Saat itu saya hanya bertanya dan terus bertanya dalam tangis. Sungguh adilkah kehidupan yang tengah saya jalani ini? Tempat yang seharusnya menjadi sandaran hidup, justru menjadi neraka. Dimanakah tempat saya dapat bernaung?, Dimana sesungguhnya kehadiran Tuhan yang selama ini saya sembah? Mengapa saya justru harus mengalami trauma yang berkepanjangan seperti ini?. Siapa yang kemudian harus saya percaya, jika sosok yang menjadi bagian diri saya justru berbalik menjejali tubuh saya dengan picik, dan dengan wajah iblis dengan otak mesumnya. Ini iya lakukan bukan hanya sekali, namun berulang-ulang kali. Dia yang seharusnya menjadi pelindung dan saksi dari seluruh kebahagiaan saya, justru telah merampas dan menghancurkan semuanya dari hidup saya.
"Menelisik kembali masa lalu saya yang kelam"
Kira-kira, Kehadirannya sekitar 20 tahun silam. Pemandangan di hari itu adalah puncak dimana saya sadar bahwa kebahagiaan saya lenyap untuk selama-lamanya.
Bapak dan Ibu memutuskan bercerai dihari itu. Saya tak heran, karena sejak saya bertumbuh mereka selalu beradu pendapat. Tentang segala hal, dari yang massuk akal hingga menurut saya tak perlu jadi perdebatan. Mereka senang berargumen, hingga terkadang pemandangan tak pantas harus saya saksikan sebagai anak kecil.
Kekerasan demi kekerasan saya saksikan. Kata-kata makian, pukulan atau bahkan perang yang mengakibatkan benda asing bertebaran bak gasing diudara. Bapak dan Ibu sama saja. Maksud Saya, sama-sama kuat. Saya tak pernah melihat perbedaan gender dalam pandangan ini. Setidaknya mereka saling beradu. Tak dapat dikatakan Ibu yang lemah dan harus mengalah. Karena, mereka selalu memiliki nilai yang balance. Selalu draw. Saat itu saya selalu bertekad untuk menjadi sosok seperti Ibu. Jadi, cita-cita sebagai seorang atlet bela diri. Sehingga tak satu pun pria dapat meremehkan saya. Tidak juga dengan Bapak atau pria manapun. Namun, belum pernah merasakan bagaimana menjadi seorang atlet atau setidaknya anggota dari salah satu group bela diri, saya telah raib.
Saat itu usia saya berkisar 15 tahun. Saya duduk di kelas 1 SMA. Pulang sekolah seperti biasanya, saya kemudian rebahan sejenak di sofa ruang tamu. Membaringkan tubuh untuk menghilangkan bau asam yang telah melekat seharian ditubuh. Biasanya sekitar 15 menit saya, sambil mengutak-atik hp. Tak selang beberapa lama kemudian, saya bergegas ke kamar tuk mengganti baju. Namun, karena ngantuk yang membabi buta, saya kemudian memutuskan untuk tidur.
-Bapak adalah sosok iblis yang nyata-
Dalam kepulasan tidur. Saya merasakan ada sesuatu yang menggerayangi tubuh saya saat itu. Awalnya, saya berpikir kalau ini adalah bunga tidur, karena rasa ngantuk lebih besar dari mempedulikan hal itu. Namun, saat saya berulang kali mencoba melepaskan ketidaknyamanan itu (berusaha menyingkirkan sesuatu yang mengganggu itu dengan kaki). Tapi, semakin berusaha menyingkirkan ketidak nyanana itu. Tiba-tiba, sesuatu telah melejit pesat mendapati mahkotaku. Dilucutinya celanaku. Hingga akhirnya Saya pun sadar dan benar-benar terbangun, bahwa ini bukanlah bunga tidur. Seketika itu juga, saya mendapati Bapak sedang mengecup pangkal paha saya. Saya berkelit dan berusaha berteriak. Namun, gerakannya lebih lincah dari saya. Dengan tubuh sigapnya, ia menutup mulut saya, menampar dan melontarkan kata-kata keji nan halus bercampur menjadi satu. Saya bingung. Kenapa Bapak seperti ini. Ah, Saya dapati aroma itu keluar dari mulutnya. Aroma yang sering buat banyak orang melakukan hal-hal brengsek layaknya apa yang saat ini is lakukan. Walau demikian, menurut saya hal itu tidak membenarkan apa yang Bapak lakukan kepada Saya. Saya kemudian berusaha menyadarkannya. Tapi nafsu birahinya lebih dulu meraja pada pikiran bejatnya.
