Tuesday, December 31, 2019

"Rasa Yang Tersembunyi"




Ada rasa yang ingin diutarakan,
Namun disembunyikannya pada ruang bisu,
Ia berkutat memproklamirkan pendiriannya,
Ini Tidak Untuk kuceritakan,
Diamlah Aku,

Kawanan pesan pun membabi buta,
Ia bersikukuh menciptakan perhatian,
Tak ayal menyedot Waktu sang tuan,
Ditontonnya kebodohan  sang lawan, tuan dan pendukungnya,

Kalimatnya tertata rapih,
Hingga kesan Kaku yang ia tunjukkan,
Resah n gelisah menggeliat pada tubuh n pikiran,
Mampukah Aku menaklukkan keangkuhan ini?

Tenang mendayung dalam pusara lautan ombak,
Kisah hidupnya menjadi saksi dusta tercipta,
Ia piawai dalam rasa yang tak enggan,
Berjuta lautan kelam nan Indah pun Ia lampaui,

Wednesday, December 11, 2019

Aku Ingin Pulang



Petuah orang tua menjadi ingatan hari ini,
Perkataan mereka tegas nan keras,
Dihiaskannya pun sikap yang terkadang kaku,
Namun, nama kami tak pernah luput dalam untaian doa,

Saat dirantau,
Semua kata menjadi lebih jelas,
Tawa pecah mengingat tambangnya sikapku,
Sesekali menentang frontal,
Layaknya tuntutan kenaikan harga BBM,

Tangispun terisak,
Ku kenang kembali celotehan masa lalu

Aku  ingin pulang,
Harapku,

Ada Pula kisah yang memporak-porandakan istana rumah,
Saling beradu kata dengan saudara,
Perang pun sering dikumandangkan, 
Seolah ia adalah musuh yang patut dilenyapkan,
Bahkan teman lebih sering didewakan,

Kini,
Merinding,
Jiwa menyepi,
Rindu canda dan perdebatan Kita,

Aku ingin pulang,
Pintahku,

Ah...,
Inikah rasanya?
Terpisah oleh jarak dan Waktu,
Mengenang kembali ingatan ini,
Kisah Keluarga kita ternyata lebih indah dari drama Korea,

Aku Ingin Pulang,
Tangisku memecah kerinduan,

Tuesday, December 10, 2019

Siapakah Kamu?

Dalam Gambar: Meyta Sumampouw
Bintang malam,
merangkai diri,
Berdendang ria,
Cahayanya menyinari langkah,
kembali ke peraduan,
Hati sergap menyahut sang angin,
Titipkanlah rindu yang kian bergelora,

Diamlah Aku sesaat terpatri,
Kunaikkan senandung hati pada Sang Khalik,
Inginkan kamu yang hadir dalam bayang mimpi,
Nyatakanlah sosokmu Tanpa sebuah misteri,

Mengapa rasa,
Semakin terasah,
Aku bertanya pada diri dan Sang Kuasa,
Mengapa sosok mu hadir pada bayang-bayang malam,
Bilakah mana,
akan  terungkap?


Tuesday, November 26, 2019

Menanti Sang Misteri

Inspirasi & Gambar: Karel Sroyer
Sa bingung mo bilang apa,
Tapi senja semakin jelas terlihat menawan,
Ia bak kaca yang memberi hidup bayang mimpi,
Sa kemudian teringat kembali akan ko pu kesahajaan,
Yang berhias pada Senja de pu senyum,

Sio nyong ko terlalu indah untuk sa lupakan,

Sa lihat kembali bayang mimpi yang serupa nyata,
Tentang ko pu sosok yang seketika hadir memberi signal Tak biasa,
Ah cinta yang kini masih mencari jalan,
Cepat lah ko menampakkan diri,
Pada sa yang setia menanti,

Hari itu memang terlihat luar biasa,
Sa bangun dan mengatup sa pu tangan,
Sa menengadah ke langit pada wajah Tuhan,
Menyatakan tentang sa pu rasa pada pria yang tak biasa,

Sio nyong,
 ko jadi misteri,
dalam sa pu kisah cinta,
yang tak biasa,

Ketika dong bicara tentang rasa cinta yang begitu dahsyat,
Tersayatlah sa pada gelora temukan ko,
Walau harus lebih sering bersabar,
Memecah waktu membentengi kisah,
Sa ikhlas mencari n menanti,
Karena begitulah kunci akhir sebuah kesetiaan,


Wednesday, November 13, 2019

Aku Pencinta Sejati Mu,


Foto & Inspirasi: Okto Waka

Malam telah menyudahi waktunya di hari itu,
Masih saja mata ini terjaga,
Menatap binar fotomu,
Malah berlalu rasa ngantuk pergi,

Manusia terjaga pada rasa takut dan kekhawatiran,
Bumi terjaga pada gaung petir n gejolak iklim,
Mimpi terjaga pada alam nyata yang meniadakannya,
Dan aku terjaga pada rasa rindu n sayang padamu,

Ah,
Bila saja ku titipkan rasa itu sebentar saja,
Tentu sahutmu kan terdengar walau sesaat,

Ah,
Bila saja ku ikrar perjuangan tanpa patah arang,
Tentu genggaman mu masih ku pegang erat walau tak mampu lagi kau membalasnya,

Sungguh,
Misteri Sang Pencipta,
Aku mencintaimu dari kejauhan,
Walau tidak untuk kumiliki,
Setidaknya engkau ku abadikan dalam kenang n ingatanku,
Walau entah engkau sempat merasakannya atau kah tiada,

Aku Pencinta sejati mu'
yang tak menganggap balasan adalah harga mutlak rasaku,
Karena yang kurasa adalah rasa yang tak mampu ku lukis kan,
Dengan apa atau bagaimana besarnya rasa itu mendarah daging,

Aku Pecinta Sejati mu'!!!


