Waktu yang bergulir terus mengajarkan kita tentang kehidupan ini. Disaat kita berpikir bahwa kita telah memahami tentang arti hidup, tiba-tiba ada peristiwa yang mengajarkan kita bahwa hidup tak sesederhana yang kita pikirkan.
Tentang perjuangan yang menguras pikiran dan tenaga. Tentang sebuah hubungan yang tadinya begitu berarti dan bahkan menjadi bagian dari hembusan nafas, tiba-tiba pergi dan menjadi asing. Tentang sebuah pencapaian yang terlihat seperti biasa saja walau sebelumya sangat dahsyat dibanggakan.
Ada ruang kosong yang kemudian coba kita lengkapi dengan cara menyibukkan diri. Namun sekali lagi, setelah semua yang dirasa telah dicapai kita masih merasa kurang. Ada apa sebenarnya?
Pernahkah kamu mengalaminya?
Apakah itu cinta yang kamu cari? Atau ada hal lain yang belum dapat kamu pahami.
Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan seorang teman baru. Ia bercerita tentang indahnya kehidupan yang ia jalani. Lalu, ia bertanya padaku, bagaimana denganmu?
Aku menjawab semua baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang lebih dahsyat dari kerahasiaan hubungan ku dengan Tuhan. Ia kemudian menyambutnya dengan sangat antusias. Katanya: sebelum semua yang saya alami ini. Saya merasa sangat hampa dan kosong... Namun, ada suatu peristiwa yang kemudian membuat saya menyadari bahwa keintiman dengan Tuhan adalah bagian yang belum saya penuhi.
Ia bercerita lagi dengan penuh antusias, dan tubuhku yang tadinya terasa lemas perlahan mendapat sedikit hembusan semangat. Saya kemudian mendengarkan nya dengan seksama....
Lanjutnya:
Saya saat itu terpuruk sekali. Karena setelah mencapai semua yang saya impikan n inginkan masih saja ada yang kurang. Kemudian ada saat dimana saya tertidur dan mendapati diri saya dijamah n dipeluk oleh Tuhan. KataNya, layanilah Aku dengan segenap hati dan jiwamu. Maka akan Ku. berikan kelegaan padamu tentang kekosongan yang hilang dari dirimu. Saya kemudian terbangun. Seperti yang kamu ketahui saya bukanlah orang religi (katanya padaku). Namun, setelah mimpi itu ada perasaan yang mempengaruhi hati n pikiran saya. Saya kemudian duduk dan berdoa: Tuhan terjadilah seturut kehendak mu dalam hidupku. Setelah itu saya pergi ke gereja tempat yang Tuhan tunjukkan di mimpi. Di sanalah semua kebangkitan diri kembali memuncak dan terisi. Selang setahun hingga 2 tahun pengabdian dengan sukacita, saya bertemu dengan wanita yang memberi warna pelengkap akan arti hidup saya. Dari sanalah saya kemudian menikmati apa yang Tuhan janjikan pada saya.
Ia kemudian menatapku, lalu berkata padaku: 'Yakinlah akan ada saatNya kamu mengalami hal yang dahsyat sebagaimana saya alami', bersabar lah dalam pengharapan karena waktu Tuhan pasti yang terbaik. Saya kemudian hanya tersenyum dan kemudian berlalu meninggalkan nya.
Dalam perjalanan pulang, saya bertanya dalam hati mengapa ia menceritakan semua hal itu padaku? Padahal kita bukanlah orang yang sangat dekat dan saling mengenal. Menurutmu bagaimana? Apakah ia adalah bagian dari perpanjangan Tuhan? Itukah yang dinamakan cinta? Cinta sang Ilahi...