Menjadi pembicara atau penyuluh HIV/AIDS bukanlah impian saya sejak kecil. Dulu saya bermimpi menjadi seorang wanita kantoran. Impian yang cukup sederhana, yaitu menikmati semua dengan baik dan normal tanpa harus ada permasalahan. Bahkan saya semasa kecil memiliki beberapa impian. Impian yang sangat saya idolakan adalah menjadi penulis buku dan aktris. Rasanya menyenangkan sekali ketika beradu argumen atau peran dengan lawan main. Sayang sekali saya tidak mampu meraih semua itu. Tapi puji Tuhan, ketika saya bergabung sejak awal dengan tempat saya bekerja (Yayasan Peduli AIDS Timika) hingga saat ini, semua impian itu perlahan dapat tersalurkan. Walaupun tidak menjadi seorang aktris atau penulis handal. Saya cukup menjadi saya adanya. Ditempat ini bakat dan hobby saya tersalurkan. Untuk menulis, saya kemudian menjadi aktif menulis puisi-puisi bertajuk HIV/AIDS, atau bahkan kemanusian, serta menulis di blog ini. Tulisan yang saya buat semuanya asli dari pengalaman saya. Entah itu mendengar sharing dari teman-teman HIV+ atau para volunteer dan berbagai hal lainya yang saya temui dilingkungan di mana saya berada. Selain itu untuk kemampuan seni peran, saya menyalurkannya dengan melatih anak-anak bermain peran entah itu untuk drama, maupun theater. Yah walaupun kami memiliki keterbatasan material dan tenaga. Namun semua dapat tersalurkan dan saya bahagia semuanya bisa terjadi.
Saya hanya menyadari bahwa proses yang saya jalani bukan karena kebetulan. Namun, telah diarahkan oleh Sang Penguasa Kehidupan. Beberapakali saya berniat ingin mencoba dunia luar, bahkan pernah resign dari tempat kerja dan berbagai hal lainnya. Hal ini saya lakukan karena ingin saja mencoba dunia yang berbeda. tapi entah mengapa, alam selalu menarik saya kembali ke tempat ini. Tempat dimana saya memulai semuanya dari awal. Tempat dimana saya belajar mengenali diri sendiri, mengenali dunia kerja seutuhnya, mengenal sebuah tantangan, mengenal lingkungan dan masyarakat, dan berbagai hal menarik lainnya. Namun proses demi proses yang saya jalani membawa saya pada langkah yang tak pernah terhenti dalam jati diri saya, yaitu sebagai penyuluh. Keniktmatan saat dimana saya menyampaikan sebuah informasi yang membangun kesadaran masyarakat maupun lingkungan.
Semua yang dilakukan tentu bukanlah proses yang instan. Segalanya memiliki tahapan dan tantangan tersendiri. Saya memulainya dengan pendidikan yang minim baik dari sisi matei maupun kecakapan saya sebagai penyuluh, hingga saya kemudian menjadi orang yang nyaman berbicara didepan. Sedikit berbagi pengalaman, yang paling penting adalah bagaimana kita membentuk cara berpikir kita bahwa kita mampu menjadi siapa yang kita impikan. Kita adalah orang yang berani dan bertanggungjawab, lalu terapkan itu dalam praktek kehidupan kita senidiri. Karena kata-kata motivasi tidak akan berguna hingga sampai dimana orang tersebut melakukannya.
Menjadi penyuluh membawa saya pada koneksi yang lebih luas. Saya kemudian terampil menjadi MC (Master of Ceremony), konselor, pemimpin dalam berbagai kegiatan, dan inisiator untuk kelompok-kelompok baru. Proses ini masih saja berlangsung, dan tidak mudah. Saya sendiri dalam menjalaninya butuh hal yang lebih untuk menguatkan. Namun, tempat dimana saya berada menjadikan saya wanita yang sungguh beruntung, karena saya dapat memiliki banyak referensi nyata dari kehidupan di sekitar saya.
Semoga pengalaman yang saya bagikan ini dapat bermanfaat bagi anda semua yang membaca.
Salam,
"Seseorang tidak akan mampu membuktikan kepada orang lain bahwa dia mampu, selama dia belum berhasil menaklukkan rasa takut yang ada pada dirinya sendiri" by: Chichi Betaubun
No comments:
Post a Comment
Berikan ide kreatif anda. Trimakasih, Tuhan Berkati.