Tuesday, November 05, 2019

Menantimu

Model & Inspirasi: Diah Sumampouw

Mengenalmu dalam untaian waktu yang panjang,
Lalu berpisah temukan jalan pribadi,
Misteri Tuhan menjadi nyata ketika jumpa kemudian hadir,
Sang waktu pun tersenyum memberi isyarat pada kebersamaan itu,

Malam dan siang kemudian membawa kita pada jumpa Sang Khalik,
Merajutlah kita dalam bingkai waktu,
Kemudian senyum mengumbar pada sapaan wajah,
Sesekali tersipu akan laku kita,

Sempat ku tertegun berpikir,
Inikah cinta yang sesungguhnya?
Ataukah rasaku hanyalah penghias warna harimu?
Mugkinkah yang kurasa juga hadir padamu?
Ataukah hanya sebagai penghibur dari kesesakan waktu yang berlalu,

Tanya terus menghantui ruang pikir,
Yang menyiksa telingaku,
bergaung pada setiap moment yang terlewatkan bersama,
Aku menginginkanmu,
Samakah rasa itu pada rongga hati dan jiwamu?

Ku' pijakkan kaki pada tekad diri,
Aku menanti bak' cemas tak pasti,
Dalam samar harap menyinggahi diri,
Rindu menjadi rasa yang hakiki,

Aku Menantimu...

By: Chichibetaubun.blogspot.com

Sunday, November 03, 2019

Siapakah Aku dan Engkau


Doc: pribadi-tarian Rahwana
Aku berdendang pada riak malam,
Dihujaninya aku dengan gulita dan binar bintang,

Aku bersyair pada bulan,
Dihiasinya cahaya purnama,
Yang melukiskan wajahmu pada bayang mimpi malam,

Ada apa gerangan rasa ini,
Telah hanyut dan menghilang aku dibuatnya,
Bak gelombang laut yang meruntuhkan kestabilan nahkoda kapal,
Aku terenyuh pada parasmu...
walau laku jadi tanya bagiku,

Kemudian kaca menjadi ruang refleksi,
Aku kah'  yang menjadi sorotan hidupku?
Atau sosokmu yang kunantikan menjadi nyata?
Aku menjadi tanya dalam jiwaku sendiri!
Siapakah aku dan engkau?

Saturday, November 02, 2019

Aku Tak Butuh Pen-Dikte

doc: English An Hour


Kita mampu berimaji tuk menggapai bintang 
atau 
bahkan menaklukan serigala kutub,
Namun,
Langkah kan' berjalan seturut langkah Tuhan menggiringi arah,
Pada kemeja dan senjata kehidupan yang tak enggan tuk dihindari,
Menuangkan cerita pada cangkir imaji menjadi realita,
Tak pelik menyisahkan derita,
Bahkan membawa pelangi pada debu yang mulai melekat diwajah,
Tawa kemudian lepas,
Memecah kaleng-kaleng rongsokan yang telah terkumpul,
Untuk dirupiahkan dan untuk mengisi prestasi pada sisi pincang sosok tangguh,
Kemudian ada yang tersenyum sinis,
Ada pula yang bernyanyi riang,
Sedang disisi lain... 
Tampak jelas gerak-gerik tubuh berlenggok,
Mempertontonkan jalanan tak beraspal...
Ah,' sudahlah,
Hari hampir gelap,
Walau kelam tak dapat dihindari,
Toh selalu ada cahaya pada waktunya,
Kamu tak harus berkata-kata padaku tentang siapa dia,
Karena diriku lebih paham tentang 'cara aku memandang dan bersikap!'
Aku tak butuh pendikte!

Sunday, October 06, 2019

Kamu Nafasku




Pada malam kutitipkan rasa rindu,
Biar ia membawa dalam tidur nyenyakmu,
Mengusik harimu tuk memikirkan ku di hari esok,
Bahwa aku masih terjaga mencintaimu,

Caraku mencintaimu memang berbeda,
Perbedaan itu yang membawa aku dapat bertahan,
Bertahan membentengi rasa yang tak dapat kuduakan,
Karena mencintaimu adalah nafas kebahagiaanku,

Aku merindumu,

Mengapa Mencintai?



Mengapa mencintai,
Bila tak harus memiliki?
Mengapa mencintai,
Bila harus mengikhlaskan pergi?
Mengapa mencintai,
Bila tak mampu memperjuangkan rasa?
Mengapa mencintai,
Bila tak mampu berjuang bersama?
Mengapa mencintai,
Bila merelakan pergi?

Itu kah Cinta?
Atau rasa suka yang bertengger dalam istana kata cinta?

Cintai lah Cinta karena Cinta!

Monday, September 09, 2019

Kita Tak Pernah Sama


Kita tak pernah sama,
Engkau dengan perspektifmu,
Aku dengan langkahku,

Kita tak pernah sama,
Bagimu nikmat untuk dijelajahi,
Bagiku jerat untuk kutelusuri,

Kita tak pernah sama,
Pandanganmu mengupas jelas yang tak terlihat bagiku,
Pandanganku menitik berat pada kisah yang belum usai kau lalui,

Kita tak pernah sama,
kelulusanmu adalah pintu prestasi gemilang,
Kegagalanku adalah langkah menaklukkan prestasi,

Kita tak pernah sama,
Dalam setiap peristiwa.
Dalam setiap pandangan,
Kita membuktikannya,
bahwa
Kita Tak Kan Perna Sama!!!

Sunday, September 08, 2019

Sahabat

In Frame: Chichi dan Benson

Sahabat,
Waktu dan kejadian kan mengujinya,
Bercerita,
Berpendapat,
Berselisih,
Tertuang dalam bingkai kenangan,

Kita bertemu,
Lalu berpisah,
Namun jiwa kan menyatu,
Saling mengisi,
Saling berbagi,

Menjadi lebih kuat,
Pada waktu yang mengujinya,
Pada kisah yang memperkokohnya,

Kita Sahabat,
Penakluk ketiadaan menjadi lebih berarti,
Kita Sahabat,
Pengukir prestasi sebuah hubungan menjadi lebih berwarna,

S A H A B A T

Elok Tak Untuk Disentuh


Warna hijau yang menerangi pandanganku,
Bercerita tentang kemolekan fauna,
Sejuk,
Teduh,
Tiada nestapa dalam kelam,

Hembusan angin menerpa,
Mengurai rambut,
Berbisik pada telinga,
Kau tak untuk dilukai,



Sunday, June 30, 2019

"Engkau"




Kau diujung sana,
Menanti manis bak buah manggis,
Harum kucium aroma parasmu,
Tak lagi terdiam wajah bermuram,

Merintih lagi engkau berkata,
Melepaskan jerat tak mampu terhindar,
Sekuat apapun langkah kaki berlari,
Tak lagi diam dalam pilu,

Lorong hitam tersamar bayangan,
Menghanyutkan diri pada nestapa,
Terkadang ragu mengubah syahdu,
Memutuskan pilihan pun menjadi boomerang!

