muda yang sedang mencari jati diri atau bahkan mulai menata langkah untuk tahapan kehidupan yang baru.

Tuhan memberkati,



Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...