Sabtu sore kami berjalan bersama. Aku dan adik2ku menjelajahi kota Timika. Sepulang dari sana kami berbaring di ruang tamu. Aku dan adik qu berbaring di lantai (terasa tubuh kami tak sehat).
Bercerita bersama sambil bergurau, membuat tubuh menjadi lebih baik. Malam ini seperti malam-malam kemarin. Ceita kami berempat ditemani dengan kopi + gorengan. Hahaha, menu wajib pelengkap cerita.
Tak terasa malam itu waktu menunjukkan pukul 09.30. Ada salah satu sahabat dan adik yang memanggilku.Kami bercerita di tepi kantor. Cerita itu semaki mendalam, karena trernyata ia memiliki masalah serius dengan wanitanya yang disebut sebagai istri (namun mereka belum menikah_hanya tinggal satu atap).
Rumit benar masalahnya. Berbincang terus-menerus, hingga akhirnya ia memintaku untuk datang ke rumahnya dan mencoba berbicara bersama sang istri. Dengan doa di Hatiku aku mulai melangkahkan kakiku bersamanya.
Tibalah kami dirumahnya... pembicaraan yang kaku, sangat membuatku gusar... wow untuk mencairkan suasana aku butuh sekitar satu jam.... Mencoba memahami mereka lagi dari awal, mencoba masuk dalam pikiran si wanita maupun si pria. Sangat sulit dan tidak instan, butuh perjuangan dan pemikiran yang ekstra. Namun, ku tetapkan dalam hati bahwa Tuhan menyertaiku hingga berada diantara mereka. Maka, apapun yang aku lakukan maupun katakan kepada mereka dua, adalah jawaban dari Tuhan.
Walau sedikit lambat, namun berjalan dengan baik. Di akhir nasihatku atau mungkin lebih tepat dikatakan sebagai arahan langkah mereka untuk berdamai. Yah, ini seperti meminta mereka terlebih dahulu untuk berdamai dengan diri sendiri. Karena, ketika mereka berdamai dengan diri sendiri otomatis dengan sendirinya keegoisan mereka tersingkirkan. Sehingga pembicaraan lain lebih mudah untuk bernegosiasi. Hahaha,,, menutu pembicaraanku, aku meminta untuk mematikan lampu, agar konsentrasi kami lebih terarah dengan doa yang ingin ku utarakan. Aku kemudian mengajak mereka berdoa dalam lingkaran yang kami bertiga buat dengan saling memegang tangan kami. Dengan Doa dan lagu kuhaturkan permohonan dan ungkapanku kepada Tuhan tentang masalah yang tengah mereka hadapi. Usai formasi itu, aku memberikan mereka waktu untuk kemudian berbicang-bincang sendiri. Meninggalkan mereka berdua dalam ruangan. Kemudian setelah itu aku tak bertanya apa dan bagaimana akhirnya keputusan mereka.
Diakhir pembicaraan, aku katakan kepada mereka, bahwa jika kalian memutuskan untuk berpisah sebaiknya perpisahan itu diiklaskan, jangan dengan emosi karena akan berdampak kpd kehidupan kalian. Dan jika memutuskan untuk kembali bersama, sadarilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. Sehingga kita harus bisa menerima setiap kelebihan dan kelemahan dari pasangan kita. Jika kita tau sifatnya seperti itu maka komunikasi yang terbangun harusnya dipertimbangkan. Anggaplah dalam hidup ini bahwa salah satu diantara kita akan pergi terlebih dahulu, maka jangan pernah berpisah tanpa senyuman dan kebahagiaan karena itu akan membuat kita menyesal seumur hidup kita.
Akhirnya malampun berlalu, pagi yang cerah menghantarkan kehidupan mereka dengan lembaran baru. Aku tak perlu bertanya, hanya dapat menyaksikan semuanya akan baik2 saja. Kusampaikan kepada Tuhan, tentang apa yang telah aku lakukan di malam itu.
"Aku Penyambung Senyuman Pasangan Sahabatku"
Semoga bermanfaat........