Tuesday, June 25, 2019

Kita Bukanlah Kita

Belati hitam tertancap tajam,
Menembus jantung dan paru-paru,
Tak mampu lagi menghela nafas,
Tidak juga untuk sesaat,
Seakan menata kuburan dalam tidurku,

Isak tangis menghantarkan hari-hariku,
Terasa kelam dan tak berwarna lagi,
Lalu mengurung diri,
Enggan mencicipi warna mentari,

Kita adalah penakluk waktu,
Entah mengapa menjadi tiada lagi bermakna,
Rasa peduli mengasingkan jiwa,
Menutup mata dan juga batin,

Aku dan kamu entah memulainya sejak kapan,
Kini terbangun sudah tembok raksasa,
Entah kamu ataukah aku,
Kita hanya mentap dalam belenggu kecewa,






Tuesday, June 04, 2019

"Perenungan Diri"

Aku-Anggi
Hari kemarin telah berakhir. Aku mencoba menutupi lembaran kepedihan dalam hari yang tak bersahabat denganku. Aku melangkah saja, pikirku... Akan tiba saatnya ia berakhir. Yah,  dan itu terbukti. Tentu tak mungkin ada hari yang tak berakhir. Aku dan kamu tentu menyadari, bahwa waktu selalu terbatas. Kita akan terus melewati semua yang kita sukai atau pun tidak.



Kemarin aku meratapi kepedihan hati yang
Mrs. Santi, Mr. Irfandi dan Aku
tergores karena permainan sosok yang menggantungkan harapanku untuknya. Ataukah mungkin ini kebaperanku saja? Ah, entahlah...  Rasanya semua telah jelas. Tentang perasaanku padanya dan tentang perasaannya padaku. Tapi, aku kemudian tersadar. Aku melewati jalan yang tak biasanya.  Ada yang aneh, gumamku. Ada yang berbeda, rasaku... 
Aku, mencoba memaksakan pikiranku mengalahkan rasa yang menghantuiku. Aku sadar bahwa malam ia berkunjung,  adalah malam terkhir yang mempertontonkan ketidak berpihakkan dia pada perasaan kami. Perasaan yang telah kita pupuk bersama. Ah, ia kemudian menghilang. Seakan lenyap ditelan hempasan ombak yang meniadakan pinggiran pemukiman warga. Seketika menghilangkan harapan. Itu pula yang aku rasakan. Seharusnya aku tidak meratapi dan menangisi semua itu. Karena, aku sendiri sadar, bahwa ini telah berakhir. Tapi, entahlah selalu saja ada bisikkan yang membawa aku mempercayai imajinasi kehidupan putri dalam sebuah dongeng.  Ah,  bodoh sekli aku ini -gumamku.


Kemarin,  telah membawa aku pada hari ini. Hari dimana aku masih saja memikirkan, apa yang salah. Apa yang membuat mereka pergi dan berlalu. Bukan saja tentang dia yang terkhir saat ini,  tapi mereka yang datang hanya dalam sekejap. Apa maksud mereka menyinggahi kehidupan dalam hitungan waktu yang sesaat??? Apakah ini cara Tuhan mempertunjukkan kepadaku, bahwa itulah keanekaragaman manusia???
Lalu harus kukatakan sosok apakah mereka? Yang hanya singgah sekejap dan kemudian berlalu -aku merenung.

Mrs. Santi - Aku dan Mrs. Chichi
Tak mungkin kusalahakan mereka,  tidak juga kehidupan ini. Aku hanya masih terus berpikir. Maksud apa, Tuhan padaku dengan kisah ini.  Aku masih terlalu muda -pikirku lagi. Namun,  diluar sana tak sedikit wanita-wanita seusiaku. Yang usai menamatkan diri dari bangku pendidikan tingkat SMA/SMK memutuskan menikah. Kadang aku berpikir, bagaimana bisa mereka yakin terhadap keputusan mereka memilih pasangan hidup?  Bahkan usia kehidupan mereka dengan orang tuanya,  takkan selama usia hububgan mereka dengan pasangan hidup nantinya. Ah, sepertinya aku tak kan memilih jalan itu. Aku masih ingin menggapai mimpi ku. Mimpi dimana aku bisa mendapatkan apa yang aku cita-citakan. Aku tak ingin menorehkan mimpi itu padamu. Karena bagiku ini adalah misi rahasia. Misi yang harus kuwujudkan tanpa interfensi siapapun. Agar kelak, jika aku gagal, aku tak perlu meratapi seperti patahnya hatiku terhadap hubungan yang kubina dengan pacar php ku.
Ia aku memutuskan memanggilnya pacar PHP,  karena dia menggantungkan hubungan ini. kadang pemikiran ini yang membawaku berpikir, pada saat mana seseorang dapat yakin dengan apa yang ia pilih. Karena apa yang kualami ini,  menyatakan bahwa pilihanku terdahulu membuatku keliru.

Namun,  setelah melalui beberapa hari dalam perenungan, aku kemudian tersadar. Aku tak bisa menahan siapapun untuk tetap berada disiku. Tidak juga kedua orang tuaku. Karena hidupku berbeda dengan kehidupan orang lain. Karena apa yang aku jalani adalah apa yang seharusnya kulalui. Dan aku tak bisa memaksakan orang lain mengikuti jalanku. Tentu hasilnya akan fatal, jika aku memaksakan hal itu. Ternyata merenung adalah bagian terpenting untuk merefleksikan kehidupan. Dengan demikian aku sendiri semakin sadar tentang siapa diriku. Dan sejauh apapun langkah kaki ini,  sebaiknya aku berjalan bersama Tuhan. Sehingga kekecewaan yang aku alami dapat dengan segera terobati dan terjawab.