Ah, siapakah sebenarnya, pria yang ada dihadapan saya, ini? Apakah dia sungguh-sungguh bapakku? Tidak, bapak yang kukenal tidak memperdayai aku seperti ini. Sementara berargumen dengan diri sendiri, sambil melakukan perlawan, ia kemudian melakukan serangan berikutnya. Ia, membungkam mulutku. Mengikat kedua tanganku. Saya masih berusaha membebaskan diri, mencoba berteriak dan berdoa dalam hati, agar seseorang menerobos masuk dan menghentikkannya. Namun, tak ada satupun orang dalam rumah. Tidak juga ibu tiriku yang saat itu sedang keluar dan entah berada dimana. Bapak, kemudian melancarkan serangannya. Ia mengecup seluruh tubuhku. Dari ujung kakiku hingga seluruh sudut tubuhku. Aku terseduh. Ia kemudian melepaskan seluruh jubah yang melekat ditubuhnya, dan kemudian melucuti perlindungan mahkotaku. Sebelum tiba disitu, sambal melucuti celana dalamku, ia mengecup kedua payu darahku. Bahkan dihisapnya, saya hanya menangis dan menatapnya tak berdaya. Saya menangis dan meminta ampun padanya. Saya menjerit kesakitan, tapi ia tak peduli. Saat itu yang saya lihat adalah serigala dan iblis yang bercampur menjadi satu dalam tubuh dan jiwanya. Ia telah merenggut segalanya dari saya!
-Bapak menikmati tubuhku untuk setiap kepuasan birahinya-
Ini tak terjadi sekali saja. Saya berusaha menghindarinya. Bahkan merasa jijjik pada diri sendiri. Rasanya ingin mati saja. Ingin berlari ke mana saja. Namun, setiap kali keinginan itu terbesit Bapak mengancamku dan terus menerus meneror diriku. Ia bahkan mengatakan bahwa, jika saya tak melayani nafsu bejatnya, maka ia akan berbuat lebih keji dari apa yang ia lakukan. Bahkan katanya, ia akan memperkosa saudara sepupuku. Kata-kata bapak telah merasuki otakku dan memperdayai saya. Kekuatan yang saya miliki saat itu seketika hilang. Karena kata-katanya terus mengitari pikiranku. Maka, setiap kali keinginan Untuk meloloskan diri terbesit, seketika juga keinginan itu lenyap dan menghilang. Karena keberanian saya pun menghilang bersama rasa takut atas setiap kata-kata yang telah ia lontarkan pada saya. Saya tidak tau mengapa ketakutan itu besar sekali, yang saya tahu kata-kata ancaman Bapak seperti mantra bagi Saya. Sehingga saya menjadi tak berdaya dan melayaninya.
Hampir setiap hari layanan itu harus saya lakukan. Setiap kali ketika ia pulang kerja dan diwaktu yang telah ia perhitungkan, dimana tak ada satupun orang yang kan memergoki dirinya menyetubuhi Saya. Bapak sungguh bejat dan iblis. Ia, bahkan mempertotonkan film porno dihadapan mata saya dan meminta saya memperagakan semua yang ia tunjukkan. Sakit pula tenggorokan dan mulut saya. Dimasukkannya batang penisnya kedalam rungga mulut saya dan itu ia lakukan berulang-ulang kali. Ia bahkan memukuli pantatku. Semua cara ia lakukan untuk memuaskan nafsu burahinya. Sungguh keji perlakukannya padaku. Ia lah iblis yang bersembunyi dibalik topeng dan sorban kealiman dengan sebutan Ayah.
-Semua Terungkap-
Dalam ratap tangis, saya pun mencari pertolongan. Untunglah ada seorang teman yang dapat dipercaya. Saya kemudian mengadukan semuanya kepadanya. Awalnya saya tak ingin menceritakannya. Tapi karena saya kemudian terus menerus mendesaknya, ia lalu menggali semua informasi dari saya. Saya dengan legah menceritakan setiap detil kejadian kepadanya. Ia menangis Bersama saya. Kami berpelukkan. Ia memang anak yang licah, pintar dan gesit. Tak salah jika semua memberi kedudukan pemimpin padanya. Sudah beberapa organisasi ia pegang sejak kami masih duduk dibangku SD kelas 5. Sahabat karibku ini pun segera menerima saya. Bahkan dia yang kemudian berpamitan dengan Bapak untuk mengambil beberapa barang milik saya yang sangat dibutuhkan. Agar Bapak tidak berkelit, ia membawa orang tuanya (yang kebetulan salah satu dari mereka adalah anggota Kepolisian). Walau tampak jelas bahwa wajah Bapak terlihat sangat khawatir, tapi ia tak memiliki pilihan lain selain mengihkhlaskan saya untuk bermalam bersama teman saya tanpa sadar maksud yang tengah kami rencanakan.
