Monday, January 18, 2016

Kehidupan Apa yang Kita Impikan



Ada apa dengan pribadi kita, sesekali tersulut emosi laksana bara api dan mentari yang membakar tubuh dan jiwa kita. Lalu sesekali redup dengan deraian hujan dan angin yang membasahi raga kita laksana jiwa yang gersang dan haus akan dahaga hidup. Kehidupan apa yang kita impikan, ketika jiwa terbakar emosi dan mengusai akal sehat kita, hingga nalar dan logika dapat dikalahkan. Hingga tak ada tempat untuk kasih sayang dan damai.
Kehidupan apa yang kita impikan, ketika kata-kata yang kita ucapkan baik secara tersirat dan tersurat menyulutkan jiwa profokasi yang siap mengadu domba siapa saja. Bahkan untuk mencapai keinginan yang penuh dengan ambisi dan keangkuhan kita lupa menempatkan damau dan sukacita terhadap sesama.
Kehidupan apa yang kita impikan ketika keserakahan mengundang kita untuk bertindak curang dengan situasi yang menguntungkan, lalu dengan seenaknya kita dapat melemparkan kesalahan kepada pihak lain yang secara sengaja telah kita buat.
Kehidupan apa yang kita impikan ketika tindakan kita tak sesuai dengan kata-kata yang kita ucapkan. Ketika pribadi kita memberikan inspirasi kepada jiwa muda untuk bertindak yang brutal dan kriminal. Apa yang kita nantikan dengan praktik-prakti politik yang tidak sehat.
Kehidupan apa yang kita impikan ketika kebenaran telah kita ubah menjadi paket yang bersalah, dan kesalahan serta kebohongan yang secara sengaja dan tidak sengaja kita ciptakan telah kita kemas menjadi suatu kebenaran.
 Apa yang kita impikan dari kehidupan yang dengan sengaja telah kita bentuk untuk melawan setiap kritik yang baik terhadap diri kita, tetapi karena keangkuhan dan keegoisan kita menyulutkan jiwa untuk melenyapkan kritik yang baik itu, karena kita lebih memilih untuk diterima dari pada menerima sesuatu yang lebih baik. Karena kita lebih merasa terhina dan terancam ketika kebaikan menyapa kita.
Kehidupan apa yang kita impikan, ketika kita lebih memilih egoisme, ambisi, kemunafikan dan keserakahan dalam kehidupan yang kita ciptakan sendiri. Kita bisa saja menyangsikan bahwa itu adalah hak saya untuk bertindak menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah diremehkan, tetapi pernahkah kita memberikan sedikit waktu dan ruang bagi jiwa kita untuk merefleksikan diri kita, pribadi apakah kita ini? Ataukah kita terlalu angkuh terhadap diri kita sendiri, bahkan kita sendiri rela berkorban menipu diri kita bahwa kita adalah sosok yang benar dan semua orang yang menentang kita adalah pribadi yang salah dan bodoh yang tidak lebih dari hama dan benalu dalam kehidupan kita. Sepicik itukah pikiran kita, atau kebaikan apakah yang telah kita lakukan sepanjang nafas kita berhembus. 
Jika sulit untuk berbagi terhadap orang lain, lihatlah penguasa alam ini, telah adilkah kita kepada alam ini? Hingga kita berpose dan menikmati dia, tanpa kita membalas nikmat yang telah kita ambil darinya. Ataukah kita sangat sibuk membuat kebahagiaan kita sendiri dengan menebang pohon-pohon yang ada tanpa memperhitungkan ekosistem alam? Seperti pepatah bijak “jangan tanyakan apa yang negri ini atau alam ini atau oragnanisasi ini telah berikan kepadaku, tapi tanyakanlah apa yang telah kuberikan padanya”
Salam,

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...