Aku merenung untuk kebaikan hidupku.

Salam,

"Rachel Kogoya"

Rachel dan Saya

Rachel dalah salah satu anak d Panti Asuhan Yapeda Timika. Lahir di Banti,   25 Mei 2006. Saya mengenalnya sejak ia berusia 2tahun 3bulan. Moment dimana YAPEDA membuka panti asuhan. Atas latarbelakang dirinya dan kedua kakaknya yang juga berasal dari Banti. Sesungguhnya mereka bertiga adalah adik-kakak beda orang tua. Namun Karena bertumbuh di Banti (Rumah Sakit Wa'a Banti,  Tembagapura) bersamaan sejak bayi,  akhirnya mereka menjadi satu dan lebih dekat.
Rachel - saat kunjungan Natal
Pemuda/i GKI PNIEL Timika

Rachel kecil pertama kali hadir di YAPEDA, belum dapat berjalan. Makanan yang dikonsumsi pun dari bubur sun/bubur saring. Hingga saat itu,  saya yang baru pertama kali bergabung di YAPEDA merasa terpanggil untuk merawat dia dan kedua kakaknya. Maklum saja,  YAPEDA tidak mempunyai perawat khusus. Tapi saya percaya dengan cinta kasih,  saya mampu merawat mereka. Saya kemudian ditugaskan d panti asuhan bersama dengan salah seorang ibu (dan anaknya) yang bertanggungjawab mengurusi panti. Kami bertumbuh bersama, Walau saya setiap harinya diantar jemput untuk ke panti (maklum saja,  saat itu saya juga sedang menempuh pendidikan D3 di salah satu kampus di Timika). Rachel saat itu membuat saya tertantang. Karena kondisi tubuhnya yang terbatas. Ia adalah salah satu korban aborsi yang gagal oleh orang tuanya. Ibunya selama mengndung meminum obat-obatan dan berusaha menggugurkan dia. Itu sebabnya dia mendapatkan cacat fisik. Setelah ia dilahirkan, ibunya pun menghilang,  apalagi ayahnya tak tau dimana keberadaan mereka berdua. 
Saat itu,  saya sangat berpikir keras. Bagaimana bisa anak 2 tahun belum dapat berjalan, dan makanannya adalah bubur saring. Saya dibantu oleh petugas panti berjuang untuk melatih Rachel agar bisa berjalan n begitupun dengan makanan yang dikonsumsi. Dan akhirnya semua proses yang kami perjuangkan berhasil. Rachel mampu berjalan dan beradaptasi mengkonsumsi makanan yang seharusnya dikonsumsi anak seusia dia. 

Perjalanan yang tidak mudah kami alamai begitupun saya secara pribadi. Rachel seringkali menangis tapi ia sesungguhnya adalah anak yang pengertian, mampu memahami perasaan orang lain. Lebih peka dan perasa. Itu sebabnya ia mudah menitihkan air mata. Walau demikian ia sangat rajin jika dimintai bantuan. 

Setelah melalui banyak perkembangan hidup, mulai dari melatih berjalan,  makan, dan belajar. Akhirnya tahun ini Rachel akan beranjak ke tingkat yang lebih tinggi. Yaitu masuk pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Saya berbincang dengannya beberapa waktu yang lalu. Kebetulan tgl. 25 Mei yang lalu kami merayakan ulang tahunnya bersama Bapak Panti (juga ulang tahun tgl. 19 Mei). Usai ulang tahun,  saya bertanya padanya apa yang menarik bagi dia,  untuk mendapatkan hadiah ulang tahun sekaligus hadiah kenaikan kelas. Sebuah apresiasi baginya untuk pencaaian dia dalam kehidupannya. Bagi saya dan Pater Bert (Bapak Pastor,  seorang pendiri YAPEDA dan sekaligus Bapak bagi banyak anak muda dan anak2 di Panti asuhan YAPEDA) tak penting juara atau tidak. Tetapi yang lebih penting adalah menghargai sebuah proses yang dilalui dan diperjuangkan oleh anak-anak. Itu sebabnya sedapat mungkin kami memberikan dukungan bagi mereka,  dan itu sebabnya Panti Asuhan YAPEDA dikemas menjadi sebuah keluarga bagi mereka. Menyambung pembicaraan saya dan Rache, Rachel hanya meminta sebuah jam tangan. Awalnya ia merekomendasikan jam tangan warna pink. Kebetulan ada 2 orang anak Panti lainnya yang juga menamatkan studi,  namun mereka tamat pada tingkat SMP dan akan melanjutkan ke tingkat SMA/SMK. Saya kemudian berpikir untuk lebih baik mengajak mereka berbelanja bersama. Agar lebih jelas dan menarik bagi mereka untuk memilih sendiri apa yang mereka senangi. 