Peristiwa demi peristiwa mulai terkuak. Ayah sahabat teman saya kemudian melakukan pelaporan dan mendesak pihak setempat melakukan semua thapan pemeriksaan. Bahkan mereka meminta perlindungan ke beberapa Lembaga setempat untuk mengawali dan menaungi kasus saya.
Saya harus mengakui bahwa kepintaran sahabat saya memang tergambar jelas dari kegesitan orang tuanya menangani kasus saya. Tak butuh waktu lama. Bapak kemudian ditetapkan sebagai terdakwa. Hingga akhirnya menjalani masa hukumannya.
-Depresi Melawati Ibu-
Ketika masalah saya terkuak Ibu telah kembali ke kampung halamannya. Ia, kemudian depresi karena mendengar kisah tentang saya. Semakin terpuruk dan tak mampu mengendalikan diri. Keluarga Ibu kemudian mebawanya ke tempat rehabilitasi. Ibu pun ditetapkan untuk mengikuti therapy dan menjalani masa itu selama 10 tahun. Setelah proses tersebut, ia kemudian dinyatakan sehat kembali. Saya akhirnya bahagia. Karena Ibu mampu memenangkan dirinya kembali, dan yang terpenting ia tidak menyalahkan dan menghukum dirinya sendiri atas musibah yang saya alami. Ibu dipulihkan dalam lingkungan keluarga yang sangat mencintai dia.
-Saya dipindahkan ditempat rehabilitasi di Jakarta-
Ayah dan Ibu sahabat saya sangat bijak. Karena sering mendapati saya menangis di sudut beranda yang sepi, maka mereka kemudian melakukan beberapa upaya. Hal ini mereka lakukan karena mempertimbangkan trauma yang saya alami dan juga untuk kenyamanan masa depan saya. Dengan berbagai cara dan upaya serta komunikasi dengan berbagai pihak. Akhirnya, saya mendapatkan perlindungan. Saya kemudian berpindah ke Jakarta dan menyelesaikan Pendidikan SMA di sana, sambil didampingi secara khusus untuk penyembuhan trauma yang saya alami.
-Melepaskan Sakit Hati-
Ditengah berbagai perjuangan itu, saya sempat menyalahkan Tuhan dan menutup diri terhadap kuasa Tuhan. Namun dengan berbagai upaya healing trauma. Saya pun akhirnya sedikit demi sedikit menerima Kuasa Tuhan.
Prosesnya sangat Panjang. Tapi dari semua intinya adalah membebaskan diri dari semua rasa sakit yang menjerat hati. Setelah 5 tahun pendampingan. Saya kemudian menjadi pribadi yang lebih siyap. Saya menjadi aktiv dalam berbagai kegiatan kemanusiaan di berbagai lembaga dalam program pendampingan Untuk korban pelecehan. Salah satu tempat yang menjadi bagian dari proses tersebut adalah salah satu Gereja di Jakarta. Kegiatan ini pun yang kemudian juga berkontribusi dan membawa saya lebih jauh lagi dalam mengenal Tuhan yang sempat saya salahkan.
-Semua menjadi lebih indah-
Melapaskan apa yang menjadi borok adalah bagian terpenting untuk membebaskan diri dari kepahitan hati. Ini membuat saya menjadi lebih matang dan mengampuni. Saya menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk semua korban yang mengalami kepahitan yang sama seperti masa lalu saya.
Bergelut selama 10 tahun, akhirnya dalam pelayanan yang sama, saya menemukan pasangan hidup saya. Kami sama-sama memiliki passion yang sama. Yaitu melayani Tuhan, melalui mereka yang berkekurangan,Saya khususnya untuk anak-anak yang mengalami kepahitan seperti saya. Saya sungguh mendapati pasangan yang , dan sesepadan dengan saya. Kami sama-sama terbuka untuk saling mengisi satu sama lain. Ia pun mendampingi saya hingga menyelsaikan pendidikan M.Si. Saat ini kami dikaruniahi 3 orang anak. Anak kedua adalah perempuan, sedangkan yang pertama dan yang terakhir adalah laki-laki.
Semua ada waktunya, asalakan kamu tidak menyalahkan diri kamu sendiri. Jika kamu menglami masalah, tetaplah berdoa. Mintalah panduan Tuhan untuk mengutus orang-orang yang tepat untuk membantu kamu. Berusahalah selalu untuk temukan jalan keluar. Karena semua bantuan akan berada dipihakmu. Dan semua usaha akan ada hasilnya. Tapi ingat untuk memperoleh hal tersebut, memang tidak akan mudah. Karena kamu sendiri harus berjuang tanpa lelah, sekalipun terkadang kamu ingin menyerah.
Semoga kisah saya dapat menjadi bagian yang menginspirasi diri kamu yah. Sampai jumpa…..