Rachel - mngenakan
 jam tangan baru
Pasar Sp. 2 merupakan destinasi belanja kami. Maklum saja,  dana saya terbatas untuk berbelanja bagi mereka. Sehingga toko bukanlah tempat yang tepat. Memilih pasar juga adalah ide mereka. Nah ini yang paling saya senangi dari mereka. Mereka memahami bahwa saya sendiri tidak memiliki banyak uang. Sehingga mereka mencoba mencari barang yang mereka senangi tapi juga cocok dikantong. Mereka bahkan menawar barang yang mereka beli. Saya pun mencoba mendapatkan harga dibawah itu...  Namanya juga usaha to....  
Well,  tempat yang saya sasar pertama adalah hadiah untuk Rachel,  yaitu jam tangan. Setelah melihat-lihat dan berkeliling,  Rachel akhirnya memutuskan jam tangan yang ia kenakan di foto. Saya pun bertanya, mengapa tidak memilih yang sedikit terlihat feminim. Katanya lebih menyenangkan yang gayanya cowok. Biar lebih keren. Entahlah,  ukuran keren menurutnya adalah jam tangan model itu. Sebenarnya sebelum itu saya menawarkan beberapa model feminim,  tapi dia berkata: "kan saya suka yang ini, kalau kk Chichi suka itu,  kk beli saja untuk kakak. Saya tidak suka model itu". Sayapun tertawa terbahak-bahak. Dari kisah ini saya sadar sekli,  bahwa seringkali kita memaksakan kehendak kita kepada orang lain tanpa kita sadari. Dalam pikiran kita, kita merasa hal yang kita putuskan atau kita piluh adalah yang lebih menarik dan cocok,  namun ternyata mereka berpikiran yang berbeda. Untungnya Rachel sangat tegas dengan apa yang ia inginkan, sehingga tidak mengikuti begitu saja kemauan saya. 

Rachel yang dulu kecil dan kugendong, kini  beranjak menjadi anak remaja. Ah, bahagia sekali aku padanya. Rachel hebat. Walau banyak hal yang perlu ia perjuangkan dalam hidupnya,  setidaknya belajar dari kisah belanja itu. Saya sadar bahwa dia telah bertumbuh menjadi sosok yang lebih dari sekedar menerima apa yang diberikan ataupun disajikan. Saya berharap Rachel tetap bisa menjadi pejuang setidaknya berjuang untuk kebahagiaan dirinya. Amen. 

Semoga menginspirasi ya, 
Salam, 

🙏

Wednesday, May 22, 2019

"Jalan Ku"

doc: pribadi

Ku temui lagi jalanan curam,
Kerikil, bebatuan dan sangat terjal,
Bukan sesekali aku terjatuh dan terluka,
Namun lebih dari yang kupikirkan,

Awalnya,
Aku menanggapinya sebagai suatu yang unik,
Menentang naluri keberanianku,
Mengikrarkan bendera ketajaman niatku,
Melangkah atau ku tinggalkan saja,

Aku kemudian tak bergeming,
Ku telisik lagi diri ini,
Ada yang terlewatkan kataku,
Aku meniadakan langkah yang seharusnya kupilih,

Kini nasi sudah menjadi bubur,
Yang berlalu tak kan mampu kurubah,
Yang berlalu telah menjadi kenangan,
Kurefleksikan diri memantaskan penghargaan diri,

Aku memutus,
Bukan tentang perjalanan ini,
Namun lebih kepada keinginan hati ini,
Aku memilih jalan yang kupilih,
Bukan jalan yang kau inginkan,



Saturday, May 04, 2019

Penantian Hampa

doc: pribadi

Ucapan penantian kan' berujung indah,
Telinganya menangkap sebuah rayuan,
Manisnya kata bak' alcohol,
Terbuai lah ia' larut di dalamnya,

Pikirnya tahta kisah dongeng telah diwujudkannya,
Dirangkainya semua bagian dengan sempurna,
Tak sadar bila bangunannya bercela dan berrongga,
Hingga rapuhlah kisah itu dalam sekejap waktu,

Puinglah ia menyatu bak debu jalanan,
Tubuhnya tak kuasa menopang kehancuran itu,
Layaknya kaki yang telah diamputasi,
Ia kehilangan arah pada tujuan yang semu,

Jangan kau ucap - bila tak mampu kau buktikan,
Jangan kau rayu - bila tak mampu kau cintai,
Jangan kau mulai - bila tak mampu kau akhiri,
Dan,
Jangan kau beri harapan - bila kehampaan yang kau hadirkan.

Be Gentle!!!


Thursday, May 02, 2019

"Deklarasi Cinta"






Julie dan Chichi

Cinta terucap pada bibir,
Tertuai pada laku,
Terselami oleh hati,
Dan terpatri pada kenangan,

Kita tercipta dalam bingkai kesatuan,
Walau berlatar berbeda,
Dipertemukan dalam keunikan,
Sesekali menjadi indah,
Sesekali menjadi boomerang,

Aku dan kamu menjadi kita,
Kala komitmen memperkuat niat,
Walau ancaman berjuang memecah,
Deklarasi Cinta tetap terealisasi.


Saturday, April 06, 2019

Juan Sang Pemilik Hobi



Pertumbuhan seseorang sering mengalami banyak kisah dalam hidupnya. Entah tentang suka maupun duka dalam pertumbuhan itu. Ada sebagian diantara kita yang kemudian memilih untuk hanya menjalani hari-hari kita sebagaimana adanya. Tanpa ada perjuangan atau kalaupun ada perjuangan itu tak seberapa dibandingkan mereka yang sangat menggilai atau ingin mencapai apa yang mereka ingin dan impikan.

Saya mengenal banyak remaja disaat saya memilih mengabdikan hidup saya pada sebuah lembaga (LSM) yang fokusnya pada masalah HIV-AIDS dan pendampingan remaja sekolah. Namun, kali ini saya ingin bercerita tentang salah seorang yang juga penting dalam proses karir dan keprofesionalan saya berkembang di LSM. Dia merupakan salah satu yang selalu berjuang untuk apa yang hendak atau betul-betul ingin ia capai. Dia adalah Juan Andre Sebatubun, tapi dalam organisasi kami biasa menyapa dia dengan nama Juan. Sejak mengenal dia di bangku SMP kelas 3, dia adalah anak yang aktif dan smart. Walau kaddang sedikit pemalu, tapi dia kemudian bisa menangani rasa malu itu dan mengembangkan dirinya menjadi lebih produktif. 
Kegemaran dia menekuni bidang visual dan editing dalam dunia tekhnologi tak bisa dianggap remeh. Ia bahkan rela menghabiskan waktu dan uang hanya untuk browsing pengetahuan yang ingin ia capai untuk mengembangkan potensi dirinya pada dunia edit video, foto, lagu dan hal serupa lainnya. Ia sangat konsisten dalam hobi yang ia gemari. Pikirku, ketika ia memutuskan melanjutkan studi kesehatan masyarakat dalam Kota Timika (kota dimana saat ini kami tinggal) ia kemudian akan berhenti. Tapi justru tidak. Ia membuktikan bahwa ia tetap bisa menjalani keduanya dengan happy. Lulus sebagai SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat) membuatnya kemudian membantu Puskesmas Timika sesuai dengan bidangnya. Katanya mereka (dia dan teman-temannya) bertugas memperhatikan samapah/limbah medis juga tentang sanitasi dan berbagai hal relevan lainnya.

Hasil karyanya dapat ditemui pada instagram (sanjuanno_) dan YouTube miliknya (Juan Andre). Baginya menekuni suatu bidang merupakan hal yang dapat membuat ia lebih mengenal dirinya. Karena, dengan demikian ia bisa mengetahui kemampuan apa yang sebenarnya ia miliki dan apa yang perlu ia kembangkan dari apa yang ia miliki. Menurut Juan semua itu dapat ia gapai karena dia memiliki sosok istimewa dalam hidupnya. Ialah "Mama". Baginya Mama adalah sosok yang sangat membuat dia berarti. Mama yang kemudia selalu yakin tentang apa yang ia ingin capai. Sosok yang selalu mendukng dia. Nasihat yang selalu menjadi bekal hidup baginya dari sang Mama adalah "Berbuat baiklah kepada siapa saja, sekalipun kebaikan itu dibalas dengan kejahatan, kamu tidak perlu membalasnya. Karena, Tuhan yang melihat apa yang kamu lakukan. Dan Tuhan yang akan memeberi pertolongan disaat kamu membutuhkan." Sehingga berbuat kebaikan tanpa pamrih adalah dasar perilaku yang ditanamkan Mamanya dari sejak ia kecil.
Juan adalah sang pemilik hoby. Darinya saya juga belajar banyak hal tentang media, walau tak sehebat dia. Tapi setidaknya tidak menjadi sosok GapTek (gagap tekhnologi). Dari Juan juga, saya mengambil sebuah pelajaran bahwa menekuni satu hal adalah dasar menjadikan diri dapat mengenal siapa kita sesuangguhnya dan apa yang ingin kita capai dalam hidup ini. Juan adalah salah sau sosok dari sekian banyak anak muda yang mampu menaklukkan diri untuk memiliki hobi dan mengembangkan diri dari hobi yang ia miliki.

Semoga kisah ini menginspirasi anda yang membaca dan sampai jumpa pada tulisan saya berikutnya.

Salam,



Thursday, April 04, 2019

Aku Yang Baru




Model: Diah Sumampow

Adakah kejahatan yang lebih besar dari penghianatan?
Adakah kata yang lebih tepat melukiskan amarah perselingkuhan?
Dan adakah alasan yang lebih jelas tuk menyatakan kesalahan menjadi sebuah kebenaran?

Bukan lagi terkoyak hati ini,
Namun lebih dari penikaman yang kau sayat dengan belati kebohongan,
Kau rajam tubuhku dengan kata-kata manismu
Hingga sakitnya,
Bak cambuk yang kau hempaskan tiada henti,

Aku terhempas,
Sesaat nafasku terhenti,
Tak kupercayai kau mampu melakukannya,
Laksana penjagal telah kau siksa aku secara perlahan...

Kuterawang lagi salahku,
Dibagian manakah aku membelenggumu?
Hingga kau sanggup mendera hidupku ini?

Aku yang berjuang untukmu,
Disaat semua mata berpaling tinggalkan kamu,
Rela kau duakan kesucian cintaku,
Ucapmu itu salahku,
Tapi tak mampu kau tunjukkan kesalahan itu,

Kini aku berkaca kembali,
Engkau dan aku memanglah bukan dua bagian yang menyatu,
Jika ia tak mungkin ini terjadi,

Aku memilih melepasmu,
Walau kau coba merajut semuanya kembali,
Aku tak mampu lagi kau kelabuhi,
Cintaku telah mati untukmu,

Aku pergi untuk mendapati yang telah disiapkan Tuhan untukku,
Tak kan lagi kuulangi semua yang terjadi,
Aku lebih bahagia menjalani ini sekarang,
Tanpa penipu yang berlagak sebagai nahkoda kelabu,
Aku bangkit menata langkahku yang baru...

Ini lah aku,
Wanita yang tak lagi kau kenal!

Inspired by: Diah Sumampow

Sunday, March 03, 2019

Kosong

Picture in Bali


Entah mengapa hasrat ini hadir,
Tak ada rasa,
Walau kita duduk berdekatan,
Menghabiskan waktu bersama,
Kosong...

Saat semua yang diinginkan telah diperoleh,
Namun tetap saja ada yang kurang,
Lebih dari kata hampa,
Semua usaha menjadi sia-sia,
Kosong...

Tanya kembali hadir,
Engkaukah sosok sang purnama dalam gelap,
Cahaya bagi terang pagi,
Ataukah duka dalam kabut kehidupan,
Kosong...

Kosong...
Akan selalu menjadi nadi kerisauan hati,
Kala jiwa belum menemukan tambatan hati,
Mengarungi samudra pun tiada arti...

Monday, February 04, 2019

Orang-orang Perkasa



Mereka lahir dengan rupa yang berbeda,
Latarbelakang yang variatif,
Cerita yang ditorehkan pun berbeda,
Tak ayal sejarah perjuangan menyisahkan segudang kenangan,

Sejatinya lahir dari tangan penguasa,
Tak urung yang dipelantaran pun berjuang,
Sama-sama menunjukkan kegigihan,
Walau tak sedikit yang kemudian melenceng pada kodrat,

Mereka menamai diri perkasa,
Atas apa yang diukir,
Atas apa yang diperjuangkan,
Walau seribu mata memandang ragu,
Dibuktikanlah hasil perjuangan itu,

Kini senyum-senyum menyapa,
Dilihatlah akhir dari proses itu,
Tanpa menimbang jatuh bangunnya perjalanan,
Dianggaplah mereka beruntung,

Hi,
Pesungut n pesimis,
Angkatlah wajahmu,
Sisingkan lengan,
Berjuanglah dalam proses,
Agar engkau tahu caranya hidup,
Bukanlah istana ratapan 
Yang kau bangun tanpa aksi,

Orang-orang perkasa itu hidup,
Dalam perjuangan n keringat mereka,
Dalam air mata pertempuran hidup,
Mereka adalah peemenang atas diri mereka,
Orang-orang perkasa....

Saturday, February 02, 2019

Dunia Diri



Kalungkan saja perisai hatimu,
Biar tak terjatuh 
dan tetap berada dalam  genggamanmu,
Bentengi saja istana hidupmu,
Biar kokoh dan tak mudah diterpa bencana,

Hidup saja dengan duniamu itu,
Tak usah mencari celah melihat keluar,
Nikmati saja kemegahan dirimu itu,
Tak usah menoleh siapa yang tengah terluka,

Toh engkau tak terusik,
Toh engkau berbangga,
Toh engkau menikmati,
Jalanilah...
apa yang kau sebut sebagai duniamu,

Thursday, January 31, 2019

Dosa


Duri dalam daging,
Memborok bak cancer,
Semakin berakar dan merusak,
Hilangkan nyawa sekejap mata,

Merayu dalam kebimbangan,
Tersulut dalam gemerlapan,
Mengemas sampah bak keristal,
Bangkainyapun tersimpan rapi...

Tak sadar pada siapa tumpuan dipijakkan,
Menyeret jiwa pada simpahan darah,
Kadang tak meminta korban darah segar,
Tak sadar membangun nisan istana hidupnya...

Friday, January 25, 2019

PERNAH AKU


Photo: Koleksi Pribadi

Pernah ku bermegah atas kuatku,
Tak kuhiraukan siapa penguasa nafas,
Ku cumbui hari bersama kawanan penghibur,
Pagipun tak penting bagiku,

Pernah ku tantangi naluri liarku,
Berlaku saja seporak porandanya mauku,
Agar jiwa tau kemana arahnya,
Sesat aku terperosok dosa,

Pernah kujelajahi kota terisolir,
Kuterobosi rasa keingintahuan menguliti otakku,
Taklukkan diri pada tempat terasing,
Kembali tersungkur temui jalan buntu,

Pernah kucapai segala titik itu,
Sejarah kelam kisah diri,
Usaha keluar lembahnya pun telah kuterobosi,
Jika tidak tak berada dititik kini,

Aku berjuang membersihkan diri
Menelusuri dasar laut,
Mendaki puncak tertinggi,
Aku pun tiba pada raga yang baru,
Kutemui pembasuh jiwa,
Dahaga ku pun terpuaskan....





Saturday, January 19, 2019

Refleksi Hidup Buah Pisang


Hari itu, tak ada yang istimewa dari hari yang ku jalani. Yah, rasanya masih saja tetap sama dengan hari-hari sebelumnya. Cukup menguras waktu dan energi, karena di tempat yang baru ini, saya sedang berusaha menyemangati diri sendiri untuk kembali meluangkan waktu. Waktu yang dituangkan pun diberikan untuk mengapresiasikan diri. Bahwa, penting sekali menambah potensi diri, jika merasa masih kurang dari standard yang ingin dicapai. 

Siang itu, saat usai menyelesaikan sesi perdebatan dengan rekan-rekan perjuangan dan tutor di istana pendidikan. Saya kemudian memilih untuk bergegas lebih dulu dari mereka, maklum saja kampung tengah (perut) tak dapat ku ajak kompromi. Ia telah melilit sejak awal kelas di mulai. Walau telah ku perjuangkan menaklukkannya. Yah, bukan hendak ingin cari penyakit. Tapi lebih kepada takut kehilangan penjelasan terpenting dari mutiara-mutiara informasi yang sedang disampaikan.

Dalam perjalanan menuju benteng di mana aku tinggal, lorong yang kulalui itu tampak gelap. Yah, hanya sedikit caya mentari yang menembus lantai dasar tanah yang kutapaki itu. Aku melewatinya. Ukurannya tak lebih panjang dari 200 meter. Lebarnya pun hanya mampu kulalui tanpa harus ada yang mendampingi. Kebayangkan seperti apa ukurannya? Namun, ketinggiannya, tak usah dipertanyakan. Karena sesungguhnya dua bangunan yang menghimpit itu adalah dua bangunan tempat usaha penduduk disekitar. Maklum saja, rumah-rumah dan bangunan yang ada disekitaran sini, lebih laku untuk dijadikan rumah kost atau penginapan dibandingkan usaha lain. Karena selalu diburu oleh berbagai masyarakat dari luar daerah ini yang berbondong-bondong datang untuk menaklukkan diri mereka pada kemajuan global saat ini, termasuk saya' hahaha....

Saat itu ada yang menarik mataku untuk mengambil HP (handphone) yang kuletakkan pada saku tas. Aku tak yakin, apakah aku harus memotretnya. Apakah ia pun menginginkannya ataukah tidak. Dia adalah pisang. Serumpun pisang yang ditelantarkan di tempat sampah. Aku cukup terkejut, karena bagiku tak semua pisang itu rusak. Dan menurutku justru tidak rusak, hanya beberapa diantaranya yang terlihat kelebihan matang. 

Mungkin kalian berpikir untuk apa aku membahas pisang ini. Yah, untuk buah yang satu ini selalu menjadi buruan faforit ku pribadi untuk mengolahnya menjadi cemilan dahsayat. Aku lebih suka menyulapnya menjadi  "banana cake" dibandingkan menjadi kue lainnya. Bagiku itu cukup menggoyang lidahku dan sahabat-sahabat disekitarku. Atau justru ketika kekurangan dana, itu dapat kujadikan sebagai alat penghasil uang. hahahaha....

Terkadang hidup kita, seperti pemilik buah pisang itu. Memiliki sesuatu yang menjadi kelebihan, tetapi tidak digunakan semaksimal mungkin. Kita justru memilih membuangnya begitu saja. Tanpa melihat dan menyingkirkan yang busuk atau yang sudah tidak berguna lagi dan memanfaatkan yang masih bernilai.

Terkadang kita sendiri, tidak menyadari potensi yang ada pada diri kita. Kita terlalu sibuk membandingkan diri dengan orang lain. Hingga kita lupa melihat siapa diri kita sesungguhnya. Apa yang ingin kita capai. Apa yang sungguh-sungguh kuta inginkan. Kita lupa melihat, bahwa ada hal positif yang kita miliki, selalin sisi negatif. Atau, terkadang karena terlalu sibuk membicarakan orang dan memprotes kebaikan atau kenyamanan orang lain, kita lupa membenahi diri, sehingga kita melewatkan waktu-waktu yang produktif. Yang dapat kita ciptkaan untuk menjadikan diri kita bernilai. Dan justru menggiring kita pada lingkaran dosa.

Tahukah kita, bahwa setiap dari kita memiliki keunikan tersendiri. Saya memaknainya bahwa, kita yang terlahir adalah orang-orang pilihan Tuhan. Mengapa kita mau memilih menciptakan kubur atas hidup kita sendiri? Bagaimana kita membangun kubur itu? Yah, melalui tindakan kita sehari-hari. Tak ada gunanya meratapi kekurangan dan kegagalan. Betul bahwa ratapan itu penting, tapi tidak untuk berlarut. Istilahnya seperti evaluasi dalam sebuah program. Ratapan itu hanya menjadi bagian kita membenahi diri bersama Tuhan. Agar kita mengingat bahwa kesalahan itu dapat dibenahi dan diperbaiki. Tinggal tergantung pada diri kita sendiri, maukah kita jujur untuk menerima diri kita sendiri ataukah tidak. Tak ada gunanya mencibir orang lain atas kesuksesan mereka atau bahkan kegagalan mereka. Kita bukanlah Tuhan yang berhak memutuskan apakah mereka sempurna atau tidak. Tugas kita adalah memanfaatkan setiap peluang yang ada dalam hidup kita untuk lebih maksimal. Maukah kita hidup dalam lorong panjang penyesalan? Tentu tidak bukan, justru itu berbuatlah sesuatu untuk mengapresiasikan diri terhadap apa yang kita miliki. 

Pertama, kenali dulu siapa dirimu. Kedua, tingkatkan semua potentsi diri, manfaatkan setiap kekurangan menjadi moment untuk memotivasi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik dari hari kehari. Ketiga, berhentilah menggerutu dan membandingkan diri dengan orang lain atau menganggap diri rendah. Hilangkan pemikiran bahwa "kamu tidak mampu". Mulailah aksi mewujudkan mimpimu. Buat perencanaan yang matang akan apa yang ingin kamu capai ditahun ini, dan bertindaklah melakukannya. Keempat, bersyukurlah dan beri dirimu penghargaan sekecil apappun pencapaian yang kamu dapatkan. Kelima, ketika gagal tak perlu kamu panik. Kamu hanya butuh waktu untuk mengevaluasi kenapa kegagalan itu tercipta, lalu benahilah dirimu. Terakhir, teruslah melakukan kebaikan setiap hari. Dimulai dari hal kecil, yaitu beri sapaan kepada orang yang kamu jumpai. Tantang diri kamu untuk selalu melakukan kebaikan. Dah akhirnya semoga kamu bahagia dengan apa adanya dirimu.

Semoga refleksi hidup dari buah pisang ini dapat bermanfaat bagi kita bersama.

Salam,

Friday, January 18, 2019

Penyadaran Diri

Foto & Inspirasi: Ririn Dawir

Kuhancurkan....
Tembok-tembok penghadang jalanan,
Bongkahan batunya sesekali menimpuk tubuh,

 Duri ranting merobek telapak kaki,
Diri bersolek,
mengumbar,
dusta janji,

Racun kata mendesah,
 mencerca jiwa,
bertubi-tubi mendera diri,
Ratap sedih memecah kesunyian,
Bertuai janji menyudahi ini,

Kemunafikan nyata bertopeng dewa,
Menghadirkan cemas naungan kesesatan,
Ketiadaan menjadi doà dalam tawa,
Memainkan peran dalam diam sang duka,

Dalam senyum mereka berpesta,
Memperlihatkan...,
 Sahabat, ular dan serigala,

Sejuta kata merayu dalam aksi,
Benalu liar beraksi tiada henti,

Aku diam, 
Tak berarti,
Tak kuasa,
Menghela nafas dalam doà Sang Kuasa,


Aku rapuh dan tak berarah,
Kau berpesta diatas darah dan kelabu,


Nikmati ratapan tangisan kesendirian,
Airmata menyingkap senyuman keluarga,

Sedihku menyatu pada riuh sang hujan,
Kuharap hilang dan lenyap terbawa pergi,

Kunaikkan pujian kehormatan Sang Empunya,
Ikhlaskan diri,
Masa depan Kan kugapai!

Jawa, 18 Januari 2018
Inspirasi kehidupan: Ririn Dawir

Hidup Ku

Foto: Ririn Dawir

Pada siapa aku berpijak,
Penyandar bahuku telah berpulang kepadaNya,
Ku goresi hari dengan peluru tanya,
Aku terhenti di satu titik,

Ku tatapi lagi cermin wajahku,
Ingin apa aku pada kehidupan ini,
Jika hati terkoyak sepi,
Bukan berarti dia yang mencintai berlalu pergi,

Bola mataku berbicara padaku,
Merasuki alam pikirku,
Memacu semangat juangku,
Mungkin benar,
Tak mampu ku patahkan buah pikiran mereka,
Tapi ku mampu taklukkan diri ini, Jiwa ini, dan raga ini...
Karena begitulah aku memaknai hidup.



Jawa, 18 Januari 2018
Inspirasi kehidupan: Ririn Dawir

Nilai Seseorang!

Apa itu nilai seseorang? Sulit mengatakan bahwa seesorang itu penting, namun juga sulit mengatakan bahwa mereka juga tidak penting. Seberap...